Bersama Zlatko Dalic, Kroasia Menjadi Lebih Baik

13 Juli 2018 19:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekspresi Zlatko Dalic saat mendampingi anak asuhannya. (Foto: Maxim Shemetov/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi Zlatko Dalic saat mendampingi anak asuhannya. (Foto: Maxim Shemetov/Reuters)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"Saya selalu membawa rosario. Ketika saya merasa sedang mengalami masa sulit, saya memasukkan tangan saya ke dalam saku. Saya melekatkan (tangan) padanya dan semuanya menjadi lebih mudah."
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang Katolik yang taat, Zlatko Dalic akrab dengan rosario. Ia jadi tambatan Dalic dari segala sesuatu yang nampak begitu sulit. Tak terkecuali di Piala Dunia 2018, rosario itu selalu dibawa-bawanya hingga akhirnya Kroasia melangkah ke babak final Piala Dunia untuk pertama kalinya.
Sebelum Dalic berhasil menorehkan cerita indahnya dengan Kroasia, ia lebih dulu melewati masa-masa sukar. Bayangkan saja, Dalic memanggul segenap harapan publik Krosia untuk melenggang ke Piala Dunia.
Ia ditunjuk jelang laga pamungkas babak kualifikasi Grup I, menggantikan Ante Cacic yang gagal membawa anak asuhnya unggul atas Turki dan Finlandia. Kebetulan, di pertandingan selanjutnya Kroasia akan berhadapan dengan Ukraina yang juga mengoleksi poin sama. Jika kalah, Krosia harus mengubur asa untuk lolos ke Rusia. Itulah mengapa pertandingan perdana Dalic terasa berat, laga hidup mati.
ADVERTISEMENT
Lagipula, Dalic juga bukan seorang pelatih dengan pengalaman berjubel. Ia menghabiskan lebih banyak waktunya untuk berkutat di Timur Tengah. Pada 2010 silam, Dalic melancong ke Arab Saudi untuk membesut Al-Faisaly Harmah dan Al-Hilal, sedekade setelah memutuskan untuk gantung sepatu sebagai pemain.
Dalic kemudian melanjutkan petualangannya ke Uni Emirat Arab (UEA), untuk membesut Al-Ain. Raihan trofinya tak banyak, cuma masing-masing sebiji gelar Arabian Gulf League (Liga Primer UEA), Piala Liga UEA, dan Piala Super UEA. Di sana, ia nyaris saja mempersembahkan titel Liga Champions Asia andai tak dikandaskan Jeonbuk Hyundai Motors di partai puncak.
Namun, kegagalan itu tak (belum) terulang, setidaknya hingga sekarang. Dalic berhasil membawa Kroasia permalukan Ukraina 2-0 di Kyiv. Dejan Lovren dan kawan-kawan kemudian finis sebagai runner-up grup di bawah Islandia. Tak berhenti di situ, Tuah Dalic kembali berlanjut saat membungkam Yunani dengan agregat 4-1 di babak play-off, sekaligus mengunci satu slot untuk Kroasia di Piala Dunia.
ADVERTISEMENT
Dalic di sesi latihan Kroasia. (Foto: Oli Scarff/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Dalic di sesi latihan Kroasia. (Foto: Oli Scarff/AFP)
Dalic-lah dalang di balik kisah 'Cinderella' Kroasia di Piala Dunia kali ini. Secara ajaib ia berhasil menyulap Vatreni menjadi tim yang tidak gampang dikunyah begitu saja. Argentina dilibas 3-0, tuan rumah Rusia diusir lewat drama adu penalti dan yang terakhir, Inggris dibuat gigit jari setelah mereka taklukkan 2-1.
Padahal, persiapan Dalic menuju turnamen tak bisa dibilang mulus. Dari empat laga uji tanding, Kroasia cuma dua kali menang, sedangkan sisanya berujung kekalahan. Belum lagi dengan masalah internal yang sempat menerjang. Salah satu anak asuhnya, Nikola Kalinic, membangkang karena tak ingin tampil sebagai pemain cadangan.
Dalic pun murka dan memulangkan penyerang AC Milan itu. Pelatih berusia 51 tahun tersebut mengatakan jika ia butuh pemain yang siap dan Kalinic tak termasuk dalam kriteria tersebut.
ADVERTISEMENT
Magi tak akan bekerja tanpa aksi. Dalic tak pun sekadar menggenggam rosario dan berharap anak asuhnya meraih kemenangan. Kemampuannya untuk beradaptasi dalam skema lawan jadi kelebihannya.
Kroasia yang dipunyainya berbeda dengan Kroasia 1998 --kesebelasan dengan kekuatan merata per lini. Kini, hanya area sentral yang jadi pusat kekuatan mereka, sektor yang dihuni Luka Modric dan Ivan Rakitic. Dalic sadar hal itu. Inilah mengapa ia selalu terlihat adaptif dalam mencanangkan strategi. Semuanya dilakukan untuk mengeksploitasi kelemahan lawan.
Nyatanya, ia berhasil memulangkan Inggris dengan mengandalkan kombinasi pressing dan umpan silang. Trik pertama digunakan Dalic untuk mengebiri build-up serangan Inggris, sedangkan skema umpan silang diterapkan demi mengeksplotasi kelemahan sepasang wing-back 'Tiga Singa' yang lemah dalam mengantisipasi crossing.
ADVERTISEMENT
Ramuan Dalic tokcer, sepasang gol Kroasia dihasilkan dari skema umpan silang. Kroasia menang 2-1 dan melaju ke partai puncak.
Secara keseluruhan, Dalic berhasil menggabungkan ide dengan komposisi para pemainnya. Modric dan Rakitic saling bergantian melengkapi: Mengalirkan bola, meredam serangan, dan memanfaatkan peluang.
Untuk lini depan, Ivan Perisic dan Mario Mandzukic yang jadi tumpuan. Keduanya memiliki peran yang unik, Perisic yang posisi alaminya sebagai winger bisa mengampu tugas untuk merangsek ke area tengah. Sebaliknya, Mandzukic bisa mengejawantahkan perannya di Juventus sebagai pemain sayap kiri.
Selebrasi Mario Mandzukic dkk. usai mencetak gol kedua ke gawang Inggris. (Foto: Carl Recine/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi Mario Mandzukic dkk. usai mencetak gol kedua ke gawang Inggris. (Foto: Carl Recine/Reuters)
Dalic tinggal selangkah lagi untuk menghadirkan trofi Piala Dunia perdana bagi Kroasia. Masih sangat mungkin Prancis akan mereka kalahkan di final Piala Dunia, ya, karena Dalic telah terbukti mampu melewati masa-masa sulit.
ADVERTISEMENT