Cristiano Ronaldo dan Gembel-gembel yang Menyedihkan

16 Agustus 2018 13:44 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ronaldo, Dybala, dan Bentancur merayakan gol untuk Juventus. (Foto: AFP/Isabella Bonotto)
zoom-in-whitePerbesar
Ronaldo, Dybala, dan Bentancur merayakan gol untuk Juventus. (Foto: AFP/Isabella Bonotto)
ADVERTISEMENT
"Aku sudah tinggal di Verona selama lebih dari sepuluh tahun sebelum aku menginjakkan kaki di sana, sebuah wilayah pinggiran milik masyarakat kelas pekerja yang lama kelamaan makin terdesak ke rawa-rawa."
ADVERTISEMENT
Tim Parks, pada 2001 silam, menulis deskripsi itu di The Guardian untuk menggambarkan distrik Chievo di Kota Verona. Untungnya, tulis Parks, wilayah itu tidak terlalu besar. Kata pengarang buku laris 'A Season with Verona' itu, hanya ada 3.000 jiwa yang tinggal di sana dan itu sudah termasuk merpati, tikus air, serta anjing liar.
Gambaran yang diberikan Parks itu sudah berusia hampir dua puluh tahun. Akan tetapi, dalam kurun waktu sekian, distrik Chievo yang diwakili oleh klub sepak bola ChievoVerona tidak pernah lepas dari bayang-bayang tersebut. Oleh para pendukung Hellas Verona, khususnya, ChievoVerona beserta anasir-anasirnya adalah gembel-gembel yang menyedihkan.
Faktanya jelas tidak seperti itu. Sejak promosi ke Serie A untuk kali pertama pada 2001, justru Chievo-lah yang kemudian menjadi klub utama dari kota opera tersebut. Verona yang pernah merengkuh Scudetto pada 1985 tersebut justru menjadi tim yo-yo yang doyan betul naik-turun divisi. Sebaliknya, selama 17 tahun terakhir, Chievo hanya absen sekali tampil di Serie A, yakni pada musim 2007/08.
ADVERTISEMENT
Artinya, ChievoVerona sebenarnya sudah tak bisa lagi diasosiasikan dengan distrik Chievo yang tampak seperti mimpi buruk Dickensian itu. Terlebih, klub yang dibekingi perusahaan roti Paluani sejak 1991 itu pada dasarnya memang hampir tak pernah menginjakkan kaki di tempat asal mereka. Chievo berlatih di Via Perloso, sebuah daerah mewah di kaki Alpen. Mereka pun bertanding di Stadio Marc'Antonio Bentegodi yang pada suatu masa pernah jadi stadion kelas dunia.
Chievo sudah beralih rupa. Mereka bukan lagi adik tiri Verona yang bisa disia-sia begitu saja. Kini, privilese sebagai satu-satunya klub dari Kota Verona di Serie A pun telah jadi milik mereka. Pada dekade 1980-an dulu, Verona seringkali menjamu tamu agung dalam diri Diego Maradona, Michel Platini, serta Roberto Baggio. Kini, giliran serupa jadi milik Chievo. Pada Sabtu (18/8/2018) malam WIB, klub berjuluk 'Keledai Terbang' itu bakal kedatangan tamu besar bernama Cristiano Ronaldo.
ADVERTISEMENT
***
Ronaldo, kata Christian Vieri dan lusinan manusia lain yang mencintai Serie A, adalah sebuah berkah. Alasannya sederhana: Ronaldo adalah daya tarik yang mampu membuat orang-orang mengalihkan pandangan ke arahnya. Kini, Ronaldo ada di Italia dan maka dari itu, pandangan publik sepak bola pun bakal terarah ke negeri semenanjung tersebut.
Sebelum Ronaldo datang, Serie A sebenarnya sudah merencanakan sebuah perubahan. Lega Serie A, selaku pihak penyelenggara liga, sudah memiliki kontrak siaran televisi baru. Penyegaran merek pun mereka lakukan dengan mengganti logo serta akun media sosial. Terlepas dari Ronaldo bakal datang atau tidak, Serie A sejatinya telah siap menyongsong era baru.
Kedatangan Ronaldo adalah katalis. Pada akhirnya, kepindahan megabintang asal Portugal itu ke Juventus membuat Serie A jadi lebih mudah dalam melakukan transisi ke era baru. Kontrak hak siar dari ESPN, misalnya, bisa jadi patokan.
ADVERTISEMENT
Musim lalu, ESPN adalah musuh persepakbolaan Italia ketika mereka berbicara hal-hal buruk mengenai Roma usai semifinal Liga Champions. Namun, media asal Amerika Serikat itu seperti menjilat ludahnya sendiri menyusul kedatangan Ronaldo ke Serie A. Dengan jadwal yang sangat menguntungkan bagi Ronaldo, makin besar pula eksposur yang didapat Juventus serta Serie A secara keseluruhan.
Laga Juventus melawan Chievo adalah laga perdana Serie A musim 2018/19. Entah ini disengaja atau tidak --karena penyusunan jadwal dilakukan setelah Ronaldo resmi pindah ke Turin --, yang jelas memberi mandat pada Ronaldo untuk membuka era baru Serie A adalah sebuah langkah strategis yang cerdas. Apalagi, ada indikasi bahwa pelatih Massimiliano Allegri bakal memberi perlakuan spesial bagi penyerang barunya itu.
ADVERTISEMENT
Ronaldo bikin gol pada laga 'debut' bersama Juventus. (Foto: Reuters/Massimo Pinca)
zoom-in-whitePerbesar
Ronaldo bikin gol pada laga 'debut' bersama Juventus. (Foto: Reuters/Massimo Pinca)
Biasanya, Allegri adalah sosok yang begitu berhati-hati dalam memainkan pemain baru. Gonzalo Higuain, misalnya, pada musim 2016/17 lalu harus rela jadi pemain pengganti pada laga debut melawa Fiorentina. Padahal, pemain Argentina tersebut merupakan pemain termahal Juventus saat itu. Hal serupa pun pernah dilakukan Allegri kepada Paulo Dybala, Carlitos Tevez, serta Alvaro Morata.
Akan tetapi, dari dua uji tanding terakhir Juventus menghadapi Juventus B dan Juventus U-23, Ronaldo selalu dimainkan sejak awal. Di lini depan, pemain 33 tahun itu diapit oleh Dybala serta Douglas Costa. Hasilnya sebenarnya bisa ditebak: Juventus menang mudah atas dua saudara mudanya tersebut. Namun, yang terpenting dari sana adalah munculnya pertanda bahwa Ronaldo bakal turun dari menit pertama ketika menghadapi Chievo.
ADVERTISEMENT
Juventus sendiri, dalam semua uji tanding yang mereka lakoni baik di Amerika Serikat (AS) maupun di Italia, selalu menggunakan formasi 4-3-3. Dengan bugarnya semua pemain yang dimiliki, seharusnya tidak ada alasan bagi Allegri untuk beralih dari formasi tersebut. Apalagi, skuat yang dimiliki 'Si Nyonya Tua' memang paling pas jika dimainkan dalam pakem dasar tersebut.
Kemungkinan besar, dalam pertandingan menghadapi Chievo nanti, Ronaldo, Dybala, dan Douglas Costa akan dimainkan sebagai trisula lini depan seperti yang sudah terlihat pada uji tanding. Di tengah, Miralem Pjanic bakal menjadi orkestrator serangan dengan perlindungan dari Blaise Matuidi/Sami Khedira dan Emre Can. Sementara, di lini belakang, kuartet Joao Cancelo-Leonardo Bonucci-Giorgio Chiellini-Alex Sandro akan jadi tumpuan untuk melindungi kiper Wojciech Szczesny.
ADVERTISEMENT
Pakem dasar 4-3-3 Allegri itu bakal mendapat tantangan dalam bentuk mirroring dari allenatore Chievo, Lorenzo D'Anna. Dalam pertandingan Coppa Italia menghadapi Pescara, Senin (13/8) dini hari WIB lalu, mantan bek Chievo itu juga memainkan pakem 4-3-3. Bedanya, tentu saja, Chievo tak memiliki pemain-pemain dengan kualitas individu seperti Juventus.
Di Chievo, praktis tak ada pemain bintang. Emanuele Giaccherini, kendati punya raihan dua Scudetto bersama Juventus dan 20 caps untuk Tim Nasional Italia, tetap tidak bisa disebut bintang. Pemain berusia 33 tahun itu sejak dulu merupakan pemain serbabisa dan levelnya memang mentok sampai di situ. Ketika ada tempat yang perlu ditambal, Giaccherini adalah solusi.
Para pemain Chievo merayakan gol pada pertandingan menghadapi Milan musim 2017/18. (Foto: AFP/Miguel Medina)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Chievo merayakan gol pada pertandingan menghadapi Milan musim 2017/18. (Foto: AFP/Miguel Medina)
Namun, bersama Chievo, Giaccherini adalah tumpuan utama. Apalagi, saat ini dia kembali bermain di posisi yang dulu membuat dirinya mencuat bersama Cesena, yakni penyerang sayap kiri. Bersama Valter Birsa, Giaccherini menyokong striker muda Mariusz Stepinski.
ADVERTISEMENT
Satu hal yang menarik dari formasi 4-3-3 milik D'Anna ini adalah kesamaannya dengan formasi 4-3-3 milik Allegri. Di bawah besutan kedua pelatih ini, formasi yang sebenarnya terhitung sebagai formasi ofensif itu justru menjadi alat untuk bertahan dengan baik. Sebab, formasi tersebut memang memungkinkan para pemain, khususnya dua penyerang sayap, untuk turun ke bawah membantu pertahanan dengan mudah.
Allegri biasanya menerapkan taktik defensif itu ketika bertemu dengan tim yang levelnya setara atau di atas Juventus. Menghadapi Chievo yang di atas kertas jauh lebih lemah, situasinya bakal berbeda. Dengan kepercayaan ekstra besarnya pada talenta pemain, Allegri akan memerintahkan semua pemain untuk menggempur pertahanan Chievo secara konstan.
Namun, menggempur pertahanan lawan secara konstan tetap bukan jaminan bagi sebuah tim untuk bisa mencetak gol. Pasalnya, membongkar pertahanan tim yang bertahan dengan sembilan pemain adalah pekerjaan maha sulit, sebagus apa pun kualitas pemain yang dimiliki. Oleh karena itu, keunggulan-keunggulan Juventus lainnya, seperti eksekusi bola mati dari Pjanic, Dybala, Ronaldo, atau Cancelo harus dioptimalkan.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Chievo juga punya keunggulan tersendiri dalam hal bola mati. Birsa yang pernah berkostum Milan itu adalah eksekutor utama Timnas Slovenia dan kepiawaian pria 32 tahun itu bisa jadi masalah tersendiri. Apalagi, Szczesny sebagai kiper anyar Juventus belum semeyakinkan Gianluigi Buffon. Artinya, kiper asal Polandia itu bisa jadi sasaran empuk bagi tendangan-tendangan spekulasi lawan.
Di atas kertas, jelas Juventus bakal unggul atas Chievo. Dalam segala hal mereka unggul. Apalagi, dalam lima pertandingan termutakhir, Bianconeri selalu berhasil memetik kemenangan. Namun, bola itu bulat, pertandingan berjalan selama 90 menit, dan segalanya bisa terjadi. Meski tak besar, Chievo tetap punya kans untuk setidaknya memaksakan hasil imbang pada pertandingan ini.