Capo Ultras Garuda: Saya Bobotoh, Apa Salah Dukung Timnas?

31 Oktober 2018 19:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Capo Ultras Garuda, Aples. (Foto: Instagram @aples.id)
zoom-in-whitePerbesar
Capo Ultras Garuda, Aples. (Foto: Instagram @aples.id)
ADVERTISEMENT
Timnas Indonesia itu representasi dari kebangaan bangsa. Jadi, sudah sepatutnya pula seluruh masyarakat di Tanah Air boleh mendukung skuat ‘Garuda’ ketika berjuang di atas lapangan hijau. Semua sekat diharapkan bisa runtuh ketika Timnas Indonesia berlaga, termasuk perbedaan latar belakang daerah.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, sebuah insiden menodai hal itu semua. Adalah Aples, capo Ultra Garuda, yang menjadi korban pengeroyokan dari oknum yang diduga sebagai pendukung Persija Jakarta, The Jakmania, usai mendukung Timnas Indonesia U-19 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu (28/10/2018). Peristiwa nahas yang dialami Aples itu tak lepas karena latar belakangnya sebagai suporter Persib Bandung, Bobotoh.
Kejadian yang menimpa pemuda 20 tahun ini sempat menjadi perbincangan hangat di media sosial (medsos). Banyak pihak yang menyayangkan insiden itu terjadi mengingat Aples datang ke GBK bukanlah sebagai Bobotoh, melainkan pendukung Timnas Indonesia.
kumparanBOLA kemudian berbincang dengan pria yang memiliki nama asli Muhamad Dede Dwi Aryanto ini, Rabu (31/10), untuk mengetahui lebih jauh mengenai peristiwa tersebut. Silakan simak wawancaranya berikut ini.
ADVERTISEMENT
Bagaimana kondisi saat ini setelah mengalami pengeroyokan?
Sudah mendingan (lebih baik). Saya sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Cuma masih ada bekas benjolan di kepala. Masih agak terasa pusing juga.
Bisa diceritakan kronologis pengeroyokan tersebut?
Waktu itu pertandingan Timnas U-19 vs Jepang, saya jadi capo di tribune Selatan atas. Setelah selesai pertandingan, lampu stadion mulai dimatikan, saya terus mau keluar stadion, mau pulang.
Tapi, di situ saya diadang sama puluhan orang, dekat pintu keluar. Awalnya, dia mau cek ke HP saya, tapi saya enggak kasih. Di situ terjadi pukulan pertama. Dia bilang ‘teman saya mati di Bandung’. Setelah itu, terjadilah pengeroyokan.
Teman-teman saya dari Ultras Garuda sempat merelai sampai akhirnya saya bisa lolos. Saya panik sampai mau loncat dari tribune atas ke bawah tapi ditahan, sampai akhirnya polisi datang.
ADVERTISEMENT
Apa benar yang mengeroyok Anda oknum Jakmania?
Saya sih enggak menuduh itu Jakmania, tapi mereka pakai embel-embel Persija. Ada yang bawa syal, ada yang pakai jersey Persija. Saya tahu itu oknum Jakmania dari situ.
Sebenarnya, waktu pertandingan (Timnas U-19) lawan Jepang itu, saya jadi capo di tribune bawah, tapi ditahan sama teman-teman saya. Karena sudah tercium adanya ancaman-ancaman dari medsos. Saya akhirnya jadi capo di tribune atas.
Suporter Timnas Indonesia saat melawan UEA. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suporter Timnas Indonesia saat melawan UEA. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Maksudnya, sudah menjadi incaran?
Dari sosmed, saya menerima banyak ancaman. Karena waktu lawan Qatar, video saya jadi capo ‘kan viral, mungkin dari situ banyak yang bilang saya Bobotoh.
Banyak yang bilang, ‘sampai ketemu tanggal 28 Oktober (pertandingan Timnas U-19 vs Jepang di GBK)’. Tapi, saya tetap berangkat ke stadion karena saya merasa posisi saya benar. Masak iya dukung timnas, saya masih kena sweeping juga? Saya Bobotoh, apa salah dukung timnas?
ADVERTISEMENT
Saya berpikir saya datang di bawah naungan Ultras Garuda. Saya enggak bawa embel-embel Bobotoh, karena yang bertanding juga timnas. Di Ultras Garuda, semua elemen suporter Indonesia juga ada. Mulai dari Jakmania, Bobotoh, Aremania sampai Bonek. Kami semua netral karena memang hanya ingin mendukung timnas. Itu yang jadi visi kami.
Apa ada upaya untuk menepuh jalur hukum atas pengeroyokan itu?
Tidak ada. Itu sudah jadi keputusan saya, karena visi dan misi Ultras Garuda adalah mempersatukan suporter seluruh Indonesia. Itu yang kita pegang teguh.
Memang dari Bobotoh biro hukum juga sudah siap. Bobotoh merasa enggak terima dengan perilaku itu, karena mereka berpikir kalau enggak dibawa ke jalur hukum, enggak akan menimbulkan efek jera.
ADVERTISEMENT
Tapi, sekali lagi, ini sudah jadi keputusan saya. Saya berharap semua pihak menerimanya. Karena saya ingin semua suporter bersatu untuk Indonesia.
Kapok tidak dukung Timnas di GBK lagi?
Enggak, saya enggak kapok. Karena ini panggilan hati. Kalau waktunya enggak bentrok dengan jadwal kuliah dan kerja, saya merapat ke GBK. Kami juga sudah ada rencana buat dukung timnas di Piala AFF nanti.
Apa harapannya untuk suporter Indonesia?
Kami, di Ultras Garuda, berharap elemen suporter lokal, walaupun rival, kita bisa satu komando, satu tujuan untuk Indonesia.
Saya juga berharap kejadian yang menimpa saya kemarin enggak terulang lagi. Karena kalau begitu terus, mau di bawa ke mana sepak bola Indonesia? Sudah federasi jelek, masak suporternya ikutan jelek juga. Semoga kita bisa bersatu untuk Indonesia, untuk timnas.
ADVERTISEMENT