Andreas Pereira dan Rumah yang Diidam-idamkan

5 September 2018 8:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gelandang Manchester United asal Brasil, Andreas Pereira. (Foto: Getty Images/Michael Regan)
zoom-in-whitePerbesar
Gelandang Manchester United asal Brasil, Andreas Pereira. (Foto: Getty Images/Michael Regan)
ADVERTISEMENT
Menjadi Andreas Pereira adalah menjadi sebuah produk globalisasi. Dalam dirinya, ada jasa lima negara yang menjadikannya sesosok manusia utuh.
ADVERTISEMENT
Pereira lahir di Duffel, Belgia, 22 tahun silam. Ayahnya, Marcos, adalah seorang pesepak bola asal Brasil yang jatuh hati pada wanita setempat. Pereira sendiri akhirnya tidak pernah berlama-lama tinggal di Belgia. Setelah mengenyam pendidikan sepak bola bersama klub lokal Lommel United, Pereira hijrah ke Belanda pada usia sembilan tahun untuk bergabung dengan akademi PSV Eindhoven.
Di PSV, Pereira menghabiskan waktu enam tahun sampai akhirnya pada 2011 Manchester United datang menghampiri. Oleh United, Pereira ditawari satu spot di akademinya. Pereira pun mengiyakan tawaran 'Iblis Merah' tersebut. Akhirnya, pada 2014, Pereira dipromosikan ke tim utama untuk pertama kalinya meskipun dia masih lebih sering berlaga bersama tim junior.
Dua tahun setelah dipromosikan ke tim utama United, Pereira dipinjamkan ke Granada di Spanyol demi memperkaya jam terbang. Jadilah pada musim 2016/17 Pereira bermain untuk klub Andalusia tersebut. Namun, semusim di Granada tidaklah cukup bagi Pereira untuk bisa menembus tim inti United. Oleh karena itu, pada musim 2017/18, gelandang berpostur 177 cm ini harus rela kembali dipinjamkan; kali ini ke Valencia.
ADVERTISEMENT
Bersama Valencia itulah Pereira mencuat. Dimainkan sebagai gelandang sayap oleh Marcelino Garcia Toral, dia menjadi salah satu alasan penting di balik keberhasilan Los Che kembali ke Liga Champions. Penampilan apik itulah yang membuat Pereira akhirnya dipercaya untuk menjadi bagian dari tim inti Manchester United.
Meski demikian, di United, Pereira harus kembali bekerja ekstra keras. Sebab, Jose Mourinho justru tidak memainkan dirinya di posisi yang selama ini sudah dia kuasai. Alih-alih ditempatkan di sisi lapangan, Pereira kini beralih fungsi menjadi gelandang tengah. Dua pertandingan sudah dijalaninya di posisi tersebut.
Hasilnya baik dan buruk. Pada laga pertama melawan Leicester City, Pereira mendulang pujian berkat ketenangannya dalam menjadi pengatur serangan tim. Beroperasi di depan kuartet bek, Pereira menjelma menjadi sosok semacam Jorginho dan Andrea Pirlo. Peran serupa akhirnya dia lakoni pada laga berikut menghadapi Brighton and Hove Albion.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, penampilan Pereira di laga melawan Brighton itu tidaklah sebagus pada pertandingan pertama. Bahkan, dia harus diganti pada awal babak kedua. Namun, penampilan buruk di satu pertandingan tak lantas membuat Pereira terabaikan. Pada titik itu, dia sudah resmi dipanggil ke Tim Nasional Brasil untuk kali pertama.
Pereira dipanggil Tite untuk memperkuat Selecao dalam uji tanding menghadapi El Salvador dan Amerika Serikat. Dia, bersama Arthur Melo, Lucas Paqueta, Richarlison, Fabinho, Dede, dan Felipe, merupakan nama-nama gres yang diundang untuk mengenakan seragam kebesaran Timnas Brasil. Di titik itu pulalah masa depan Pereira mulai mendapat titik terang.
Sebelum ini, Pereira sudah memperkuat dua Timnas di berbagai kelompok umur. Pada 2010, dia dipanggil membela Belgia untuk level U-15. Setelah itu, Pereira terus naik kelas ke level U-16 dan U-17. Namun, pada 2014, kesempatan membela Brasil akhirnya didapatkan Pereira meskipun hanya di level U-20. Pada 2016, Pereira kembali naik kelas di Brasil dengan menjadi bagian Timnas U-23.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, menjadi anggota Timnas di kelompok umur bukanlah jaminan bagi Pereira untuk bisa membela Brasil di level senior. Sebelum pemanggilan oleh Tite ini, Pereira masih bisa ditarik untuk jadi bagian dari Timnas Belgia. Rekan setim Pereira di Manchester United, Romelu Lukaku, bahkan sudah membujuknya untuk memperkuat Belgia saja.
"Dia berusaha meyakinkanku dan itu bukan sekali dua kali saja. Namun, aku kemudian berkata kepadanya, 'Rasanya berbeda, Lukaku.' Bermain untuk Belgia memang membanggakan, tetapi bermain untuk Brasil rasanya lain lagi. Brasil, ya, Brasil. Aku merasa seperti di rumah," tutur Pereira kepada Globo Esporte. "Setelah itu dia berkata, 'Ya, sudah. Kalau begitu ikutilah kata hatimu'. Dia menghargai keputusanku."
Bak gayung bersambut, kata hati Pereira itu mendapat respons dari tanah leluhurnya. Kini, Pereira telah selangkah lebih maju untuk menjadi bagian dari tim yang senantiasa dia idam-idamkan. Namun, tentu saja, jalan Pereira masih panjang karena untuk bisa jadi anggota sah sebuah timnas, seorang pemain harus bermain di laga kompetitif. Kesempatan itulah yang masih harus terus diburu oleh Pereira.
ADVERTISEMENT