Bagas dan Bagus: Si Kembar yang Bersinar karena Tertukar

1 Agustus 2018 15:57 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi Bagas, Bagus, dan Rendy kala bersua dengan Filipina. (Foto: Dok. PSSI)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi Bagas, Bagus, dan Rendy kala bersua dengan Filipina. (Foto: Dok. PSSI)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Amiruddin Bagas Kaffa Arrizqi dan Amirudin Bagus Kahfi Alfikri tak banyak angkat bicara ketika pelatih Timnas Indonesia U-16, Fakhri Husaini, manakala tertukar menulis posisi mereka setelah menjalani proses seleksi di Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Bagas yang berperan sebagai ujung tombak malah ditulis sebagai bek sayap. Sebaliknya, Bagus yang sering dimainkan sebagai bek kiri selama proses seleksi justru mendapatkan posisi sebagai penyerang. Tertukarnya posisi kedua pemain tersebut dikarenakan perawakan mereka yang memang mirip.
Fakhri baru sadar posisi mereka tertukar beberapa waktu kemudian. Akan tetapi, Bagas dan Bagus kadung nyaman dengan posisi barunya. Mereka juga dapat membayar kepercayaan Fakhri di setiap laga yang dimainkan. Maka, Fakhri urung menukar posisi dan peran mereka karena mereka sendiri menikmatinya.
Berawal dari kesalahan itu pendar Bagas dan Bagus terus bersinar. Di Piala AFF U-16 2018, pemain kembar identik itu memperlihatkan kemampuan telepati begitu mampu mengelabui barisan bertahan lawan.
Kisah bermula dari gol Bagus ke gawang Filipina dalam laga perdana Grup A Piala AFF U-16 2018 di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Minggu (29/7/2018).
ADVERTISEMENT
Bagas dapat menyisir sisi kanan pertahanan Filipina. Setelah memasuki kotak 16, Bagas melirik ke arah tiang dekat. Di sana ada sang adik, Bagus, yang tengah berlari tanpa kawalan. Sepersekian detik kemudian, Bagas menyodorkan umpan silang bawah.
Bola menggelinding tepat ke kaki Bagus. Tak lama kemudian Bagus mengonversikan kesempatan di depan gawang menjadi gol. Bagas dan Bagus berlari ke sisi lapangan dan melakukan selebrasi dengan caranya masing-masing.
Jauh sebelum gol itu terjadi, Bagas dan Bagus lebih dulu berjelajah dari satu tempat ke tempat lain untuk menempuh pembinaan usia dini dan mengasah kemampuan mengolah si kulit bundar bersama-sama.
Sekolah Sepak Bola (SSB) Gelora Putra Deltras di Sidoarjo menjadi tempat pertama Bagas dan Bagus belajar mengolah bola. Lalu, putra dari pasangan Yuni Puji Istiono dan Ari Susanti itu menempa kemampuan bermain sepak bola di SSB Blue Eagle Jakarta.
ADVERTISEMENT
Selain dua SSB tersebut, Bagas dan Bagus pernah mengenyam pendidikan sepak bola di SSB Universitas Diponegoro, SSB Putra Kalimantan Tengah, Chelsea Soccer School Singapura, dan Frenz United Malaysia.
Selebrasi gol Bagus Kahfi. (Foto: Antara/Zabur Karuru)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi gol Bagus Kahfi. (Foto: Antara/Zabur Karuru)
Dari sederet tempat itu, kualitas Bagas dan Bagus menyoal mengolah si kulit bundar melesat. Dari sederet tempat itupula, Bagas dan Bagus bertekad menjadi pesepakbola hebat. Dari sederet tempat itu juga, banyak pecinta sepak bola nasional yang menaruh harapan kepada mereka.
Sekilas keberadaan Bagas dan Bagus di skuat 'Garuda Asia' mengingatkan pada kakak-beradik asal Jayapura, Ortizan Solossa dan Boaz Solossa. Memang, kedua pemain tersebut bukan kembar identik seperti Bagas dan Bagus, tetapi posisi kedua pasangan tersebut sama.
Sang kakak, Ortizan, merupakan bek sayap yang bisa berposisi di gelandang sayap. Hal tersebut sama dengan Bagas --kakak dari Bagus. Secara karakteristik permainan, Ortizan dan Bagas memiliki kesamaan, yaitu cepat dan bisa menari-nari di tepi lapangan. Sisi positif kedua pemain tersebut tak melulu mengenai kelicinan, tetapi juga ketepatan dalam mengirimkan umpan silang.
ADVERTISEMENT
Pun demikian dengan Bagus dan Boaz. Selain sama-sama berposisi sebagai penyerang, kedua pemain itu pintar mencari ruang dan mengakhiri serangan. Ketajaman Boaz di depan gawang tak usah diragukan. Pemain berusia 32 tahun itu sudah mencetak 128 gol bagi Persipura Jayapura, tim yang dibelanya sejak 2004.
Di Piala AFF 2004 --dulu berjubah Piala Tiger, Ortizan dan Boaz menjadi andalan Indonesia. Mereka juga dapat mengantarkan Indonesia menjejak babak final. Akan tetapi, mereka gagal mempersembahkan gelar juara setelah kalah dari Singapura dengan agregat 2-5.
Selebrasi gol Bagus Kahfi. (Foto: Antara/Zabur Karuru)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi gol Bagus Kahfi. (Foto: Antara/Zabur Karuru)
Sementara itu, di Piala AFF U-16 2018, Bagas dan Bagus menjadi pilar. Mereka selalu menunaikan tugasnya dengan baik. Bagas dapat menjadi bek sayap yang pintar menghentikan pergerakan lawan dan piawai merancang serangan dari tepi lapangan. Sedangkan, Bagus menasbihkan diri sebagai pencetak gol terbanyak Timnas U-16 dengan koleksi 4 gol.
ADVERTISEMENT
Tentu saja, perjalanan mereka masih panjang. Meski begitu, Bagas dan Bagus sudah bisa menyalakan asa Timnas U-16 untuk menunaikan misinya: Merengkuh gelar trofi Piala AFF U-16 untuk pertama kalinya sekaligus melucuti kekecawan pecinta sepak bola nasional seusai Timnas U-19 cuma menempati peringkat ketiga.