Andri Syahputra Dicerca, lalu ke Piala Dunia

24 Mei 2019 20:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Andri Syahputra akan berlaga di Piala Dunia bersama Timnas Qatar. Foto: Zimbio
zoom-in-whitePerbesar
Andri Syahputra akan berlaga di Piala Dunia bersama Timnas Qatar. Foto: Zimbio
ADVERTISEMENT
Andai pada Februari 2017 Andri Syahputra menerima undangan PSSI untuk memperkuat Timnas U19, ia akan mengalami hal-hal berikut ini: Peringkat ketiga Piala AFF 2017, tersingkir dari babak perempat final Piala Asia U-19 2018, gagal lolos ke Piala Dunia U-20, dan sejumlah hasil tak menyenangkan lain.
ADVERTISEMENT
Namun, kita tahu hal itu tak pernah terjadi. Andri yang sudah berkali-kali dihubungi PSSI tak kunjung memberi respons.
Hal inilah yang kemudian membuatnya dirundung oleh banyak warganet. Ia disebut-sebut menolak panggilan negara. Bahkan ada yang mencapnya sebagai pengkhianat.
Dari salah satu pernyataan yang disampaikan oleh Agus Sudarmanto, ayah Andri, sebetulnya tak tampak kalimat penolakan. Ia hanya menyebut bahwa usia Andri yang masih 17 tahun dan berstatus pelajar merupakan tanggung jawab Federasi Sepak Bola Qatar (QFA). Ia tak bisa langsung memutuskan.
Agus pun sebetulnya sudah mengirim surat berisi informasi tersebut melalui QFA. Namun, lantaran prosesnya harus mengirim ke FIFA terlebih dahulu, lalu ke PSSI, surat itu tak bisa tiba dengan cepat. Sayangnya, PSSI sudah terlanjur bicara ke media saat surat tersebut belum diterima.
ADVERTISEMENT
Berbulan-bulan kemudian, polemik ini mereda. Andri secara perlahan mulai dilupakan. Namun jelang pertengahan 2017, Andir kembali menjadi sorotan lantaran dipanggil untuk memperkuat Timnas Qatar U19 dan ia menerimanya.
Hingga kini, panggilan serupa terus berdatangan kepada sang pemain, termasuk untuk berlaga pada ajang Piala Dunia U-20 di Polandia yang tengah digelar tahun ini.
Menyimak Perjalanan Andri di Qatar
Andri masih berusia lima tahun tatkala meninggalkan Indonesia. Saat itu, tahun 2005 baru menjelang.
Tujuannya? Qatar.
Ia terbang ke negara tersebut lantaran sang ayah bekerja untuk salah satu perusahaan gas dan minyak di sana. Toh, Qatar adalah negara dengan cadangan gas alam cair terbanyak di dunia.
Di Qatar, sang ayah mendaftarkannya ke Al-Khor Community Club (AKC), sebuah lembaga pendidikan Qatar yang biasa menampung para pemuda dengan bakat khusus. Tentu saja bakat yang dimiliki Andri adalah olahraga. Oke, sepak bola, tepatnya. Hal ini disadari betul oleh Agus sedari dulu.
ADVERTISEMENT
Bukti bahwa anaknya memang memiliki bakat besar di bidang sepakbola adalah keinginan Al-Khor SC untuk merekrutnya. Hal ini terjadi setelah Andri belajar sepak bola selama dua tahun di AKC. Hanya, Andri tak begitu lama di Al-Khor. Ia pindah Al-Gharafa sekitar setahun berselang.
Al-Gharafa merupakan salah satu klub top di Qatar yang biasa mengumpulkan para pemain muda berbakat. Jelas ini merupakan sebuah peningkatan dan pengakuan bagi Andri.
Yang menarik, saat merekrut sang pemain, Al-Gharafa sampai harus berebut dengan sejumlah klub Qatar lain, seperti Al-Sadd.
Hal ini semakin menegaskan bahwa kemampuan yang dimiliki Andri memang bukan hal yang biasa. Terlebih, tak lama setelah Al-Gharafa merekrutnya, Andri juga bergabung dengan salah satu akademi sepakbola ternama Qatar, Aspire Academy.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa sebenarnya kemampuan pemain kelahiran Lhokseumawe pada 29 Juni 1999 ini? Banyak.
Ia bisa bermain pada hampir semua posisi di lini serang. Mulai dari sayap kiri dan kanan, gelandang tengah, hingga gelandang serang. Andri juga memiliki naluri mencetak gol yang tinggi dan karena itu ia juga piawai bermain sebagai penyerang tengah.
Meski demikian, di antara semua posisi tersebut, posisi terbaik bagi Andri adalah gelandang serang dan penyerang tengah.
Saat bermain sebagai gelandang serang, Andri bisa bebas bergerak, merancang serangan, bahkan mengatur tempo permainan. Sementara saat menjadi penyerang, yang terjadi adalah raihan fenomenalnya selama memperkuat Al-Gharafa di Liga Qatar U17: Pencetak gol terbanyak liga selama tiga musim beruntun, tepatnya pada 2013, 2014, dan 2015.
ADVERTISEMENT
Prestasi memukau Andri selama di Gharafa U-17 ini membuatnya beberapa kali disertakan ke tim utama. Pada 2016-17, misalnya, ia diturunkan sebanyak tiga kali dengan total 113 menit bermain. Semua laga yang ia lakoni di musim itu adalah pertandingan liga utama Qatar.
Musim berikutnya, Andri masih mendapat kesempatan turun bersama tim utama. Namun, menit bermainnya menurun menjadi 76 menit saja. Itu pun hanya di ajang Piala Qatar, bukan liga.
Pada 2018/19, Andri sudah bermain sebanyak lima kali. Rinciannya adalah dua pertandingan liga (68 menit) dan tiga pertandingan Piala Qatar (270 menit). Hebatnya, tiga dari lima pertandingan tersebut ia lakoni sebagai starter.
***
Dengan berbagai kemampuan dan capaian yang Andri torehkan, publik Qatar patut berbangga dan bersyukur lantaran sang pemain memilih untuk membela panji mereka.
ADVERTISEMENT
Sementara kita yang sempat dibuat kecewa, cukup merasa bangga saja bahwa (akhirnya) ada anak Indonesia yang berlaga di Piala Dunia. Yaaah....meskipun membela negara yang bukan negara kita.