Bogor FC Terombang-ambing, Sinyal Bedol Desa ke PSIM

28 Maret 2019 20:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertandingan PSIM Yogyakarta vs Kalteng Putra Foto: Instagram/@psimjogja_official
zoom-in-whitePerbesar
Pertandingan PSIM Yogyakarta vs Kalteng Putra Foto: Instagram/@psimjogja_official
ADVERTISEMENT
Kerusuhan pecah pada 17 Maret lalu ketika Bogor FC beruji coba melawan Persikad 1999. Kala itu, Laskar Kujang—julukan Bogor FC—menekuk Persikad 1999 enam gol tanpa balas.
ADVERTISEMENT
Keributan tersebut tidak terjadi lantaran Persikad 1999 kalah. Ada agenda lain di balik bentrok.
Memang, kehadiran Bogor FC sebagai salah satu klub di Kabupaten Bogor pada Desember 2017 tak mendapat respons terlalu baik. Pasalnya, ada dua klub lain yang sebelumnya berdiri di atas tanah Kabupaten Bogor.
Klub-klub yang dimaksud ialah Persikabo Kabupaten Bogor dan PSB Bogor. Dua tim itu bahkan berseteru meski tak berada di level kompetisi yang sama. PSB yang “dimiliki” Kota Bogor punya basis massa lebih kecil ketimbang Persikabo.
Tak heran kedatangan Bogor FC menjadi sebuah tanda tanya. Merebut perhatian dari massa Persikabo dan PSB tentu penuh risiko.
Nyatanya benar saja. Bogor FC bak anak tiri. Kerusuhan demi kerusuhan muncul begitu melihat ada warga Bogor yang “membelot” mendukung The Deer Antlers. Sejatinya, masyarakat Bogor cuma mengenal dua tim tradisional yang sudah lama menghuni Kota Hujan.
ADVERTISEMENT
Kekisruhan semakin memanas begitu Persikabo resmi merger dengan PS Tira. Jelas, Persikabo di atas angin dalam perebutan hati masyarakat Bogor karena Tira-Persikabo kini bermain di Liga 1.
Alasan itu yang kemudian membuat CEO Bogor FC, Effendi Syahputra, memutuskan untuk meletakkan jabatannya. Ia tak ingin lagi ada keributan yang disebabkan kehadiran Bogor FC.
Sebagai klub Liga 2 yang sudah lebih maju—dipayungi PT Sumber Adibrata Jaya—Bogor FC berambisi menembus Liga 1. Kiprahnya pun berjalan mulus ketika pada 2017 mengawali dari Liga 3. Perlahan tapi pasti, Bogor FC kini sudah promosi ke Liga 2.
“Kami berjuang dari Liga 3, tapi terus ‘diganggu’ sejak awal. Ini membuat saya berpikir keras. Saya sedih melihat semua ini dan sampai kepada satu titik daripada ribut-ribut, lebih baik Bogor FC tidak ada di Bogor. Saya juga memutuskan mundur dari CEO Bogor FC,” ujar Effendi.
ADVERTISEMENT
Keputusan itu pun membuat Bogor FC terombang-ambing. Nasibnya kini tak jelas. Effendi menuturkan Bogor FC menunggu investor baru supaya mengambil alih sekaligus membawa pergi dari Kota Hujan.
“Kita tunggu saja. Terserah nanti investor baru, apa mau tetap di Bogor atau tidak. Kalau mau tetap di Bogor, ya, harus kuat menghadapi tekanan ini,” kata Effendi.
Satu pertanyaan yang masih belum terjawab ialah apakah keributan di Bogor itu lantaran keberadaan Bogor FC atau sosok Effendi. Pasalnya, sebelum memimpin Bogor FC, Effendi tercatat juga mengelola Persikabo.
Begitu pindah menjadi nakhoda Bogor FC, Effendi lebih dulu mengutarakan ingin melakukan merger dengan Persikabo. Namun, keinginan itu ditolak mentah-mentah oleh Laskar Pajajaran—julukan Persikabo.
Ilustrasi Logo Bogor FC. Foto: Instagram @bogor.fc
Strategi itu memungkinkan meredam kericuhan yang hadir di Bogor selama Bogor FC menjejakkan kaki. Begitu ditolak, tekanan lain hadir buat Bogor FC.
ADVERTISEMENT
“Kami bingung mau main di mana. Izin keramaian tak pernah keluar ketika Bogor FC ingin main kandang di Bogor. Bahkan, kami juga ditolak untuk punya hak kelola stadion mini. Niat saya cuma mau membangun industri sepak bola Bogor. Tak ada niat saya sedikit pun untuk batu loncatan politik,” tutur Effendi.
Mundurnya Effendi dari Bogor FC membuat nasib klub menjadi tak jelas. Padahal, persiapan musim Liga 2 2019 sudah terbilang apik. Mereka merekrut beberapa nama tenar demi mewujudkan ambisi promosi ke Liga 1. Bahkan, agenda pemusatan latihan dan uji coba sudah dirancang.
Meski demikian, menariknya Effendi mengaku kalau hak pemain Bogor FC tak akan terganggu. Kontrak aman, kata Effendi, meski Bogor FC bubar sekali pun.
ADVERTISEMENT
“Merugi pasti. Berapa miliar yang sudah saya keluarkan dari kantong pribadi. Namun, saya tak ingin mengkhianati kontrak pemain. Nasib mereka atau hak tetap aman,” kata Effendi.
Belum jelas ke mana Effendi akan berlabuh. Ia lebih lanjut mengungkapkan kalau dirinya masih ingin di sepak bola. Ia melemparkan isyarat untuk kembali memegang klub.
“Mungkin saya menjadi agen pemain atau CEO lagi kita lihat nanti ke depan. Menarik juga pegang klub lama yang ingin dibangkitkan lagi,” ujar Effendi melempar kode.
Teka-teki dari Effendi itu kini mulai tampak titik terang. Raphael Maitimo yang dikabarkan selangkah lagi bergabung dengan Bogor FC akhirnya merapat ke PSIM Yogyakarta. Begitu juga dengan sang pelatih, Vladimir Vujovic.
ADVERTISEMENT
Effendi pun tak menampik juga tak membenarkan kalau ia akan ke PSIM. Ketika dihubungi kumparanBOLA, Effendi masih menjawab bahwa semuanya mungkin.
PSIM tentu bisa masuk dalam kode klub lama yang ingin dibangkitkan. Apalagi, PSIM dikabarkan akan kedatangan banyak pemain dari Bogor FC.
Lantasa, apakah pemain Bogor FC bedol desa menuju PSIM berikut CEO-nya?
“Mungkin saja. Wartawan memang pintar menebak-nebak. Pemain ‘kan tinggal tunggu arahan saja,” kata Efffendi.
Kata “menunggu arahan” bisa dimaknai banyak. Usut punya usut sejatinya kontrak pemain Bogor FC berada di tangan Effendi. Jadi, tak heran kalau lantas menyimpulkan ke mana pemain pergi, itu semua arahan dari Effendi.
Bahkan, fakta perpindahan pemain itu juga membuka penafsiran bila Effendi menjadi agen pemain. Namun, penafsiran itu tak sejalan dengan ambisi Effendi yang ingin memegang klub lagi.
ADVERTISEMENT
Kisah yang dialami Bogor FC berikut teka-tekinya kemudian dikuatkan oleh kubu PSIM. Bambang Susanto selaku investor baru Laskar Mataram—julukan PSIM—mengaku pihaknya membuka kemungkian mengambil banyak pemain dari Bogor FC.
Tak cuma itu, PSIM juga akan merombak struktur di manajemen. Beberapa orang dari Bambang akan menduduki kursi-kursi di jajaran manajemen. Effendi pun disebut-sebut menjadi salah satu orang yang ditarik menuju PSIM .
“Kemungkinan itu terbuka kok. Kita tunggu saja nanti,” kata Effendi.