Bagaimana Ronald Koeman Menyembuhkan Belanda

21 November 2018 15:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatih Timnas Belanda, Ronald Koeman. (Foto: AFP/Oli Scarff)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Timnas Belanda, Ronald Koeman. (Foto: AFP/Oli Scarff)
ADVERTISEMENT
Tendangan kaki kanan Virgil van Dijk berhasil mengoyak jala Manuel Neuer. Mengakhiri laga UEFA Nations yang dihelat di Veltins-Arena, Selasa (20/11/2018) dini hari WIB, itu dengan skor imbang 2-2, Belanda memastikan diri lolos ke babak semifinal sekaligus menghukum Jerman yang sebelumnya sudah dipastikan terdemosi ke League B.
ADVERTISEMENT
Gol Van Dijk itu bukanlah sebuah kebetulan. Bek Liverpool tersebut memang diutus untuk maju ke depan. Tujuannya, ya, demi memaksimalkan skema umpan lambung yang dicanangkan sang pelatih, Ronald Koeman.
"Kami harus mengubah sesuatu di fase akhir laga. Kemudian, saya menerima pesan dari Dwight Lodeweges, tetapi tidak memahaminya. Saat skor masih 0-2, saya menjawab tidak," tutur Koeman sebagaimana dilansir oleh situs UEFA.
Pada akhirnya, Koeman benar-benar mengaplikasi 'pesan' yang dikirimkan asistennya itu --usai Quincy Promes memeperkecil ketinggalan menjadi 1-2.Usut punya usut, pesan yang diberikan lewat secarik kertas itu berisikan tentang mutasi Van Dijk ke pos penyerang. Lebih tepatnya, Belanda saat itu menerapkan formasi 3-2-3-2 di pengujung laga, dengan duet Luuk de Jong dan Van Dijk di garis terdepan.
ADVERTISEMENT
Sebuah pengingkaran identitas sebenarnya karena keputusan semacam ini merupakan langkah pragmatis. Ia 'menyelingkuhi' penguasaan bola dan pola serangan satu-dua yang jadi pegangan Koeman.
Namun, justru keputusan reaktifnya itu yang berhasil membawa Belanda lolos ke semifinal UEFA Nations League, perolehan terbaik mereka di pentas internasional sejak finis di peringkat ketiga pada Piala Dunia 2014 silam.
Well, Koeman adalah sosok di balik keberhasilan Belanda saat ini. Di bawah arahannya, Oranje perlahan mengangkat derajatnya.
Sejak mengambil tampuk kepelatihan Febuari lalu, cuma dua kali Belanda kalah di bawah arahan Koeman. Empat lainnya berakhir imbang, dan empat sisanya sukses diakhiri dengan kemenangan --termasuk keberhasilan mengalahkan juara bertahan Piala Eropa, Portugal, dan Prancis, perengkuh Piala Dunia edisi terakhir.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya tak ada yang khas dari Koeman secara taktikal. Nyatanya, ada lima pakem dasar berbeda yang dipakainya saat membesut Southampton 2014/15 silam. Pun demikian semusim sesudahnya --meski skema dasar 4-2-3-1 lebih intens diterapkannya bersama The Saints.
Eits, tak sampai di situ, catatannya bersama Everton lebih random lagi. Total sembilan format pernah diaplikasikan pada Leighton Baines dan kawan-kawan di Premier League edisi 2016/17. Cukup membuktikan bahwa Koeman bukan pribadi yang idealis perkara pemakaian formasi dasar.
Bersama Belanda, Koeman sendiri sempat memakai pakem 5-3-2 saat melakoni laga debutnya melawan Inggris 23 Maret lalu. Hasilnya negatif, anak-anak asuhnya ditekuk 'Tiga Singa' 0-1 di Johan Cruyff ArenA. Impaknya baru mulai tampak tiga hari berselang saat Portugal mereka lumat tiga gol tanpa balas.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, pakem lima bek tak selamanya tokcer. Dua penyerang terlalu sulit untuk menembus tim yang defensif atau memiliki lini pertahanan mumpuni. Contohnya, Belanda cuma bermain imbang 1-1 dengan Slovakia dan Italia.
Untuk mendongkrak produktivitas timnya, Koeman lalu beralih ke pakem 4-3-3. Dia berupaya meneruskan apa yang dilakukan oleh para pendahulunya, Guus Hiddink, Danny Blind, dan Dick Advocaat.
Perubahannya berbuah hasil setelah berhasil mengandaskan Peru, meski Belanda keok 1-2 dari Prancis di laga pembuka UEFA Nations tiga hari sesudahnya. Di satu sisi, kekalahan dari Les Bleus bisa sedikit dimaklumi. Berbeda dengan Didier Deschamps turun dengan skuat regulernya di Piala Dunia 2018 lalu, skuat Koeman masih dalam masa pertumbuhan demi membentuk kerangka tim.
ADVERTISEMENT
Para pemain Belanda merayakan gol. (Foto: REUTERS/Leon Kuegeler)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Belanda merayakan gol. (Foto: REUTERS/Leon Kuegeler)
Nah, konsep semacam ini yang penting, tentang keberanian Koeman memaksimalkan para pemain mudanya. Denzel Dumfries, Frenkie de Jong, dan Marten de Roon adalah deretan nama yang mendapatkan debutnya di era Koeman. Bahkan, dua nama yang disebut belakangan itu jadi penopang utama lini tengah Belanda sejauh ini.
Selain itu, Koeman juga piawai memfungsikan Kenny Tete. Kendati sudah mencicipi debutnya bersama Belanda 2015 silam, full-back milik Olympique Lyon itu tak terpantau radar di rezim sebelumnya. Buktinya, hanya dua kali Tete tampil tahun lalu, tiga caps lebih sedikit ketimbang era Koeman.
Sementara, Matthijs de Ligt jadi pemuda tersukses Belanda sejauh ini. Setelah melakoni laga perdana 2017 lalu, bek berusia 19 tahun itu rutin mengisi jantung pertahanan Belanda. Torehan sepasang assist ke gawang Portugal jadi pencapaian terbaiknya sejauh ini.
ADVERTISEMENT
Bergesernya kepercayaan Koeman ke pemain muda ini tak bisa dipisahkan dari spirit totaal voetbal yang dianutnya, dengan penguasaan bola serta pergerakan dinamis yang jadi dasarnya. Itulah mengapa tak ada nama-nama beken macam Wesley Sneijder, Arjen Robben, dan Robin van Persie dalam skuat Koeman.
De Ligt ketika menghadapi Ronaldo. (Foto: Fabrice Coffrini/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
De Ligt ketika menghadapi Ronaldo. (Foto: Fabrice Coffrini/AFP)
Lagipula, selain perkara taktikal, penyegaran komposisi pemain juga akan memberikan dampak positif dalam skuat Belanda ke depannya. Lagipula, soal kepemimpinan, Koeman bisa menyerahkannya kepada Van Dijk.
Nah, dengan terselesaikannya problem lini belakang dan area sentral, menjadi semakin mudah tugas Koeman untuk mengeksploitasi potensi Memphis Depay. Mantan penggawa Manchester United itu memang jadi satu-satunya pemain yang paling konsisten di lini depan Belanda.
Sebagai opsi di pos winger, Koeman menyerahkannya kepada Ryan Babel, Steven Bergwijn, dan juga Promes. Oh, ya, satu nama lagi yang jadi andalan Koeman adalah Georginio Wijnaldum.
ADVERTISEMENT
Kemampuan Wijnaldum memanfaatkan peluang menjadi pelengkap bagi De Roon yang defensif serta De Jong yang lebih difungsikan sebagai pengatur serangan. Hasilnya, di pentas UEFA Nations League, Wijnaldum sukses mencetak dua gol.
See? Keberhasilan Koeman bersama Belanda bukan cuma tentang sikap reaktifnya dalam menanggapi permainan lawan, tetapi juga bagaimana tentang mengayomi para pemain muda yang bakal jadi tonggak juara Eropa 1988 ini di masa depan.