Analisis: Kelemahan Real Madrid yang Sukses Diekspos Barcelona

29 Oktober 2018 8:58 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kesedihan para pemain Madrid. (Foto: REUTERS/Albert Gea)
zoom-in-whitePerbesar
Kesedihan para pemain Madrid. (Foto: REUTERS/Albert Gea)
ADVERTISEMENT
Sebelum menghadapi Barcelona dalam laga El Clasico di pekan ke-10 La Liga musim 2018/19, Real Madrid sebenarnya sudah menunjukkan banyak cacat dalam permainan mereka. Cacat-cacat inilah yang berhasil dimaksimalkan oleh Barcelona untuk mengungguli Madrid.
ADVERTISEMENT
Berjumpa di Stadion Camp Nou, Minggu (28/10/2018) malam WIB, Real Madrid harus rela melihat gawang mereka diibobol lima kali oleh Barcelona lewat trigol Luis Suarez, serta satu gol masing-masing dari Philippe Coutinho dan Arturo Vidal. Barcelona menang 5-1, menjadi mimpi buruk Real Madrid di malam itu.
Secara permainan, sebenarnya Real Madrid tidak terlalu kalah dari Barcelona. Memang dari segi penguasaan bola, Madrid kalah dengan persentase 47% berbanding 53% milik Barcelona. Namun, dari segi peluang yang diciptakan, mereka unggul dengan catatan 15 tembakan berbanding 13 tembakan milik Barcelona. Hal ini menandakan bahwa Madrid mampu memberikan perlawanan bagi sang tuan rumah.
Lalu, apa yang membuat Real Madrid kalah dari Barcelona dalam pertandingan ini? Setidaknya, ada dua faktor yang menyebabkan hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Sayap dan Pertahanan Madrid yang Penuh Lubang
Pada pertandingan ini, harus diakui bahwa Real Madrid memulai laga dengan baik. Mereka menekan terus pertahanan Barcelona, dan sempat membuat Blaugrana terdesak. Namun, seiring berjalannya laga, tekanan yang mereka berikan justru menciptakan lubang di daerah pertahanan mereka sendiri.
Ketika bertahan, beberapa pemain Madrid kerap langsung menekan pemain terdekat yang menguasai bola. Hal ini membuat beberapa pemain Madrid acap keluar dari posisinya, menciptakan sebuah lubang di area tertentu. Hal ini ditambah dengan tidak disiplinnya para pemain Madrid untuk kembali ke posisinya masing-masing setelah menyerang, juga kurangnya bantuan dari lini tengah untuk menutupi posisi yang kosong.
Lubang-lubang ini, paling kentara berada di sisi kanan pertahanan dan renggangnya jarak antara Ramos dan Varane, dimanfaatkan secara baik oleh para pemain Barcelona. Di sisi kiri, Jordi Alba dengan berani menerobos pertahanan Madrid dalam beberapa kesempatan. Renggangnya jarak Ramos-Varane juga mampu dimanfaatkan oleh Suarez untuk menerima umpan terobosan dari tengah ataupun sayap.
ADVERTISEMENT
Penuhnya lubang di sayap dan juga di area tengah pertahanan ini yang menjadi pangkal eksploitasi serangan Barcelona. Tak heran, persentase serangan Barcelona di laga ini banyak dilakukan dari sisi kiri (46%) dan tengah (28%), karena dari situlah mereka leluasa membombardir gawang Thibaut Courtois dengan serangan mematikan.
Para pemain Barcelona merayakan gol. (Foto: REUTERS/Albert Gea)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Barcelona merayakan gol. (Foto: REUTERS/Albert Gea)
Serangan Real Madrid yang Minim Kombinasi
Real Madrid boleh-boleh saja menerapkan formasi ofensif dalam laga ini, yaitu 4-3-3. Trio penyerang depan Madrid juga ditempati oleh para pemain berkualitas macam Karim Benzema, Gareth Bale, dan Isco (belakangan Lucas Vazquez dan Marco Asensio juga dimasukkan). Namun, kualitas dari para penyerang ini jadi tidak bermakna di laga melawan Barcelona ini.
Selain karena gol Real Madrid yang justru dicetak oleh Marcelo, salah satu sebab kenapa Madrid sulit mencetak gol di laga ini adalah karena minimnya kombinasi yang mereka lakukan di lini serang. Serangan mereka juga tidak variatif, dengan kebanyakan serangan hanya berakhir menjadi umpan silang semata (Madrid menorehkan 14 kali umpan silang di laga ini).
ADVERTISEMENT
Tidak ada pergerakan apik dari Isco yang berkombinasi membuka ruang di area sepertiga akhir. Jarang juga terlihat aksi Asensio dan Vazquez yang berani melakukan cut inside. Tak ada juga aksi apik Benzema dalam membuka ruang bagi pemain lain seperti yang dia perlihatkan pada musim lalu. Semua seakan menyerang sendiri dan hanya terpaku pada satu pola. Tak ada gebrakan berarti yang mereka lakukan.
Lagipula, umpan-umpan silang yang mereka lepaskan menjadi sia-sia karena tidak ada sosok semacam Cristiano Ronaldo yang mampu menyundul bola dengan baik. Saat Madrid menyerang tanpa kombinasi inilah, sosok Ronaldo menjadi dirindukan, karena dia bisa menghadirkan efek kejut lewat penempatan posisinya yang apik serta sundulan dan tembakannya yang tak terduga.
ADVERTISEMENT
***
Julen Lopetegui bukannya tidak mengeluarkan respons. Dengan memasukkan Asensio serta Vazquez di babak kedua saja menunjukkan bahwa dia ingin melakukan perubahan di babak kedua. Serangan Madrid memang lebih tajam, tapi respons ini justru memperlebar keunggulan Barcelona atas Real Madrid di babak kedua. Apa yang terjadi saat lawan Barca ini mirip dengan apa yang terjadi saat mereka dihantam Sevilla.
Julen Lopetegui di sesi latihan Real Madrid di Liga Champions 2018/19. (Foto: REUTERS/Sergei Karpukhin)
zoom-in-whitePerbesar
Julen Lopetegui di sesi latihan Real Madrid di Liga Champions 2018/19. (Foto: REUTERS/Sergei Karpukhin)
Pada akhirnya, kekalahan atas Barcelona ini menjadi peringatan dini bagi semua elemen yang ada di Real Madrid. Tidak hanya soal skema yang tidak jalan, melainkan juga soal mental para pemain Madrid yang pelan-pelan mulai turun. Penampilan mereka tidak setrengginas ketika masih ditangani oleh Zinedine Zidane, kala Madrid mampu bermain dalam beberapa skema sama baiknya.
ADVERTISEMENT
Mereka memang kehilangan Ronaldo, dan itu adalah kehilangan yang besar. Tapi, berkaca pada Barcelona yang tetap tampil apik meski Messi tidak ada, Madrid juga harus segera bergerak maju usai ditinggal Ronaldo yang sekarang sudah menjadi miik Juventus. Madrid tak bisa terus-menerus bergantung pada Ronaldo. Soliditas tim yang ada sekarang adalah hal utama.
Jika tidak segera dibenahi, jangan-jangan status Real Madrid sebagai peraih gelar Liga Champions selama tiga musim berturut-turut menguap begitu saja ke udara.