Brighton & Hove Albion: Anak Bawang yang Jadi Momok Manchester United

18 Januari 2019 13:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Brighton & Hove Albion vs Manchester United (Foto: Paul Childs/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Brighton & Hove Albion vs Manchester United (Foto: Paul Childs/Reuters)
ADVERTISEMENT
Ada sebuah lelucon yang terlontar, dari entah siapa, di media sosial ketika Brighton and Hove Albion mengalahkan Manchester United 3-2 di awal musim 2018/19. Lelucon itu kira-kira bunyinya begini: Ya, wajar saja kalau United kalah, wong, mereka bermain melawan dua tim. Brighton and Hove Albion.
ADVERTISEMENT
Lelucon itu tentunya adalah sebuah satire yang dimaksudkan untuk mengalihkan fokus dari kenyataan yang sebenarnya. Yakni, bahwa United benar-benar tampil mengenaskan ketika itu. Walau menguasai bola sampai 67%, serangan United tak ada menggigit-menggigitnya. Plus, pertahanan mereka pun begitu ringkih.
Pada pertandingan itu United tercatat cuma melepaskan 9 tembakan dengan 3 di antaranya tepat sasaran. Brighton, sementara itu, dengan penguasaan bola yang minim, mampu melepaskan 3 tembakan tepat sasaran dan semuanya berakhir menjadi gol.
Brighton and Hove Albion adalah anak bawang di Premier League. Jika dibandingkan dengan United, mereka jelas tidak ada apa-apanya. Brighton pernah kehilangan kandang mereka, Goldstone Ground, yang kudu dilego untuk melunasi utang. Ketika akhirnya promosi ke Premier League pada 2017/18, mereka berstatus sebagai debutan dan 'dijagokan' untuk menempati posisi juru kunci.
ADVERTISEMENT
Brighton & Hove Albion vs Manchester United (Foto: Paul Childs/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Brighton & Hove Albion vs Manchester United (Foto: Paul Childs/Reuters)
Faktanya, Brighton tak cuma mampu bertahan, mereka juga berhasil menjadi bete noire yang tak disangka-sangka bagi Manchester United. Dalam tiga pertandingan liga, Brighton berhasil mengungguli United dari segi head-to-head dengan keunggulan 2-1. Bahkan, dua kemenangan itu direngkuh The Seagulls dalam dua bentrok termutakhir.
Sebelum menang 3-2 di Amex Stadium, Agustus 2018 lalu, Brighton meraih kemenangan 1-0 di tempat yang sama pada Mei di tahun yang sama. Dalam dua pertandingan itu satu sosok yang senantiasa muncul sebagai momok bagi United adalah Pascal Gross, gelandang asal Jerman yang direkrut dari Ingolstadt. Masing-masing satu gol, salah satunya dari titik putih, dilesakkan Gross pada dua laga tersebut.
Namun, Gross bukan satu-satunya pemain Brighton yang bersinar. Davy Proepper, misalnya, saat Brighton menang 1-0 berhasil menunjukkan ketangguhan di lini tengah lewat 5 tekel dan 1 intersepnya. Belum lagi Dale Stephens yang mampu melancarkan 4 tekel dan 3 intersep.
ADVERTISEMENT
Perlu dicatat bahwa Proepper dan Stephens, seperti halnya Gross, adalah pemain tengah. Dari sini bisa terlihat bahwa Brighton sukar dikalahkan karena mereka mampu menunjukkan soliditas bertahan secara kolektif. Ini belum termasuk bagaimana back four Brighton mampu membukukan 8 tekel, 18 sapuan, dan 4 intersep dalam satu pertandingan.
Barisan pertahanan Manchester United tampil mengecewakan. (Foto: REUTERS/David Klein)
zoom-in-whitePerbesar
Barisan pertahanan Manchester United tampil mengecewakan. (Foto: REUTERS/David Klein)
Hal serupa kembali tampak saat Brighton menang 3-2. Total, lini tengah dan belakang Brighton mampu mengombinasikan 27 tekel, 12 sapuan, dan 10 intersep dalam satu laga. Kolektivitas dalam bertahan itulah yang membuat Brighton sangat sulit dipatahkan. Buktinya, sampai 22 pekan mereka baru kebobolan 30 kali. Ini lebih sedikit daripada jumlah kebobolan Manchester United yang ada di angka 32.
Lantas, apakah Brighton bakal kembali menunjukkan performa serupa kala menyambangi Old Trafford pada Sabtu (19/2/2019) malam WIB? Well, jika merujuk pada statistik musim lalu, sih, kemungkinan begitu. Sebab, di Old Trafford musim lalu lini tengah dan belakang Brighton juga sukses merangkum 18 tekel, 14 intersep, dan 28 sapuan.
ADVERTISEMENT
Itulah mengapa, walaupun akhirnya kalah 0-1, Brighton bisa dibilang gagal memetik poin hanya karena kalah beruntung. Pasalnya, ketika itu gol yang dicetak United berasal dari bunuh diri Lewis Dunk. Dengan kata lain, satu-satunya kemenangan The Red Devils atas Brighton justru berasal dari (kecerobohan) pemain Brighton sendiri.
Namun, United yang kesulitan mengalahkan Brighton itu bukan United besutan Ole Gunnar Solskjaer, melainkan United-nya Jose Mourinho. Ada perbedaan fundamental dari cara dua United ini bermain, terutama dalam melakukan pressing dan build-up. Itulah sebabnya, meski tetap harus mengerahkan 100 bahkan 110 persen kemampuan, United punya alasan untuk lebih optimistis dalam menatap laga melawan Brighton kali ini.