Bersama Joko Driyono, PSSI Masuki Era Baru dengan Sederet PR

21 Januari 2019 13:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Joko Driyono, Wakil Ketua Umum PSSI. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Joko Driyono, Wakil Ketua Umum PSSI. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kongres Tahunan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) 2019 telah rampung digelar. Kegiatan yang terselenggara di Nusa Dua, Bali, Minggu (20/1/2019), tersebut menelurkan dua hal penting: Edy Rahmayadi mundur dan Joko Driyono naik menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum PSSI hingga 2020 mendatang.
ADVERTISEMENT
Edy mundur pada Minggu pagi setelah semalam sebelumnya menegaskan kepada para pewarta bahwa ia tidak mungkin meninggalkan jabatan Ketua Umum PSSI. Polemik sepak bola yang masif terjadi belakangan ini membuat Purnawirawan TNI AD itu --menurut penuturannya sendiri-- memilih untuk memberikan tongkat estafet kepada mereka yang dianggap lebih kompeten.
Terpilihnya Joko memang tak menuai pro dan kontra. Wajar saja, lantaran Edy langsung menunjuk Joko merujuk pada statuta PSSI. Skenario ini sesuai dengan Statuta PSSI pasal 39 ayat 6.
Selama kegiatan kongres berjalan, para pemilik suara sepakat agar Joko bisa menyelesaikan periodesasi kepengurusan. Bahkan gaung untuk segera menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) juga tak terlaksana.
Diangkatnya Joko sebagai Plt Ketum PSSI turut mengundang optimisme dari pelakon sepak bola nasional. Satu suara muncul dari Chief Operation Officer PSM Makassar, Munaffri Arrifudin.
ADVERTISEMENT
"Terpilihnya pemimpin PSSI yang baru tentu karena berdasarkan keputusan bersama. Tetapi paling penting adalah kami sebagai klub tidak mencari kesalahan tetapi memperkuat struktur organisasi yang ada sehingga ke depan organinsasi ini (PSSI) bisa mewadahi seluruh anggotanya, menjadi fasilitator untuk seluruh anggotanya, dan bisa berjalan sesuai cita-cita yang diharapkan," kata Munafri kepada pewarta berita.
Suara positif juga dilontarkan oleh Manajer Bhayangkara FC, Sumardji. Menurutnya, mundurnya Edy dan digantikan dengan Joko, tak menimbulkan praduga-praduga lain.
"Terlepas dari mundurnya Pak Edy sebagai Ketum kami sangat mengapresiasi. Tinggal saat ini bagaimana kita semua berjalan ke arah yang lebih baik lagi, meningkatkan kualitas profesionalisme dalam sepak bola. Saya rasa itu," kata Sumardji.
Kendati begitu, PR PSSI masih banyak. Jebloknya prestasi Tim Nasional Indonesia sepanjang 2018, ditambah permasalahan mafia sepak bola --yang turut melibatkan wasit--, pendapat positif terkait Joko saja tidak cukup untuk menyelesaikannya.
ADVERTISEMENT
Ada juga yang meminta PSSI untuk tetap mawas diri. Sekretaris Kemenpora (Kementerian Pemuda dan Olahraga) Gatot S. Dewa Broto, misalnya. Ia menyiratkan, pergantian pucuk pimpinan tak akan ada gunanya jika PSSI tidak mengubah sikap.
"Jangan sampai kondisi terulang kembali: Puncuk pimpinan ganti, tetapi motor organisasi tetap itu-itu juga," ucap Gatot.