news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Apa yang Salah dari AS Roma?

12 Desember 2018 18:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain-pemain Roma merayakan gol ke gawang Viktoria Plzen. (Foto: Reuters/Tony Gentile)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain-pemain Roma merayakan gol ke gawang Viktoria Plzen. (Foto: Reuters/Tony Gentile)
ADVERTISEMENT
Malang nian nasib AS Roma. Jika musim lalu mereka finis di posisi ketiga pada papan peringkat Serie A, kini I Gialorossi bercokol di posisi ke-8 dengan kondisi telah kalah 4 kali dan imbang 4 kali dari 15 laga yang telah dijalani.
ADVERTISEMENT
Pelatih Eusebio Di Francesco bukannya tanpa upaya. Karena tahu taktiknya tak lagi efektif, allenatore berkebangsaan Italia itu mengubah pakem Roma dari 4-3-3 menjadi 4-2-3-1 dengan Javier Pastore berada di belakang Edin Dzeko. Perubahan ini mulanya menunjukkan dampak positif bagi Roma.
Roma menang 4-0 atas Frosinone (27/9/2018) ketika pakem 4-2-3-1 pertama kali diterapkan. Setelah laga itu, Alessandro Florenzi dan kolega menikmati rekor tiga kemenangan beruntun di lintas kompetisi. Namun, pada akhirnya, inkonsistensi kembali hinggap.
Roma gagal menang pada empat laga terakhir yang telah dijalani di lintas kompetisi. Puasa kemenangan ini merupakan yang terpanjang dialami Roma musim ini. Roma telah kebobolan 7 gol dan hanya mencetak 4 gol pada kurun waktu tersebut. Lantas, kenapa Roma bisa seburuk itu?
ADVERTISEMENT
Musabab pertama di balik kesialan ini tak bisa dilepaskan dari kebergantungan Roma terhadap pemain-pemain inti. Patrik Schick bukanlah pengganti sepadan untuk Dzeko, yang terpaksa absen karena mengalami cedera otot sejak akhir November silam.
Penyerang berkebangsaan Republik Ceko itu baru mencetak satu gol untuk Roma musim ini. Repotnya bagi Roma, Schick merupakan satu-satunya opsi striker murni yang mereka miliki untuk saat ini.
Patrik Schick mencetak gol AS Roma ke gawang Sampdoria. (Foto: Alberto Pizzoli/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Patrik Schick mencetak gol AS Roma ke gawang Sampdoria. (Foto: Alberto Pizzoli/AFP)
Di pos belakang striker, pemain silih bergati. Karena Pastore cedera pada akhir September silam, Lorenzo Pellegrini sempat mengisi pos tersebut. Kemudian pemain berkebangsaan Italia berusia 22 tahun itu cedera bisep pada akhir November silam.
Butuh waktu agak lama untuk gelandang serang kelahiran 1999 bernama Nicolo Zaniolo untuk menunjukkan performa terbaiknya ketika dipercaya tampil sebagai nomor 10. Buntunya striker pengganti Dzeko dan gonta-ganti gelandang serang berdampak serius kepada Roma. Apalagi, serangan Roma dalam skema 4-2-3-1 berpusat ke tengah.
ADVERTISEMENT
Dari empat laga terakhirnya, Roma telah melancarkan lebih dari 10 tembakan per laga. Namun, dari sebanyak itu upaya, mereka hanya bisa mencetak gol pada dua laga terakhirnya. Yaitu ketika memetik hasil imbang 2-2 kala melawan Inter (3/12) dan Cagliari (9/12).
Perlu diingat juga Aleksandar Kolarov selalu mencetak satu gol pada dua laga itu melalui eksekusi bola mati. Ini menandakan betapa payahnya Roma dalam urusan mencetak gol dalam skema open-play.
Laga Real Madrid vs AS Roma. (Foto: Noah K. Murray-USA TODAY Sports)
zoom-in-whitePerbesar
Laga Real Madrid vs AS Roma. (Foto: Noah K. Murray-USA TODAY Sports)
Sementara, Robin Olsen sejauh ini belum bisa lepas dari bayang-bayang kiper Alisson Becker, yang hengkang ke Liverpool pada bursa transfer musim panas silam. Apalagi, lini pertahanan Roma begitu rentan diserang dalam skema serangan balik cepat.
Musim lalu, sebagaimana Squawka mencatat, Alisson memiliki catatan melakukan 3,61 penyelamatan setiap kali kebobolan di Serie A. Sementara, Olsen memiliki catatan 2,37 penyelamatan per kebobolan di Serie A musim ini. Catatan Olsen tak buruk, tapi juga tak cukup baik untuk bersaing menjadi kiper top di Serie A.
ADVERTISEMENT
Walau begitu, Bryan Cristante yakin masalah inkonsistensi ini akan segera berlalu selama mereka tetap bekerja keras. Gelandang yang dipinjam dari Atalanta itu merasa laga Liga Champions melawan Viktoria Plzen, Kamis (13/12/2018), bisa menjadi laga yang mengubah peruntungan Roma musim ini.
“Kami hanya perlu berusaha keras menunjukkan yang kami bisa di atas lapangan. Setiap musim kan selalu menawarkan nasib yang berbeda. Satu hal yang jelas, kami perlu bekerja keras. Cepat atau lambat, hasil baik pasti akan terlihat,” kata gelandang berusia 23 tahun itu sebagaimana dilansir Football Italia.
"Laga Liga Champions selalu indah dan penting bagi saya. Ketika tengah berada di posisi sesulit yang kami rasakan, laga-laga Liga Champions menjadi kian penting demi menemukan konsistensi kami kembali."
ADVERTISEMENT