Dari Ali sampai Messi, Inilah Atlet Idola para Legenda La Liga

16 Juli 2019 16:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fernando Morientes merayakan gol untuk Timnas Spanyol di Piala Dunia 2002. Foto: AFP/Jacques Demarthon
zoom-in-whitePerbesar
Fernando Morientes merayakan gol untuk Timnas Spanyol di Piala Dunia 2002. Foto: AFP/Jacques Demarthon
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu, ketika Piala Dunia Wanita 2019 sudah memasuki babak-babak akhir, di media sosial tersebar sebuah foto yang menunjukkan seorang anak perempuan dirangkul seorang lelaki dewasa. Si lelaki dewasa itu tampak sedang duduk di mobil yang kacanya dibuka sampai habis dan si anak perempuan berdiri di dekatnya.
ADVERTISEMENT
Bersamaan dengan foto tersebut, muncul kata-kata begini: Salah satu dari dua orang ini adalah pencetak gol terbanyak Belanda sepanjang sejarah. Dan, tentu saja, sosok yang dimaksud adalah si anak perempuan, Vivianne Miedema. Sementara, sang lelaki dewasa dalam foto tersebut adalah Robin van Persie.
Dari foto tersebut jelas sekali terlihat bahwa Miedema dulunya adalah penggemar Van Persie. Bahkan, kita boleh saja berasumsi bahwa Miedema bertekad ingin menjadi pesepak bola karena mengidolai Van Persie. Pasalnya, dalam foto tersebut Miedema kecil tengah mengenakan jersi merah-putih Feyenoord, klub yang dulu membesarkan Van Persie.
Robin van Persie dan Vivianne Miedema. Foto: Twitter
Kisah tentang Miedema dan Van Persie ini sebenarnya bukan kisah spesial. Maksudnya, mustahil kalau ada seseorang yang ingin menjadi pesepak bola tanpa mengidolai sosok pesepak bola lainnya. Ini adalah kisah klasik bagaimana seorang bocah merajut mimpi demi menjadi seperti orang yang dia kagumi.
ADVERTISEMENT
Nah, pertanyaannya sekarang, ketika bocah-bocah tadi sudah dewasa dan juga sudah menjadi atlet papan atas, apakah mereka tetap mengidolakan sosok atlet lainnya? Well, tentu saja. Bahkan, atlet-atlet yang sudah pensiun sekalipun rupanya masih bisa mengagumi atlet yang masih aktif berlaga. Tak jarang, atlet yang jadi idola pun berasal dari cabang olahraga lain.
Di sini kumparanBOLA akan membahas atlet-atlet yang diidolai oleh delapan legenda La Liga. Ada yang menggemari pelari, ada yang menyukai petinju, dan tentunya ada pula yang menjadikan pesepak bola lain sebagai idola. Penasaran siapa saja? Simak di bawah ini.
Frederic Kanoute (Muhammad Ali)
Muhammad Ali menganvaskan Sonny Liston. Foto: AFP
Well, Frederic Kanoute dan Muhammad Ali. Tentu saja, ini bukan hal mengejutkan. Pertama, karena siapa, sih, yang tidak mengidolai Ali? Dia adalah petinju terbesar sepanjang masa dan boleh jadi merupakan atlet paling masyhur yang pernah terlahir ke muka bumi.
ADVERTISEMENT
Kedua, karena Kanoute dan Ali punya beberapa kesamaan. Mereka sama-sama memeluk agama Islam sebagai mualaf, sama-sama berkulit hitam, dan sama-sama aktif dalam aktivisme sosial.
Jika Ali terkenal karena penentangannya terhadap Perang Vietnam, Kanoute dikenal sebagai pembela hak-hak rakyat Palestina. Selain itu, nama yang disebut kedua juga memiliki yayasan untuk membantu anak-anak kurang beruntung di negaranya, Mali.
Diego Forlan (Michael Jordan)
Michael Jordan di Chicago Bulls. Foto: AFP/John Ruthroff
Tak seperti Kanoute dan Ali yang punya beberapa persamaan, hampir tidak ada yang menghubungkan Diego Forlan dengan Michael Jordan kecuali fakta bahwa mereka berdua sama-sama pencetak angka ulung. Jika Forlan melakukannya dengan kaki dan kepala, Jordan melakukan itu dengan tangannya.
Jordan, seperti halnya Ali, adalah atlet yang popularitasnya sudah menembus batas-batas olahraga dan negara. Maka, tak mengherankan pula apabila Forlan mengagumi mantan pemain Washington Wizards tersebut. Sekarang, mau taruhan berapa kalau Forlan doyan mengoleksi sneakers Air Jordan?
ADVERTISEMENT
Steve McManaman (Sir Mo Farah)
Sir Mo Farah beraksi di sebuah lomba maraton. Foto: AFP/Daniel Leal-Olivas
"Untuk atlet Inggris, aku menyukai seseorang seperti Mo Farah. Dia sangat sukses dan baru saja pensiun (dari nomor lari jarak pendek, red), tetapi sepertinya dia masih ikut lari maraton dan kemungkinan akan memimpin Inggris. Hingga saat ini, ia masih mendulang kesuksesan, jadi Mo adalah atlet favoritku," kata Steve McManaman.
Kalau yang ini, sih, pada dasarnya merupakan bentuk kekaguman seorang rakyat jelata pada seorang bangsawan. Atas prestasinya yang luar biasa, di mana dia pernah jadi juara pada ajang Olimpiade dan Kejuaraan Dunia, Farah sampai dianugerahi gelar kesatria oleh Kerajaan Inggris.
Macca—sapaan McManaman—sebenarnya juga bukan atlet sembarangan karena dia adalah salah satu ekspor terbaik Inggris di dunia sepak bola. Akan tetapi, tetap saja ada jarak yang begitu jauh antara prestasinya dan Farah. Jadi, tidak aneh juga kalau Macca mengidolai pelari kelahiran Mogadishu, Somalia, tersebut.
ADVERTISEMENT
Christian Karembeu (Usain Bolt)
Usain Bolt di Kejuaraan Dunia 2017. Foto: Reuters/Phil Noble
Memang mudah sekali untuk jatuh hati pada seorang Usain Bolt, sampai-sampai orang berstandar tinggi macam Christian Karembeu (coba tengok film favoritnya) saja dengan lugas menyebut namanya sebagai idola. Lagi-lagi, seperti halnya Ali dan Jordan, Bolt adalah atlet dengan level popularitas global yang pencapaiannya sulit disamai siapa pun.
Bolt sendiri, kebetulan, dikenal sebagai penggemar sepak bola. Akan tetapi, sangat diragukan kalau nama Karembeu bakal disebut sebagai pemain favoritnya. Sebab, Karembeu tidak pernah memperkuat klub kesukaan Bolt, Manchester United.
Fernando Morientes (Carl Lewis)
Carl Lewis, legenda atletik Amerika Serikat. Foto: AFP
Sembilan medali emas Olimpiade, delapan gelar juara dunia. Kira-kira deskripsi demikian sudah bisa menggambarkan sehebat apa sosok Carl Lewis di dunia atletik. Tak cuma jago berlari, pria Amerika Serikat itu juga merupakan pelompat jauh ulung yang pernah memegang rekor dunia di tiga nomor sekaligus. Membayangkan kehebatannya saja bisa menegakkan bulu roma.
ADVERTISEMENT
Sosok macam itulah yang diidolai oleh Fernando Morientes. Sebagai pemain sendiri, Morientes tidak dikenal karena kecepatannya. Namun, mantan pemain Liverpool itu dikenal piawai dalam menyambut bola-bola atas. Dengan kata lain, pria asli Spanyol ini jago melompat. Mungkin saja itu semua dia raih karena mengagumi sosok Lewis sejak kecil.
Robert Pires (Lewis Hamilton)
Lewis Hamlton merayakan gelar juara dunia Formula 1 2018 di GP Meksiko. Foto: REUTERS/Henry Romero
Atlet flamboyan mengidolai atlet flamboyan lain dari olahraga yang flamboyan pula. Mungkin begitulah kekaguman Robert Pires akan Lewis Hamilton bisa dideskripsikan.
Terlepas dari itu, Hamilton memang atlet yang luar biasa. Ya, oke, memang dia sangat terbantu oleh kualitas mesin Mercedes yang tidak ada tandingannya, tetapi secanggih-canggihnya kendaraan, kalau yang mengemudi tidak berkompeten, ya, tidak akan maksimal. Hamilton adalah orang yang tepat untuk membawa Mercedes menjadi juara dan begitu pula sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Kalau sudah begini, wajar saja Pires terkagum-kagum. Toh, mantan pemain Villarreal itu, sebagai juara Eropa dan dunia, pasti bisa melihat kelas seseorang dari caranya beraksi. Kalau menurut anak sekarang, ini adalah contoh game recognizes game.
Gaizka Mendieta (Pau Gasol)
Pau Gasol beraksi bersama Timnas Spanyol. Foto: AFP/Roslan Rahman
"Dia sudah mencapai banyak hal di berbagai level dan dia juga orang yang memiliki kepribadian yang baik. Jadi, aku memilih Pau," ucap Gaizka Mendieta soal atlet idolanya, Pau Gasol.
Well, Mendieta benar. Gasol memang sudah mencapai banyak hal di semua level. Dia pernah menjadi juara NBA, Liga Spanyol, EuroBasket, serta Kejuaraan Dunia. Di Olimpiade pun Gasol sempat dua kali membawa Spanyol ke partai puncak. Boleh jadi, pria 39 tahun ini adalah pebasket terbaik Spanyol sepanjang masa.
ADVERTISEMENT
Dari sana, tidaklah mengherankan jika dia mampu menarik banyak pengagum, termasuk Mendieta yang sebenarnya layak disebut salah satu pesepak bola terhebat sepanjang masa Negeri Matador. Sayangnya, medali juara Mendieta memang tidak sebanyak milik Gasol.
Luis Garcia (Lionel Messi)
Selebrasi Messi di Wembley. Foto: Reuters/Eddie Keogh
Entah karena Lionel Messi memang hebat atau karena Luis Garcia tidak mengikuti olahraga lain sampai-sampai jawaban ini bisa muncul. Namun, apa pun alasannya, mengidolai sosok Messi juga sangat bisa dimaklumi. Garcia pun memiliki alasan kuat untuk menyebut nama La Pulga.
"Dia mengejutkan saya setiap akhir pekan dan itu adalah sesuatu yang sangat sulit dilakukan di dunia sepak bola," tutur mantan pemain Barcelona ini dan dia benar. Messi memang macam pesulap yang tak pernah kehabisan trik, tetapi sayangnya itu semua cuma berlaku saat dia mengenakan kostum merah-biru, bukan putih biru!
ADVERTISEMENT