Debat Calon Ketum PSSI Diultimatum Komite Pemilihan

17 Oktober 2019 9:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi PSSI Foto: ADEK BERRY / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi PSSI Foto: ADEK BERRY / AFP
ADVERTISEMENT
Sebuah stasiun televisi nasional menggagas debat delapan calon Ketua Umum (Ketum) PSSI pada Rabu (16/10/2019). Rencananya, debat digelar pada pukul 21.30 WIB.
ADVERTISEMENT
Agenda meleset dari ekspektasi. Calon Ketum PSSI yang hadir cuma tiga, yaitu Rahim Soekasah, Vijaya Fitriyasa, dan Aven S. Hinelo.
Selain itu, format acara diubah. Format debat tak berlaku dan diganti semacam diskusi sepak bola bertajuk Indonesia Berbicara.
Perubahan format muncul karena Komite Pemilihan (KP) PSSI memberikan ultimatum. Pasalnya, debat boleh dilakukan saat masa kampanye pada 24 sampai 31 Oktober.
“KP mengancam akan mendiskualifikasi calon yang ikut debat di acara ini. Makanya, formatnya diganti,” kata Beny Tomasoa, tim sukses Rahim Soekasah.
Alhasil, empat pengamat sepak bola yang mengisi panggung utama diskusi. Mereka ialah Akmal Marhali, Yusuf Kurniawan, Ignatius Indro, dan Hayono Isman. Sementara calon Ketum PSSI yang hadir cuma memiliki kapasitas mengomentari.
ADVERTISEMENT
Selain tiga calon Ketum PSSI tadi, turut hadir para calon Komite Eksekutif (Exco) PSSI yang gagal lolos verifikasi dan tengah proses banding. Tercatat ada Yesayas Oktavianus, Arif Putra Wicaksono, dan Doni Setiabudi.
Diskusi itu membahas tiga poin, yaitu pengaturan laga, pembinaan usia dini, dan suporter. Akmal Marhali menjadi pembicara pertama yang melempar isu match fixing.
Pembahasan itu lantas ditanggapi Vijaya. Pemilik 70% saham Persis Solo itu menilai pengaturan laga terjadi karena ada sistem yang berjalan sejak lama.
Match fixing muncul karena orang yang ada di sepak bola ini belum sejahtera. Pemain harus punya penghasilan layak, wasit dan pengurus sepak bola pun demikian," jelas Vijaya.
"Mata rantai pengaturan laga bisa terputus dengan kesejahteraan. Kita tidak usah munafik, semua orang butuh makan. Sepak bola ‘kan mata pencaharian. Kalau tidak berpenghasilan layak, maka mudah digoda sana-sini,” ujar Vijaya.
ADVERTISEMENT
Menariknya, persoalan pengaturan laga ini sudah sangat kronis. Pengamat sepak bola lainnya, Tommy Welly, membawa data yang terbilang mengagetkan.
“Ada 15 Exco di PSSI. Menurut keterangan Karopenmas Divisi Humas Mabes Polri, dari 15 itu paling cuma dua yang tidak terpapar match fixing,” tuturnya.
Masalah match fixing ternyata merambat ke sektor pembinaan usia muda. Yusuf Kurniawan sebgai penggiat pembinaan menuturkan bahwa pengaturan laga membuat mimpi anak-anak yang ingin menjadi pesepak bola pupus.
“Dulu, banyak anak-anak mau jadi seperti Kurniawan Dwi Yulianto atau Bambang Pamungkas. Sekarang dengan adanya match fixing, psike mereka terganggu. Siapa yang akan jadi idola? Itu menghancurkan mimpi pesepak bola muda kita,” kata Yusuf.
Pendukung menyalakan kembang api dalam pertandingan. Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana
Yusuf lebih lanjut memaparkan pembinaan usia muda harus menjadi perhatian penting federasi. Kompetisi berjenjang harus digalakkan agar tak ada lagi cerita timnas kelompok umur hebat, tapi melempem ketika di level senior.
ADVERTISEMENT
Pembicaraan terakhir berkutat soal suporter. Ignatius Indro yang merupakan Ketua Paguyuban Suporter menyebut pendukung ialah bagian penting sepak bola. Seharusnya, kata Indro, suporter diberi perhatian khusus, semisal edukasi.
Pendukung timnas Indonesia yang hadir ke Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (15/6). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
“Suporter tak cuma bicara mendukung tim A atau B. Bukan juga hanya soal fanatisme. Suporter juga berbicara soal kemanusiaan,” kata Indro.
Diskusi yang berlangsung sekitar dua jam itu ditutup moderator dengan pertanyaan, siapa yang bisa mendukung agar PSSI lebih baik?
Yesayas ambil bagian. Menurutnya, pemerintah harus turut andil membuat PSSI lebih baik tanpa melanggar Statuta FIFA.
“Saya lama di media. Hampir separuh hidup saya habis di sepak bola. Menurut saya, Ketum PSSI tersukses ialah Pak Kardono. Ia melahirkan beberapa pilar agar sepak bola ini baik, yaitu pengurus, pemain, sponsor, media, wasit, stakeholder. Nah, saya kira stakeholder dalam hal ini harus turun untuk membuat PSSI dan sepak bola lebih baik,” ujar Yesayas.
ADVERTISEMENT