Bangkitkan Roma dari Reruntuhan, Di Francesco Tak Bekerja Sendiri

17 Desember 2018 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Legenda Roma, Francesco Totti. (Foto: AFP/Tiziana Fabi)
zoom-in-whitePerbesar
Legenda Roma, Francesco Totti. (Foto: AFP/Tiziana Fabi)
ADVERTISEMENT
Menjejak ke babak 16 besar Liga Champions 2018/19, AS Roma dipastikan akan bertemu dengan FC Porto. Kepastian itu didapat usai undian babak 16 besar yang digelar pada Senin (17/12/2018). Walau sepintas terlihat seimbang, tapi untuk saat ini tak ada laga yang kelewat mudah bagi skuat besutan Eusebio di Francesco ini.
ADVERTISEMENT
Inkonsistensi menjadi penyebab. Untuk membuktikannya kita hanya perlu melihat penampilan Roma di pentas Serie A 2018/19. Dalam empat laga teraktual mereka di kompetisi liga, hanya satu pertandingan yang tuntas dengan kemenangan. Sementara, tiga pertandingan lain berakhir dengan satu kekalahan (vs Udinese) dan dua imbang (vs Inter Milan dan vs Cagliari).
Itu belum ditambah dengan selisih torehan gol dan kemasukan gol Roma yang tak berjarak lebar. Bila torehan gol Roma ada di angka 29, maka jumlah kebobolan mereka mencapai 22. Di Liga Champions pun, penampilan mereka tidak bisa disebut konsisten.
Benar bahwa Serigala Ibu Kota sanggup menyegel tiket babak 16 besar, tapi tak lantas jalan mereka dekat dengan hasil menggembirakan. Dari enam laga, Roma membukukan masing-masing tiga kemenangan dan tiga kekalahan. Bahkan, di leg kedua melawan Viktoria Plzen, mereka menuai kekalahan 1-2. Padahal di leg pertama, kemenangan telak 5-0 menjadi bagian Roma.
ADVERTISEMENT
Eusebio Di Francesco, pelatih AS Roma. (Foto: EUTERS/Sergei Karpukhin)
zoom-in-whitePerbesar
Eusebio Di Francesco, pelatih AS Roma. (Foto: EUTERS/Sergei Karpukhin)
Berangkat dari performa tak sedap ini, spekulasi tentang masa depan Di Francesco berembus kencang. Bahkan sebelum laga teraktual mereka di Serie A melawan Genoa, isu pemecatan Di Francesco jika tidak sanggup memenangi pertandingan itu berembus kencang. Beruntung, kemenangan 3-2 menjadi epilog laga di Olimpico.
Kabar baiknya, legenda hidup Roma yang kini juga duduk di jajaran petinggi klub, Francesco Totti, menegaskan bahwa klub memberikan dukungan sepenuhnya kepada sang allenatore. Lewat penegasannya itu, untuk sementara, Di Francesco boleh menutup telinga rapat-rapat terhadap isu tak mengenakkan yang santer terdengar belakangan ini. Terlebih, di waktu-waktu krusial macam ini, saat Roma hendak menjejak di laga pertama mereka di fase gugur Liga Champions.
"Kami beruntung karena dapat terhindar dari beberapa tim, tapi Porto juga bukan tim yang patut buat diremehkan karena mereka adalah tim yang kuat. Kami akan bertarung melawan tim tangguh dan semua paham, situasi di lapangan nanti bisa saja berbeda dengan apa yang kami pikirkan sebelum laga. Kami memiliki waktu sekitar dua bulan untuk mengembalikan Roma menjadi tim yang kami inginkan," jelas Totti dilansir Football Italia.
ADVERTISEMENT
Ya, dua bulan memang waktu yang dimiliki oleh Roma sebelum turun arena di babak 16 besar melawan Porto. Menilik jadwal, pertandingan leg pertama akan dihelat dalam empat hari: 12-13 Februari dan 19-20 Februari 2019. Karena lolos ke babak 16 besar sebagai runner up Grup G, maka Roma-lah yang akan membuka fase gugur sebagai tuan rumah.
"Dua bulan bukan waktu yang lama, kami harus bersatu sehingga dapat keluar dari masa-masa sulit seperti ini. Saya paham, ada banyak pengandaian yang muncul jika sedang ada dalam situasi tak mengenakkan. Tapi, Di Francesco masih menjadi pelatih Roma. Kami akan membantunya untuk mengantarkan tim ke posisi dan kondisi terbaik," kata pemain yang hanya pernah memakai jersi Roma dan Timnas Italia ini.
ADVERTISEMENT
AS Roma vs Barcelona (Foto: Reuters/Tony Gentile)
zoom-in-whitePerbesar
AS Roma vs Barcelona (Foto: Reuters/Tony Gentile)
Sejak musim lalu, pembicaraan tentang Roma di Liga Champions selalu menyasar pada comeback yang mengantarkan mereka ke babak semifinal. Memang kisah yang patut diungkit mengingat lawan yang mereka hadapi adalah tim sekelas Barcelona. Di leg pertama, kekalahan 1-4 menjadi milik Roma. Maka, di leg kedua, kemenangan 3-0 menjadi penanda bahwa Roma menjadi tim yang sanggup menghentikan perjalanan Barcelona di Liga Champions 2017/18.
Keberhasilan Roma yang demikian tentu melahirkan epos dan romantisme tersendiri bagi para suporter Roma. Cerita yang di satu sisi bisa menjadi penyulut semangat, tapi di sisi lain menjadi beban karena menuntut pengulangan.
"Tentu saja kami ingin mengulangi pencapaian tahun lalu, tapi sejak sekarang saya katakan, itu bukan pekerjaan mudah. Hanya, kami akan tetap mencoba membalikkan keadaan walau kami belum tampil hebat di sepanjang musim. Pokoknya, kami akan terus mendukung pelatih dan percaya pada setiap keputusannya. Saya memang masih baru di jabatan sekarang. Tapi, serupa di masa bermain dulu, saya pun akan mengerahkan segala daya. Sekarang, ada banyak hal yang saya pahami. Hal-hal yang lucunya tidak sanggup saya mengerti saat masih berstatus sebagai pemain," ucap Totti.
ADVERTISEMENT
Hasil lengkap undian babak 16 besar Liga Champions 2018/19. (Foto: Putri Sarah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hasil lengkap undian babak 16 besar Liga Champions 2018/19. (Foto: Putri Sarah/kumparan)
Laga melawan Porto ini tentu akan menjadi nostalgia tersendiri bagi Totti. Porto yang sekarang dididik oleh Sergio Conceicao. Jauh sebelum Conceicao menjabat sebagai juru taktik Porto, ia lebih dulu dikenal sebagai penggawa Lazio. Menilik curriculum vitae-nya, Conceicao membela Lazio dalam dua periode: 1998-2000 dan 2003-2004.
"Saya beberapa kali berhadapan dengan Sergio Conceicao di Derby Capitale. Saya memiliki kenangan indah karena sama sepertinya, saya pun seorang pemain. Seingat saya, ia selalu bermain dengan brilian. Saya juga berharap, ia dapat melakukan pekerjaan yang hebat bersama klubnya sekarang," kenang Totti.
Jalan Roma di Liga Champions 2018/19 memang masih panjang. Yang mencemaskan, perjalanan panjang ini juga perjalanan yang lempeng-lempeng saja. Namun, di musim lalu mereka membuktikan bahwa satu atau dua kekalahan telak tidak cukup hebat untuk melumpuhkan tungkai Serigala Kota Roma. Maka, di musim ini, bukannya tidak mungkin mereka membuktikan bahwa Roma dapat bangkit dari reruntuhan.
ADVERTISEMENT