Debut Tavares di Persija: Plot Ciamik, Ending Berantakan

17 Oktober 2019 10:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatih Persija Jakarta, Edson Tavares. Foto: Dok. Persija Jakarta
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Persija Jakarta, Edson Tavares. Foto: Dok. Persija Jakarta
ADVERTISEMENT
Edson Tavares tampil necis. Kemeja batik ia kenakan, lengkap dengan celana bahan serta sepatu pantofel yang mengilap minta ampun. Tak lupa, kacamata dengan bingkai warna hitam menempel di mukanya. Oh, juga ada pulpen terselip di sakunya.
ADVERTISEMENT
Dengan penampilan demikian, orang-orang yang tak tahu bahwa ia pelatih Persija Jakarta mungkin akan mengiranya sebagai pegawai kedutaan besar salah satu negara. Ia seperti tengah menjalani program wajib batik sehari atau sedang ada kunjungan pejabat pemerintahan.. hehe.
Tapi, tentu saja bukan. Tavares tengah menjalani debutnya sebagai sutradara anyar Persija, Rabu (16/10/2019) sore itu. Jagoan Sumatera Barat bernama Semen Padang yang menjadi lawan. Maka, amat wajar ia ingin tampil bagus. Ia hendak memberi kesan positif lewat penampilan tersebut.
Sayangnya, kesan positif yang ia sajikan sebatas penampilan. Tak hanya penampilan fisiknya sendiri, tetapi juga penampilan (baca: permainan) para pemain Persija secara keseluruhan yang sekilas cukup bagus.
Dari sini kamu tahu bahwa Tavares sebetulnya punya premis dan plot yang jelas. Soal para pemain Persija harus bermain seperti apa, bagaimana mengalirkan bola, dan semacamnya sudah ia rencanakan. Idenya amat terang.
ADVERTISEMENT
Sebelum lanjut, perlu diingat bahwa kumparanBOLA sempat mengira Persija bakal bermain pragmatis di bawah Tavares. Ini berkaitan dengan rekam jejak sang pelatih di beberapa klub sebelumnya. Namun, debutnya hari itu mengubah anggapan tersebut.
Tavares pada laga ini menurunkan skema dasar 4-3-3. Duet Xandao dan Fachrudin Aryanto di jantung pertahanan, mengapit Shahar Ginanjar di pos kiper. Sementara itu, Tony Sucipto serta Dany Saputra di kedua tepi.
Lini tengah ditempati oleh trio Joan Thomas, Sandi Sute, hingga Ramdani Lestaluhu. Ketiganya menopang pergerakan Heri Susanto, Farri Agri, dan Marko Simic di lini terdepan.
Seperti itulah skema yang tampak dalam kertas yang dibagikan panpel Persija. Di lapangan, walau demikian, tim 'Macan Kemayoran' lebih terlihat bergerak dengan susunan 4-1-4-1.
ADVERTISEMENT
Ramdani ternyata tak ditempatakan sebagai gelandang, melainkan pemain sayap. Farri Agri, yang di selebaran kertas berada di pos penyerang, ternyata berperan sebagai gelandang tengah bersama Joan dan Sute.
Dengan pendekatan demikian, Persija tampil begitu dominan. Laga baru berjalan beberapa menit mereka sudah mengancam via pergerakan Ramdani di sisi kanan penyerangan. Sayang, crossing-nya kala itu tak menemui sasaran kendati berada pada posisi bebas.
Sisi sayap sendiri memang menjadi tumpuan Persija di bawah Tavares saat itu. Tak terhitung berapa kali Ramdani serta Heri atau kedua full-back menguasai bola dan membahayakan lawan di area tersebut, terutama via crossing.
Hal ini sekaligus menjadi pembeda Persija sekarang dengan Persija di bawah Julio Banuelos. Di bawah Banuelos, Persija lebih sering menekan lewat bola-bola pendek dari tengah lapangan. Cara itu, meski masih ada, terhitung minim di bawah Tavares.
ADVERTISEMENT
Tavares seperti hendak memanfaatkan benar kelebihan Simic dalam duel bola-bola atas. Yang menarik, cara yang kemudian mereka pilih sebelum mengalirkan bola ke sayap amat berkelas.
Mereka kerap mengawalinya lewat permainan satu-dua sentuhan terlebih dahulu. Pada satu kesempatan, ketika celah terbuka, barulah bola digulirkan lewat terobosan ke area sayap.
Pendekatan demikian pada akhirnya membuat permainan Persija begitu nyaman disimak. kumparanBOLA bahkan mencatat, setidaknya ada tiga momen seperti ini yang didapat Persija dalam 15 menit awal.
Yang jadi masalah, crossing Persija pada laga tersebut jarang sekali menemui Simic. Padahal, para pemain bersangkutan sering berada pada posisi bebas untuk melepaskan crossing ke kotak penalti.
Fakta bahwa Simic bekerja seorang diri di kotak 16 tampak menjadi salah satu penyebab. Namun, Tavares sepertinya tak beranggapan demikian.
ADVERTISEMENT
Itulah kenapa pada babak kedua, ia malah memasukkan Rezaldi Hehanusa dan Riko Simanjuntak, alih-alih menambah penyerang macam Bambang Pamungkas. Dari sini, Tavares memandang bahwa para pengumpanlah yang menjadi biangnya.
Di sisi lain, para pemain Persija selain Simic terbilang statis kala bergerak --lagi-lagi berbeda dengan Persija di bawah Banuelos. Mereka seperti benar-benar saklek dengan formasi dasar.
Cara ini sejatinya positif. Hal tersebut bikin Persija lebih kokoh ketika bertahan sebab jarang sekali ada pemain yang out of position. Babak pertama menjadi bukti jelas terkait hal ini. Tak sekalipun Semen Padang mendapat peluang terbuka.
Negatifnya, ya, soal Simic tadi. Ia jarang mendapat bantuan dari lini kedua. Sedikit hal yang cukup sering bergerak adalah Ramdani dan Heri. Keduanya kerap bertukar posisi dan kadang bahkan menemani Simic di dalam kotak.
ADVERTISEMENT
Edson Tavares (kiri) memberikan instruksi kepada striker Persija, Marko Simic. Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA
Namun, itu jelas tak cukup. Persija pada akhirnya hanya mampu bikin satu gol di babak pertama. Itu pun via penalti. Untuk sementara, Persija cuma unggul satu gol.
Memasuki paruh kedua, Persija dikejutkan dengan perubahan Semen Padang. Tim Kabau Sirah tampak lebih agresif, baik bertahan mau pun menyerang. Mereka bahkan mampu mencetak gol penyama kedudukan lewat Vendry Mofu.
Dari sini Persija tersentak. Perubahan kemudian turut dilakukan oleh Persija sejak saat itu. Agresivitas ditingkatkan. Kelemahan yang pada babak pertama terlihat, nyaris tak tampak lagi kali ini.
Joan mulai banyak naik ke kotak penalti guna menemani Simic. Begitu pula dengan Agri yang sesekali berada di sana. Ramdani, di sisi lain, juga lebih aktif menyisir sisi sayap.
ADVERTISEMENT
Peluang yang didapat Joan pada menit 69 adalah salah satu bukti perubahan ini. Saat itu, ia berada tak jauh dengan Simic. Ketika sang penyerang gagal meneruskan crossing, Joan yang kemudian mendapatkan bola liar melepaskan sepakan kaki kanan.
Sepakan tersebut sudah mengarah ke gawang Semen Padang yang kosong melompong. Namun, bek lawan sigap melakukan halauan sebelum bola melewati garis batas. Gol yang diinginkan urung terjadi.
Gambaran macam itu berulang kali terlihat sepanjang babak kedua. Persija bahkan begitu meyakinkan dan seakan tinggal menunggu waktu saja perihal datangnya gol.
Tapi, penyelesaian akhir mereka buruk. Di sisi lain, pertahanan Persija terlihat lebih terbuka. Lini tengah yang lowong karena Joan dan Agri mulai banyak membantu penyerangan membuat Semen Padang di atas angin.
ADVERTISEMENT
Hampir pada tiap kesempatan menyerang balik, mereka sudah langsung berhadapan dengan duet bek tengah Persija. Cara ini pula yang kemudian membuat Persija kebobolan di menit-menit akhir pertandingan lewat Mariando Uropmabin.
Begitulah. Plot yang sudah dibangun sedemikian rupa runtuh akibat gol tersebut. Persija bermain bagus dengan ide yang jelas, tetapi penyelesaian akhir buruk serta kebobolan di menit-menit akhir membuat ending, yang seharusnya bagian dari plot, berantakan.
Verdict debut Edson Tavares: 6/10