Alisson atau Oblak, Siapa yang Cocok untuk Liverpool?

31 Mei 2018 20:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Alisson pada laga menghadapi Juventus. (Foto: AFP/Filippo Monteforte)
zoom-in-whitePerbesar
Alisson pada laga menghadapi Juventus. (Foto: AFP/Filippo Monteforte)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Siapa yang bakal melupakan blunder Loris Karius di final Liga Champions musim 2017/2018 kala Liverpool bersua Real Madrid?
ADVERTISEMENT
Blunder adalah hal wajar yang dilakukan oleh pemain manapun, yang bermain di posisi manapun. Blunder adalah potret dari manusia itu sendiri, bahwa sesempurna apapun, manusia masih merupakan tempat kesalahan tercipta. Itu adalah hal yang mutlak.
Maka, sebenarnya wajar saja jika Karius melakukan kesalahan. Namun, menjadi sebuah hal yang disorot ketika kesalahan itu dilakukan dalam partai sebesar partai final Liga Champions musim 2017/2018. Kesalahan ini, selayaknya gol indah maupun aksi ciamik, akan terus diingat karena terjadi di partai final.
Atas alasan ini, Liverpool langsung bergerak mencari penjaga gawang baru. Tidak tanggung-tanggung, ada dua nama yang masuk incaran mereka: Alisson Becker dan Jan Oblak. Mari menakar, siapa yang lebih baik di antara keduanya?
ADVERTISEMENT
***
Seiring dengan perkembangan sepak bola zaman sekarang, tipe dari penjaga gawang pun berkembang dari waktu ke waktu. Ada penjaga gawang yang hanya berpean sebagai shot-stopper saja, tetapi ada juga penjaga gawang yang lihai memotong serangan dan menjadi distributor bola sejak dari lini pertahanan.
Membandingkan Oblak dan Alisson, tampak seperti membandingkan dua penjaga gawang dengan karakteristik yang berbeda. Pertama-tama, mari kita bahas Oblak terlebih dahulu. Pada musim 2017/2018 ini, Oblak menjadi sosok kunci di balik kegemilangan Atletico Madrid meraih gelar juara di ajang Liga Europa.
Selain itu, di ajang La Liga, Oblak juga menjadi sosok di balik kesuksesan Atletico menduduki peringkat dua klasemen akhir La Liga musim 2017/2018. Mereka juga menorehkan jumlah kebobolan paling sedikit, yaitu hanya 22 gol saja. Pertahanan Atletico yang apik ini, selain karena lini belakang mereka yang kuat, juga karena Oblak yang tampil apik.
ADVERTISEMENT
Di ajang Liga Europa, Oblak menorehkan rataan penyelamatan per laga sebanyak 3,7 kali. Sedangkan di ajang La Liga, Oblak menorehkan rataan penyelamatan per laga sebanyak 2,8 kali. Ini merupakan torehan yang apik, sehingga tak salah Oblak sampai mendapatkan penghargaan Zamora (penghargaan kiper terbaik berdasarkan rasio kebobolan per laga) tiga kali berturut-turut (2015/2016. 2016/2017, 2017/2018).
Kelemahan dari Oblak ini adalah dia bukan penjaga gawang tipe modern. Penjaga gawang asal Slovenia itu murni sebagai seorang shot-stopper, karena persentase umpan suksesnya selama musim 2017/2018 hanya sebesar 50,4% saja. Dia bukan pengalir bola yang baik.
Jan Oblak (Foto: Instagram @OblakJan)
zoom-in-whitePerbesar
Jan Oblak (Foto: Instagram @OblakJan)
Dibandingkan dengan Oblak, Alisson bisa dianggap sebagai kiper yang lebih modern. Selain andal dalam menghentikan tembakan, Alisson juga jago mengalirkan bola dari lini belakang. Dia bahkan kerap menjadi titik awal serangan Roma.
ADVERTISEMENT
Untuk urusan penyelamatan, Alisson tidak kalah dengan Oblak. Di ajang Serie A musim 2017/2018, dia menorehkan rataan penyelamatan per laga sebanyak 2,9 kali. Di ajang Liga Champions, dia menorehkan rataan penyelamatan per laga sebanyak 3,8 kali. Rataan penyelamatan cukup tinggi ini membuat Roma menjadi tim kedua paling sedikit kebobolan di ajang Serie A, setelah Juventus.
Bukan hanya apik dalam urusan menyelamatkan gawang, Alisson juga apik dalam urusan membagi bola dari lini belakang. Persentase umpan suksesnya mencapai angka 79,3%, salah satu yang tertinggi di Italia setelah Samir Handanovic. Kemampuan ini menjadi keunggulan tersendiri bagi Alisson. Dia bisa membantu serangan lewat umpan apiknya.
Menilik kelebihan dari masing-masing penjaga gawang, keduanya cocok untuk main di Liverpool. Meski begitu, semua juga tergantung dari strategi Juergen Klopp sendiri. Jika dia menerapkan sistem "gegenpressing", maka, Alisson-lah yang cocok. Kemampuan membagi bola dipadukan dengan kemampuan menahan bola yang apik akan memberikan rasa aman tersendiri bagi para pemain belakang Liverpool.
ADVERTISEMENT
Namun, merekrut Alisson bukanlah perkara gampang. Selain harganya yang mahal (mencapai 70 juta poundsterling), hubungan Liverpool dan Roma akan semakin renggang, apalagi setelah kejadian perekrutan Mohamed Salah di awal musim 2017/2018.
Sementara itu, Oblak bisa direkrut dengan mudah, tanpa harus menghancurkan hubungan dengan Atletico. Hanya saja, harga Oblak lebih mahal (mencapai 80 juta poundsterling). Tapi, jika diasuh dengan benar, Oblak akan menjadi investasi jangka panjang bagi Liverpool.
Alisson melakukan penyelamatan. (Foto: Reuters/Greb Galanich)
zoom-in-whitePerbesar
Alisson melakukan penyelamatan. (Foto: Reuters/Greb Galanich)
***
Komentator di final Liga Champions musim 2017/2018, usai menyaksikan Liverpool dibantai sedemikian rupa oleh Real Madrid, mengungkapkan bahwa Liverpool harus berani berinvestasi di posisi penjaga gawang, seperti yang dilakukan Manchester City. Komentar yang tidak sepenuhnya salah, karena posisi penjaga gawang juga tidak kalah vital di sepak bola.
ADVERTISEMENT
Maka, dengan dana yang ada, terlepas juga dari strategi apa yang akan mereka terapkan nanti, Liverpool mesti berani berinvestasi untuk posisi penjaga gawang. Karius bukannya buruk, tapi, tak ada salahnya memberikan tekanan sedikit padanya dengan mendatangkan penjaga gawang baru yang berkualitas. Itu akan baik buat dirinya, juga untuk tim, apalagi Simon Mignolet dikabarkan akan hengkang dari Anfield.
Jadi, siapa yang akan mereka rekrut nanti?