Dari Mourinho untuk Ranieri: Sebuah Penghormatan Singkat

24 Februari 2017 16:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Guard of Honour untuk Ranieri di ujung 2015/2016. (Foto: Eddie Keogh/Reuters)
Claudio Ranieri dipecat Leicester City. Jose Mourinho pun bersikap. Ia mengirim sebuah penghormatan singkat.
ADVERTISEMENT
Ranieri dan Mourinho sesungguhnya punya hubungan dan koneksi yang unik. Ketika Ranieri didepak dari Chelsea pada tahun 2004, Mourinho-lah yang datang sebagai penggantinya.
Kita semua tahu seperti apa Chelsea di tangan Mourinho. Dalam dua musim beruntun, manajer asal Portugal tersebut sukses mengantarkan The Blues menjuarai Premier League.
Namun, perlu diingat bahwa hampir seluruh tulang punggung Chelsea yang membantu mereka meraih gelar juara, didatangkan oleh Ranieri. William Gallas, Joe Cole, Damien Duff, Claude Makelele, dan Frank Lampard, semuanya didatangkan oleh Ranieri.
Lalu, dalam masa-masa terakhirnya di Stamford Bridge, Ranieri menyebutkan bahwa Chelsea harus mendatangkan Didier Drogba dan Arjen Robben. Keduanya kemudian dibeli ketika Mourinho sudah resmi menjadi manajer dan benar-benar menjadi bintang klub.
ADVERTISEMENT
Roda keduanya berputar ketika berjumpa sebelas tahun kemudian.
Pada 14 Desember 2015, Ranieri, yang kala itu sudah menukangi Leicester, bertemu Mourinho, yang sekali lagi menangani Chelsea. Orang-orang menyebutnya sebagai pembalasan dendam si Italia kepada si Portugal. Tapi, benarkah begitu?
Kendati pun Ranieri bersikukuh bahwa hubungannya dengan Mourinho baik-baik saja, narasi di atas lapangan berjalan mengikuti alur yang diperkirakan banyak orang.
Leicester sedang terbang tinggi. Dengan Jamie Vardy di lini depan, mereka berpesta hampir setiap akhir pekan. Chelsea? Si juara bertahan ini sedang terpuruk.
Di depan sekitar 30 ribu suporter malam itu, Leicester menang 2-1. Dua gol, masing-masing dari Vardy dan Riyad Mahrez, hanya bisa dibalas satu oleh Loic Remy.
Tiga hari berselang, Mourinho dipecat Chelsea.
ADVERTISEMENT
Ranieri dan Mourinho di sebuah laga. (Foto: Carl Recine/Reuters)
Semenjak hari itu, banyak yang sudah terjadi; Ranieri mengantarkan Leicester menjuarai Premier League, Mourinho menganggur beberapa bulan tapi kemudian menjadi manajer Manchester United, Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa, dan Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat.
Namun, dua kejadian yang disebut terakhir tidak semengejutkan —setidaknya untuk dunia sepak bola Inggris sendiri— yang satu ini: Ranieri dipecat Leicester hanya sembilan bulan setelah meraih trofi juara liga.
Jumat (24/2/2017) pagi WIB, Leicester mengumumkan bahwa mereka telah berpisah jalan dengan pria berusia 65 tahun tersebut. Kendati baru di awal bulan ini petinggi klub menyatakan mendukung penuh Ranieri, fakta bahwa klub kini berada satu strip di atas zona degradasi membuat mereka berubah pikiran.
ADVERTISEMENT
Sementara eks-striker Leicester dan Timnas Inggris, Gary Lineker, menyebut pemecatan itu menyakitkan, eks-manajer West Ham United dan Tottenham Hotspur, Harry Redknapp, mengatakan bahwa pemilik klub panik.
Mourinho, yang juga mendengar kabar ini langsung memberikan penghormatan singkat lewat akun Instagram pribadinya.
“Juara Inggris dan Manajer Terbaik Tahun ini Versi FIFA didepak. Begitulah sepak bola sekarang ini, Claudio. Tetaplah tersenyum, kawan. Tidak ada yang bisa menghapus sejarah yang kau buat,” tulis Mourinho.
Bersama ucapan singkat itu, Mourinho juga mengunggah fotonya sedang berangkulan dan tersenyum bersama Ranieri.
Dalam lebih dari seabad sejarah klub, Leicester memang belum pernah menjadi juara Liga Inggris. Semuanya berubah ketika mereka menunjuk seorang pria dari Roma pada musim panas 2015.
ADVERTISEMENT