Chelsea yang Doyan Betul Gonta-ganti Manajer

13 Juli 2018 18:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Conte bermuram durja. (Foto: Reuters / Andrew Yates )
zoom-in-whitePerbesar
Conte bermuram durja. (Foto: Reuters / Andrew Yates )
ADVERTISEMENT
Chelsea ini seperti playboy: Terlalu sering gonti-ganti. Namun bukan pasangan, melainkan manajer. Tapi, ya, situasinya mirip.
ADVERTISEMENT
Chelsea begitu. Tak peduli gelar apa yang pernah diberikan seorang manajer untuk mereka, tak peduli apa saja hal besar yang pernah dilakukannya. Tak peduli pula bagaimana sang manajer susah-payah mengangkat dan membangun tim. Kalau sudah tak suka, ya, berpisah. Kalau ada manajer yang terlihat lebih menjanjikan, ya, pecatlah manajer lama.
Jumat (13/7/2018) ini, mereka baru saja mengumumkan sudah pisah jalan dengan Antonio Conte. Chelsea tak mengungkapkan secara detil apa alasan mereka memcat manajer berpaspor Italia itu. Toh, pernyataan pemecatan itu juga amat singkat. Namun, usut punya usut, ini karena ada 'orang ketiga'.
Conte sebenarnya tak jelek. Di musim pertama dia berhasil memberikan Chelsea trofi Premier League. Dia meroketkan Chelsea yang sebelumnya hanya finis di urutan 10 untuk kembali ke posisi puncak. 'Si Biru' juga dibuatnya mencatatkan 13 kemenangan beruntun.
ADVERTISEMENT
Di bawah asuhan eks pelatih Juventus itu pula Chelsea mulai mendapat keseimbangan melalui formasi 3-4-2-1 (3-4-3). Skema anyar yang memberikan warna baru untuk mereka. Meski di musim kedua gelar juara Premier League tak bisa dipertahankan dan tim yang bermarkas di Stamford Bridge itu terlempar dari empat besar, trofi Piala FA berhasil dipersembahkannya.
Namun, bagi manajemen Chelsea atau sang pemilik, Roman Abramovich, itu semua tak cukup. Conte terlihat sudah pandir di musim kedua dan musim berikutnya adalah waktu yang tepat untuk mengganti manajer. Apalagi, kilau Maurizio Sarri terlalu sulit untuk tak dilirik.
Sarri memang hanya berhasil membawa Napoli jadi runner-up Serie A pada musim lalu. Namun, permainan menyerang, penuh determinasi, yang mengandalakan umpan dari kaki ke kaki itu membuat Napoli jadi salah satu tim paling atraktif--dan enak ditonton--di Eropa pada musim lalu. Itu yang membuat Chelsea kepincut.
ADVERTISEMENT
Maurizio Sarri merokok. (Foto: MARCO BERTORELLO / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Maurizio Sarri merokok. (Foto: MARCO BERTORELLO / AFP)
Apalagi, di musim lalu Chelsea memang tak atraktif-atraktif amat dan kerap dikritk karena dianggap membosankan. Mereka bahkan jadi tim dengan produktivitas paling buruk di antara tim enam besar Premier League dengan catatan 62 gol. Sementara pada musim sebelumnya mereka berhasil mencetak 85 gol.
Manajemen Chelsea ditengarai ingin mengubah wajah timnya. Mereka tak ingin dideskreditkan sebagai tim yang membosankan. Karena itu, Sarri dianggap sebagai sosok yang tepat untuk merevolusi tim. Membuat Chelsea kembali mengerikan dan ditakuti lawan-lawannya.
Itulah penyebab pemecatan manajer keempat dalam sembilan tahun terakhir terjadi. Conte adalah manajer kelima yang pergi dari Chelsea dalam sembilan tahun terakhir. Tiga sebelumnya pergi karena dipecat, sedangkan Rafa Benitez memutuskan mundur--ya, sebelum bakalan dipecat, juga, sih.
ADVERTISEMENT
Conte dan trofi Piala FA (Foto: REUTERS/David Klein)
zoom-in-whitePerbesar
Conte dan trofi Piala FA (Foto: REUTERS/David Klein)
Orang pertama yang bernasib sial adalah Carlo Ancelotti. Dia dipecat pada musim 2010/11 meski di musim sebelumnya berhasil membawa Frank Lampard dan kawan-kawan jadi kampiun Premier League. Namun, trofi itu tak cukup untuk memperpanjang masa baktinya.
Nasib Roberto Di Matteo lebih buruk lagi. Tak sampai satu musim setelah membawa Chelsea jadi juara Liga Champions untuk pertama kali, dia langsung ditendang. Alasannya juga karena tak mampu membawa Chelsea tampil gemilang di musim 2012/13. Padahal, trofi Liga Champions jelas bukan trofi sembarangan.
Lalu ada Jose Mourinho. Dia dipecat Chelsea pada musim 2015/16 usai hanya finis di posisi 10 Premier League. Padahal, pada musim sebelumnya, pria yang kini menjabat sebagai manajer Manchester United itu baru saja mempersembahkan trofi Premier League.
ADVERTISEMENT
Ya, begitulah Chelsea dan nasib buruk itu tengah menimpa Conte. Kini, pendukung mereka juga tengah menunggu klub kesayangannya mengumumkan sosok manajer baru yang tampaknya itu adalah Sarri.
Sama seperti para playboy yang membuat wanita berpikir semua pria sama saja, Chelsea ini dikhawatirkan akan membuat manajer-manajer (yang mau setia dengan sebuah klub) jadi berpikir: Ah, semua klub besar sama saja!