news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Apakah Riyad Mahrez Pilihan Ideal untuk Manchester City?

11 Juli 2018 21:45 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mahrez akhirnya hengkang ke Manchester City.  (Foto: Reuters/Darren Staples)
zoom-in-whitePerbesar
Mahrez akhirnya hengkang ke Manchester City. (Foto: Reuters/Darren Staples)
ADVERTISEMENT
Setelah tertunda setengah musim lamanya, Riyad Mahrez akhirnya resmi jatuh ke pelukan Manchester City.
ADVERTISEMENT
Winger yang berhasil mempersembahkan satu gelar juara Premier League untuk Leicester City itu sebenarnya telah jadi incaran Pep Guardiola Januari lalu. Akan tetapi The Foxes tak merestuinya. Mahrez pun kecewa dan sempat mangkir dari sesi latihan tim.
Tak bisa dimungkiri Mahrez mengalami kemerosotan penampilan dibanding musim emasnya pada 2015/2016 silam. Hilangnya N'Golo Kante dan Danny Drinkwater membuat arus serangan balik Leicester tak sekencang musim tersebut.
Terlepas dari raibnya para pilar penting tim, Mahrez sendiri memang mengalami awal yang buruk di awal musim lalu --tepatnya saat rezim Craig Shakespeare. Ia butuh dua bulan untuk mencetak gol perdananya di Premier League. Sebuah degradasi catatan mengingat Mahrez rata-rata memproduksi 11,5 gol dalam dua edisi ke belakang.
ADVERTISEMENT
Titik terang akhirnya datang setelah Claude Puel ditunjuk menggantikan Shakespeare pada 25 Oktober lalu. Pundi-pundi golnya pun bertambah menjadi 12 di akhir musim, melengkapi torehan assist yang menyentuh jumlah 10.
Sejatinya Puel tak banyak melakukan perombakan. Mantan pelatih Nice itu juga menempatkan Mahrez di tepi kanan dalam format 4-4-2 serta 4-2-3-1. Bahkan, ia juga sempat memakai format 4-4-1-1 yang dulu jadi langganan Shakespeare.
Bedanya, Puel menempatkan Mahrez secara berbeda. Jebolan akademi Le Havre itu dibebaskan untuk beranjak dari sisi kanan. Dengan bagitu, kansnya sebagai pengakomodir Jamie Vardy dan memanfaatkan peluang menjadi semakin besar.
Laga pamungkas kontra Tottenham Hotspur di Premier League bisa dijadikan acuan. Mahrez diturunkan sebagai winger kanan dalam format 4-2-3-1 yang dicanangkan Puel. Ia berkontribusi atas tiga dari empat gol yang dicetak Leicester ke gawang Spurs.
ADVERTISEMENT
Menariknya, aksinya itu tak monoton berawal dari sisi kanan saja. Gol yang dicetaknya berawal dari inisiatif untuk merangsek ke kotak penalti lawan Spurs. Hasilnya, bola liar hasil sepakan Vardy berhasil disambut dan diakhiri dengan sempurna.
Mahrez tercatat dua kali melepaskan tembakan --semuanya tepat sasaran-- di dalam kotak penalti. Aksi yang urung dilakukan saat masih berada di bawah naungan Shakespeare.
Agresivitas tak lantas memangkas kreativitas Mahrez. Nyatanya ia mampu membukukan sepasang assist. Aksinya yang perdana yang justru diawali dari manuvernya di area sentral --bukan sisi sayap-- sebelum akhirnya diselesaikan oleh Vardy. Sedangkan satu assist lainnya berasal dari spesialisasinya sebagai eksekutor bola mati.
Sementara itu lini depan City di tangan Guardiola amatlah cair. Boro-boro menggaet penyerang dengan postur menjulang, sepasang strikernya justru memiliki tipikal serupa: Kecepatan.
ADVERTISEMENT
Ya, Sergio Aguero dan Gabriel Jesus bukanlah pemain yang andal dalam duel udara. Di satu sisi, keduanya mahir untuk bermain melebar. Inilah yang jadi titik terkuat produktivitas The Citizens.
Lebih dari itu, Guardiola juga membelah porsi sepasang winger-nya, Leroy Sane dan Raheem Sterling. Nama yang disebut belakangan diutus untuk aktif dalam melepaskan tembakan, berbeda dengan Sane yang didaulat untuk mengkreasi peluang.
Itulah mengapa pemain yang dibeli dari Schalke 04 itu cuma meleapaskan 1,8 tembakan per laga. Bandingkan dengan Aguero yang mencatatkan 3,8 dan 2,6 yang ditorehkan Sterling. Di sisi lain, efektivitas jadi nilai plus dari Sane.
Meski beroperasi sebagai winger, ia sukses mengemas 10 gol di Premier League musim lalu. Terbanyak ketiga setelah Aguero dan Sterling. Torehan assist-nya lebih mentereng lagi karena sukses membukukan 15 assist, terbanyak kedua setelah Kevin De Bruyne sang kreator serangan City.
ADVERTISEMENT
Penggawa Manchester City merayakan gol. (Foto: REUTERS/David Klein)
zoom-in-whitePerbesar
Penggawa Manchester City merayakan gol. (Foto: REUTERS/David Klein)
Well, sampai di sini bisa dipahami bahwa winger ideal Guardiola adalah figur yang piawai dalam mengkreasi peluang sekaligus oportunis untuk memanfaatkan celah di pertahanan lawan.
Kebetulan figur seperti Sane masih langka dalam skuat City. Bernardo Silva yang diproyeksikan sebagai alternatif pemain berusia 22 tahun itu belum menyasar harapan. Rata-rata tembakan dan umpan kunci per laganya saja tak menyentuh angka satu. Padahal, penyerang sayap komplit jadi salah satu unsur utama demi mendongkrak produktivitas City.
Nah, itulah alasan Guardiola memboyong Mahrez: Sebagai jawaban akan kebutuhan winger kreatif dan oportunis.