Dasar APPI Sarankan Hukuman Pengurangan Poin untuk Kekerasan Suporter

25 September 2018 17:41 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ponaryo Astaman (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ponaryo Astaman (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Insiden tewasnya suporter Persija Jakarta, Haringga Sirla, akibat dikeroyok di pelataran Stadion Gelora Bandung Lautan Api (BGBLA), Minggu (23/9/2018) lalu, menyedot perhatian banyak pihak. Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) sudah mendesak kasus ini segera diusut tuntas agar kejadian yang mencoreng sepak bola Tanah Air tak lagi terulang.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) yang turut menaungi para pemain top juga menaruh perhatian terhadap kasus Haringga. Dari situ, APPI membuat petisi yang ditujukan kepada Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) selalu operator kompetisi untuk segera menyelesaikan masalah.
Ada enam poin yang disampaikan APPI. Salah satunya disampaikan langsung oleh General Manager Ponaryo Astaman, yakni menyangkut kesepakatan pemain Liga 1 untuk mogok main pada pekan ke-24. Ini merupakan bentuk desakan agar PSSI dan PT LIB segera menyelesaikan kasus Haringga.
Para pemain di bawah naungan APPI menuntut nota damai agar diteken suporter. (Foto: Alan Kusuma/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain di bawah naungan APPI menuntut nota damai agar diteken suporter. (Foto: Alan Kusuma/kumparan)
"Kami dari APPI dan perwakilan pemain sebelumnya sudah berkoordinasi dulu untuk mendeklarasikan ini karena untuk kepentingan sepak bola nasional juga. Respons mereka positif," kata Ponaryo ketika ditemui di Hotel Century, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (25/9).
ADVERTISEMENT
Ide dari APPI tak hanya berhenti sejenak dari kompetisi, tetapi juga menyumbangkan saran kepada badan hukum PSSI atau Komisi Disiplin. Bentuk konkretnya adalah hukuman pengurangan poin. Dasar itu, lanjut Ponaryo, berkaca pada hukuman-hukuman yang selama ini diberikan kepada klub.
Sejumlah suporter klub PSIS Semarang, Panser Biru melakukan gerakan koreografi dalam pertandingan lanjutan Liga 1 Indonesia antara PSIS melawan Persebaya Surabaya di Stadion Moch. Soebroto, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (22/7) (Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah suporter klub PSIS Semarang, Panser Biru melakukan gerakan koreografi dalam pertandingan lanjutan Liga 1 Indonesia antara PSIS melawan Persebaya Surabaya di Stadion Moch. Soebroto, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (22/7) (Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
Mengambil contoh, jika penonton berulah dengan memasuki area pertandingan, maka klub akan disanksi dengan bayaran denda. Selain itu, jika terjadi tindakan anarkistis di dalam stadion, maka hukuman dijatuhkan dengan partai usiran alias tanpa penonton.
"Hukuman-hukuman ini yang mestinya dieliminasi dengan menerbitkan hukuman yang lebih berat. Pengurangan poin, itu bisa, lalu bertanding di luar markas mereka, itu misalnya juga bisa. Kalau suporter merasakan dampak dari hukuman itu, niscaya mereka akan berpikir ulang untuk melakukan pelanggaran, karena mereka tentu tidak mau merugikan klub kebanggaan mereka," kata dia menutup.
ADVERTISEMENT