Coutinho: Fokus Brasil Hanya untuk Mengalahkan Kosta Rika
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Di atas kertas, tim besutan Tite itu memang jauh lebih diunggulkan ketimbang Kosta Rika. Namun, ada persoalan yang menambah kesulitan mereka untuk meraih kemenangan. Tentu saja itu adalah masih diragukannya sang bintang Neymar untuk tampil.
Neymar, yang sepanjang laga pertama menghadapi Swiss dibombardir dan kerap dilanggar, mengalami cedera. Meski sudah kembali bergabung dalam latihan Brasil, megabintang Paris Saint-Germain itu masih diragukan untuk tampil.
Tanpanya, Brasil memang masih kaya akan talenta berkualitas, tetapi sebagai kapten dan pusat permainan, ketiadaan Neymar di atas lapangan jelas berpengaruh. Terlebih di laga pertama terlihat benar Neymar memegang peran besar di kubu Selecao.
Namun, salah satu pemain Brasil, Philippe Coutinho, percaya situasi apa pun yang menimpa timnya tak akan merusak konsentrasi untuk meraih kemenangan. Baginya, Brasil siap untuk mencuri tiga poin meski harus melewati laga berat.
ADVERTISEMENT
"Ini akan menjadi pertandingan yang sulit seperti semua pertandingan lain di Piala Dunia. Mereka [Kosta Rika] tim yang bagus. Kami melihat pertandingan melawan Serbia, dan itu hanya diselesaikan melalui situasi bola mati," kata Coutinho seperti dilansir Reuters.
"Ini adalah kesempatan lain untuk kami. Kami harus memaksimalkannya, kami semua fokus. Kami secara mental sedang kuat untuk memainkan permainan hebat," kata penggawa klub Barcelona itu.
Jika Neymar absen, pusat kendali permainan Brasil bisa dipindahkan ke kaki Coutinho. Kebetulan, pemain berusia 26 tahun itu mencetak satu-satunya gol saat Brasil ditahan imbang Swiss 1-1 pada laga pertama. Gol yang juga dicetak dengan indah.
Pada laga melawan Swiss itu, Brasil juga tampil sedemikian dominan. Mereka mencatatkan 55% penguasaan bola dan melepas 21 tembakan. Buruknya, mereka cuma mampu mencetak satu gol sepanjang laga.
ADVERTISEMENT
Brasil jelas tak boleh mengulangi ketidakefektifan itu jika ingin menang atas Kosta Rika. Sebab jika tidak, mereka bisa mengulang memori buruk edisi 1978 saat tak berhasil menang di dua laga awal fase grup.