Analisis: Pengambilan Keputusan (Masih) Jadi Momok Timnas U-23

28 April 2018 8:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertandingan Indonesia vs Bahrain. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pertandingan Indonesia vs Bahrain. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada banyak hal yang bisa memengaruhi hasil pertandingan. Namun, keputusan pemain dalam mengambil tindakan --menggiring, mengumpan, atau menendang-- di menjadi yang paling krusial. Dan itu terbukti pada laga Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-23 vs Bahrain.
ADVERTISEMENT
Bermain di Stadion Pakansari, Bogor, dalam pertandingan pertama PSSI Anniversary Cup, Jumat (27/4/2018), Timnas U-23 harus melahap kekecewaan setelah kalah tipis dengan skor 0-1. Satu-satunya gol dalam laga tersebut dicetak oleh Mohammed Mahroon pada menit ke-5.
Jika merujuk pada statistik yang dirilis Labbola, skuat asuhan Luis Milla itu mampu mendominasi jalannya pertandingan. Itu terlihat dari persentase penguasaan bola yang mencapai 64% dan total upaya tembakan yang menyentuh angka 18 dengan 8 di antaranya tepat mengarah ke gawang.
Milla menerapkan pendekatan yang berbeda pada laga ini. Empat pemain yang berada di pertahanan lawan, Lerby Eliandry, Febri Hariyadi, Evan Dimas, dan Osvaldo Haay, diberi instruksi untuk menekan dan menutup ruang pemain Bahrain yang sedang memegang bola. Dan apa yang diinstruksikan Mila kepada anak-anak asuhnya di atas lapangan cukup tokcer.
ADVERTISEMENT
Bahrain begitu kesulitan untuk mengembangkan permainan. Pressing agresif Timnas U-23 membuat aliran bola Bahrain tersendat dan jadi mudah kehilangan bola. Lihat saja persentase ball possession dan umpan sukses Bahrain yang cuma menginjak angka 36% dan 72%.
Namun, pressing tersebut tidak serta merta membuat Timnas U-23 unggul atas lawannya. Mengapa demikian? Jawabannya berada pada pressing itu sendiri.
Instruksi Milla agar pemain belakang ikut andil melakukan pressing jadi pemicunya. Mereka bermain lebih ke depan demi mematikan serangan Bahrain sejak area tengah lapangan. Tapi, apa yang diinstruksikan Milla membuat garis pertahanan Timnas U-23 menjadi lebih tinggi.
Pemain belakang Bahrain dengan jeli melihat hal itu. Mereka cukup menyodorkan umpan panjang dan sudah bisa memberikan kesulitan yang berarti bagi Hansamu Yama Pranata dan kolega. Gol tunggal Bahrain berpangkal dari skema tersebut.
ADVERTISEMENT
Celakanya, setelah gol itu, Milla tidak memodifikasi pressing agresif yang diterapkannya. Garis pertahanan Indonesia tetap tinggi dan itu selalu menciptakan ruang menganga di pertahanan sendiri.
Bahrain berupaya semaksimal mungkin memanfaatkan ruang itu. Dengan skema yang sama, sodoran umpan jauh dari lini belakang, mereka terus menggempur pertahanan Timnas U-23. Selalu begitu sampai babak pertama usai.
Indonesia beruntung punya kiper sekelas Andritany Ardhiyasa. Tanpa kehadirannya, mungkin, Bahrain bisa mencetak lebih banyak gol. Penyelamatan-penyelamatan krusial dilakukan oleh kiper Persija itu. Padahal, pemain Bahrain beberapa kali sudah dalam situasi satu lawan satu yang menguntungkan.
Indonesia vs Bahrain (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Indonesia vs Bahrain (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
Untuk mengakhiri masalah yang ada, di babak kedua, Milla memodifikasi pressing agresif yang diterapkannya. Pemain belakang bermain lebih ke dalam dan otomatis garis pertahanan jadi rendah.
ADVERTISEMENT
Lantas, apakah modifikasi yang dilakukan Milla berhasil? Jawabannya ya. Bahrain tidak bisa memasuki kotak penalti lawan dengan mudah lagi. Skema yang dipakai pada babak pertama sudah tidak mempan.
Hasilnya, instruksi Milla agar skuat asuhannya menekankan possession pun bisa terlaksana dengan sempurna. Tembakan demi tembakan dapat dicatatkan. Tapi, tidak ada yang berbuah gol. Ini merupakan tanda ada beberapa instruksi yang tidak diejawantahkan dengan baik oleh anak-anak asuh Milla di atas lapangan.
Pengambilan Keputusan yang Bermasalah
Mari sepakati bersama, pada pertandingan ini Febri bermain luar biasa. Kelincahan dan dribel-dribel ciamiknya membelalakkan mata pencinta sepak bola nasional. Bola yang menggelinding kencang dan diprediksi tidak mungkin diambil nyatanya masih bisa dia kejar.
ADVERTISEMENT
Intinya, pemain Persib Bandung itu mempertontonkan aksi-aski yang luar biasa bagusnya. Namun, sekali lagi, tidak ada gol yang dicetak berarti ada masalah yang terjadi. Dan itu berkenaan dengan pengambilan keputusan yang salah. Febri beberapa kali melakukannya.
Setelah berhasil mengelabui lawan-lawannya, Febri mendapatkan ruang yang cukup terbuka. Alhasil, dia punya banyak opsi yang bisa diambil --menggiring bola lebih ke dalam, memberikan umpan silang, atau menendang bola. Nah, di sinilah letak masalahnya. Febri kerap mengambil keputusan yang salah.
Ketika harus menyodorkan umpan silang membuat peluang untuk mencetak gol lebih besar, Febri malah menembak bola atau sebaliknya.
Namun, kesalahan itu tidak sepenuhnya milik Febri. Pemain-pemain lain macam Osvaldo, Muhammad Hargianto, dan Lerby pun berkali-kali selalu memilih opsi yang tidak tepat.
ADVERTISEMENT
***
Di atas lapangan, pemain seharusnya dapat mengambil keputusan tepat dengan cepat. Sebab, itu akan sangat memengaruhi narasi pertandingan. Ya, mau bagaimana lagi, Timnas U-23 pada akhirnya gagal menyamakan kedudukan. Peluang-peluang yang mereka dapat tidak ada yang berbuah gol.
Namun, melihat permainan Timnas U-23 secara keseluruhan, mereka layak mendapatkan apresiasi. Toh, di babak kedua mereka bisa bermain apik dan berulang kali menebar ancaman. Padahal, tim yang mereka lawan pernah memberikan pengalaman buruk bagi Timnas senior. Yakni, kala menang sepuluh gol tanpa balas di Manama enam tahun silam.