Bukan Sepak Bola Biasa: La Liga 2019/20 Resmi Diluncurkan di Indonesia

3 September 2019 15:49 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi La Liga, seorang suporter Atletico Madrid mengenakan kostum Joao Felix di luar Estadio Metropolitano. Foto: Reuters/Sergio Perez
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi La Liga, seorang suporter Atletico Madrid mengenakan kostum Joao Felix di luar Estadio Metropolitano. Foto: Reuters/Sergio Perez
ADVERTISEMENT
"Ini bukan sepak bola, ini La Liga." Slogan tersebut sudah digunakan La Liga sejak 2017 sebagai bagian dari kampanye global mereka dan pada acara peluncuran La Liga di Indonesia yang diselenggarakan Selasa (3/9/2019) siang WIB itulah yang ditegaskan betul oleh Rodrigo Gallego.
ADVERTISEMENT
Gallego adalah delegasi La Liga Global Network yang beroperasi di Indonesia. Bertempat di Vamonos Coworking Space, Menteng, dia menjelaskan panjang lebar soal keunggulan La Liga yang disebutnya sebagai liga sepak bola terbaik dunia. "Ini bukan kata saya, atau kata bos saya, tetapi kenyataannya memang begitu," ucapnya.
Argumen Gallego didasarkan pada pencapaian klub-klub dan pemain La Liga di kancah persepakbolaan Eropa dan dunia khususnya dalam sepuluh tahun terakhir. Bagaimana Leo Messi dan Cristiano Ronaldo, serta Luka Modric, berhasil memenangi Ballon d'Or jadi salah satu dasar argumennya.
Basis lain ada pada bagaimana Real Madrid dan Barcelona mendominasi Liga Champions serta Sevilla dan Atletico Madrid menguasai Liga Europa. Dalam sepuluh tahun terakhir, Liga Champions tujuh kali dimenangi oleh klub Spanyol. Di Liga Europa, mereka berhasil jadi kampiun dalam enam edisi berbeda.
ADVERTISEMENT
Acara Peluncuran La Liga di Indonesia, dihadiri oleh delegasi La Liga Global Brand, Rodrigo Gallego (kanan). Foto: Yoga Cholandha/kumparan
Tak sampai di situ, Gallego kemudian juga menjelaskan soal bagaimana La Liga berupaya untuk memberikan tayangan dengan kualitas terbaik kepada para pemirsanya. Penggunaan beragam kamera berteknologi tinggi, mulai dari kamera 360 derajat, kamera beauty, sampai kamera aerial, membuat La Liga punya nilai jual lebih ketimbang para kompetitornya.
"Untuk El Clasico perlakuannya lebih spesial. Kamera-kamera yang digunakan lebih banyak dan detail yang ditampilkan juga lebih bagus. Di sini kami menggunakan pula kamera dari helikopter untuk memberi pengalaman berbeda kepada para penonton," paparnya.
Bicara soal kamera, Gallego tak lupa menjelaskan mengenai VAR yang disebutnya mampu meningkatkan akurasi keputusan wasit dari 91,5% menjadi 96,92%. Dia juga memberi contoh bagaimana VAR digunakan dalam berbagai kesempatan mulai dari menganulir gol, memberi hadiah penalti, sampai membatalkan penalti.
ADVERTISEMENT
VAR sendiri merupakan teknologi yang baru digunakan di La Liga pada musim lalu. Di musim ini, terobosan serupa memang belum ada lagi, tetapi bukan berarti tidak ada hal baru dari kompetisi ini karena saat ini La Liga memiliki himne baru yang digubah oleh Lucas Vidal.
Yang spesial dari himne ini, selain karena diciptakan oleh Vidal yang pernah memenangi Emmy sebanyak dua kali, adalah bagaimana ia diciptakan. Dalam prosesnya, Vidal menggunakan detak jantung 90 bayi yang masih di kandungan untuk memberi sensasi spesial kepada pendengar.
Lagu ini sendiri terdengar seperti gabungan antara 'Clocks' milik Coldplay dan 'I Don't Wanna Miss A Thing' ciptaan Diane Warren yang dipopulerkan Aerosmith. Di setiap siaran televisi dan di stadion sebelum pertandingan lagu ini bakal senantiasa terdengar. Adapun, angka 90 tadi dipilih karena tahun ini La Liga berulang tahun yang ke-90.
ADVERTISEMENT
Satu hal baru lagi dari La Liga edisi ini adalah bola yang digunakan. Jika sebelumnya mereka menggunakan bola dari Nike seperti halnya Premier League dan Serie A, kali ini apparel yang digandeng adalah Puma. Bola itu sendiri dinamai Final 1 Statement dan diklaim lebih stabil, lebih enak dikontrol, dan tak mudah menyerap air.
Di Indonesia sendiri, La Liga masih akan disiarkan oleh beIN Sports dan SCTV seperti halnya musim lalu. Namun, untuk La Liga 1|2|3 alias Segunda Division, siaran bisa dinikmati lewat YouTube secara cuma-cuma. Total, La Liga 1|2|3 ini ditayangkan secara gratis di 155 negara.
Selain membuka pintu lebih lebar lewat tayangan di teve terestrial dan YouTube, La Liga secara khusus mengintegrasikan diri dengan budaya Indonesia lewat batik. Adalah Batik Parang yang kemudian digandeng untuk memperkenalkan La Liga di Indonesia karena motif satu ini memang identik dengan semangat juang.
ADVERTISEMENT
"Di musim ini kami ingin menghadirkan sesuatu yang baru dengan menggabungkan elemen batik dengan La Liga, yang kami harap dapat menegaskan komitmen kami untuk lebih dekat lagi dari Indonesia. Batik Parang memiliki filosofi yang sama dengan nilai utama yang diusung oleh La Liga," jelas Gallego.