news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Analisis: Pendekatan Taktik Atletico sebagai Buah dari Pengalaman

17 Mei 2018 8:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atletico Madrid Juara Liga Europa 2018 (Foto: Boris Horvat/AFP )
zoom-in-whitePerbesar
Atletico Madrid Juara Liga Europa 2018 (Foto: Boris Horvat/AFP )
ADVERTISEMENT
Jika sebuah tim ingin sukses tampil di kompetisi Eropa, maka pengalaman menjadi salah satu modal. Berlawanan dari pernyataan Diego Simeone dalam konferensi pers jelang laga, pada final Liga Europa antara Olympique Marseille dan Atletico Madrid, pengalaman justru menjadi faktor penentu.
ADVERTISEMENT
Berkat kemenangan ini, Atletico Madrid berhasil merengkuh gelar Liga Europa ketiga mereka. Dua gelar sebelumnya diraih pada musim 2009/2010 dan 2011/2012. Gelar ini juga menjadi pelipur lara kegagalan mereka di Liga Champions musim 2017/2018.
Sedangkan bagi Marseille, kekalahan ini menjadi pelajaran tersendiri. Melawan Atletico yang memang cukup kaya akan pengalaman mentas di kompetisi Eropa, Marseille seolah menjadi tim kemarin sore dalam pertandingan tersebut. Pengalaman menjadi pembeda bagaimana kedua tim menerapkan pendekatan.
ADVERTISEMENT
***
Jika boleh jujur, di 32 menit babak pertama, Marseille seolah menjanjikan permainan apik. Trio Dimitri Payet, Florian Thauvin, dan Lucas Ocampos di lini kedua Les Olympiens menjadi ancaman tersendiri. Bahkan, beberapa kali ketiganya mampu menembus garis pertahanan Atletico, menopang Valere Germain selaku penyerang tunggal.
Sampai 32 menit pertandingan berjalan, walau tertinggal 0-1, Marseille dapat membuat para pemain Atletico ketar-ketir. Atletico memang menerapkan garis pertahanan rendah dalam pertandingan ini. Tapi, dengan kolaborasi tiga pemain di lini kedua, laga tampaknya akan berjalan mudah bagi Marseille.
Namun, usai Payet ditarik keluar pada menit 32 akibat cedera, perubahan mulai tampak pada permainan Marseille dan Atletico Madrid. Marseille bereaksi dengan memasukkan Maxime Lopez, sedangkan Atletico meresponsnya dengan memasang pertahanan rendah dengan jarak para pemain yang lebih rapat. Dari sinilah pengalaman berbicara.
ADVERTISEMENT
Atletico dengan keunggulan 1-0 yang mereka miliki, melakukan pendekatan yang terbilang lebih tepat. Dengan memadatkan pertahanan, serta tidak terburu-buru mencari gol kedua (meski akhirnya mereka sukses mendapatkannya), mereka berusaha menggiring rasa frustrasi pada kubu Marseille.Tidak hanya memadatkan pertahanan, mereka juga akan balik menekan jika memang diperlukan.
Di sisi lain, Marseille yang kelimpungan karena ditinggal Payet, semakin kesulitan menghadapi lini pertahanan padat dan tekanan yang diterapkan Atletico. Rudi Garcia, pelatih Marseille, sebenarnya tidak tinggal diam. Dia memasukkan Clinton N'Jie dan Kostas Mitroglou untuk menambah daya dobrak di lini serang.
Namun, kekesalan wajah Ocampos yang diganti oleh N'Jie menunjukkan bahwa ada misi Marseille yang belum selesai.
Ya, ia dan para pemain Marseille yang lain gagal menembus lini pertahanan padat milik Atletico Madrid. Lini pertahanan padat ini merupakan buah dari pengalaman Atletico yang sudah cukup sering tampil di kompetisi Eropa.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, gelar juara Liga Europa 2017/2018 milik Atletico mempertegas bahwa tempaan pengalaman tidak akan pernah berakhir sia-sia.
Atletico Madrid Juara Liga Europa 2018 (Foto: Franck Fife/AFP )
zoom-in-whitePerbesar
Atletico Madrid Juara Liga Europa 2018 (Foto: Franck Fife/AFP )
***
Bicara soal pengalaman di kompetisi Eropa, Atletico pernah mengalami kejadian pahit. Dua kali bersua Real Madrid di partai final Liga Champions pada musim 2013/2014 dan 2015/2016, Atletico selalu meraih kekalahan. Dari kekalahan-kekalahan inilah, Atletico menata diri, tentang bagaimana caranya mereka melakukan pendekatan dalam partai sekelas final.
Hasilnya bisa dilihat dalam pertandingan melawan Marseille ini. Sepintas, Atletico hanya tampak bertahan lebih dalam serta mengandalkan serangan balik. Namun, dua keputusan itu pun dilakukan dengan penuh perhitungan.
Mereka tidak terburu-buru dan hanya berupaya mencuri gol jika ada kesempatan. Mereka juga bisa mengubah gaya permainan dari menekan agresif menjadi bertahan lebih dalam, atau sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Bisa dibilang, Marseille yang tampak bermain terburu-buru dalam laga ini, kalah dari segi pengalaman oleh Atletico. Tapi, setidaknya, Marseille sudah memberikan perlawanan apik, meski akhirnya tiga gol harus bersarang di gawang mereka.