Demi Kalahkan Chelsea, Haruskah Emery Berdamai dengan Oezil?

17 Januari 2019 14:43 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mesut Oezil tampil sebagai kapten Arsenal. (Foto: Reuters/John Sibley)
zoom-in-whitePerbesar
Mesut Oezil tampil sebagai kapten Arsenal. (Foto: Reuters/John Sibley)
ADVERTISEMENT
Mesut Oezil adalah seorang bintang sepak bola. Itulah mengapa namanya tetap ramai diperbincangkan kendati dirinya jarang tampak di atas lapangan. Bahkan, jarang tampilnya Oezil untuk Arsenal itulah yang membuat pemain asal Jerman itu jadi buah bibir.
ADVERTISEMENT
Alasan taktikal selalu jadi tameng Unai Emery, pelatih Arsenal, ketika para pewarta menyai dirinya soal ketiadaan Oezil. Dalam hal ini, Emery sebetulnya telah berkata jujur. Meski kemampuan Oezil tetap dirindukan, ada hal-hal yang membuat sang pelatih memilih untuk menyingkirkan pemain bintangnya. Salah satu alasan itu adalah karena kegeniusan Oezil membuatnya jadi tak singkron dengan frekuensi tim.
Namun, ada hal lain yang membuat Emery memilih untuk tidak menggunakan Oezil. Pertama, Oezil adalah simbol rezim Arsene Wenger yang memang harus disingkirkan demi regenerasi tim. Colin Lewin, Jack Wilshere, dan Steve Bould sudah jadi korban tangan besi Emery. Kini, Oezil pun dipaksa menunggu 'ajalnya' di Arsenal.
Hal non-taktikal kedua adalah perkara gaji. Saat ini, dengan bayaran 350 ribu poundsterling per pekan, Oezil adalah pemain bergaji tertinggi. Emery ingin agar uang yang dipakai untuk membayar Oezil itu digunakan untuk membeli serta menggaji pemain yang dia inginkan. Maka, menyingkirkan Oezil dari tim adalah langkah logis bagi Emery untuk mendapat apa yang dia inginkan.
ADVERTISEMENT
Permasalahannya, pada Minggu (20/1/2019) dini hari WIB mendatang, Arsenal akan menghadapi lawan berat bernama Chelsea. Pada perjumpaan pertama di Stamford Bridge, Chelsea berhasil menang dengan skor 3-2. Hal ini saja sudah bisa dijadikan patokan bahwa The Blues adalah lawan yang kudu disikapi dengan 100 bahkan 110 persen kemampuan.
Satu hal lain dari Chelsea yang bakal membikin Emery pening adalah bahwa pasukan Maurizio Sarri itu merupakan tim dengan pertahanan terbaik ketiga di Premier League. Sampai 22 pertandingan mereka baru kemasukan 17 kali. Jumlah ini sama dengan apa yang diderita oleh Manchester City. Nah, menghadapi tim dengan pertahanan sebaik itu, perlukah Emery berdamai dengan Oezil? Jika menembus pertahanan West Ham United saja kesulitan, bagaimana dengan Chelsea?
ADVERTISEMENT
Untuk menjawab pertanyaan ini, hal termudah adalah dengan mengembalikan segalanya ke pertandingan pertama. Ya, pada laga itu Arsenal memang kalah 2-3. Akan tetapi, sesungguhnya mereka bisa menang 4-3, bahkan 5-3, jika Pierre-Emerick Aubameyang dan Henrikh Mkhitaryan tidak menyia-nyiakan peluang bersih.
Menariknya, tak satu pun kans bersih Arsenal pada pertandingan itu lahir dari kontribusi Oezil. Kalaupun ada, peran Oezil hanyalah menembak bola yang akhirnya diblok pemain belakang Chelsea sebelum sampai di kaki Alex Iwobi. Dari Iwobi, bola kemudian disodorkan kepada Mkhitaryan dan di situlah gol pertama Arsenal tercipta.
Pada laga itu, Arsenal berjaya lewat serangan sayap. Semua peluang bersih yang berjumlah lima itu lahir dari sayap, baik kanan maupun kiri. Parahnya lagi, di tempat Oezil beroperasi, yang mencuat jadi bintang justru bukan dia, melainkan Mkhitaryan. Gelandang serang asal Armenia itu mengeksekusi dua peluang emas di zona nomor sepuluh dan salah satunya berbuah gol.
ADVERTISEMENT
Ini berarti, mau ada Oezil ataupun tidak, tidak akan ada bedanya. Jika merujuk pada pertandingan tersebut, maka Emery sesungguhnya tidak perlu berdamai dengan Oezil 'hanya' untuk menyiksa pertahanan Chelsea.
Namun, lain lubuk lain ikan, lain pertandingan lain pula situasinya. Bagaimana pun ceritanya, pertandingan pertama itu tidak bisa dijadikan rujukan sepenuhnya. Sebab, bisa dipastikan segalanya bakal berlangsung berbeda nantinya. Boleh jadi, sisi kiri dan kanan pertahanan takkan jadi titik lemah Chelsea karena Sarri bisa menemukan cara untuk mencegah Arsenal mengeksploitasinya.
Jika situasinya begitu, Arsenal butuh opsi lain dan Oezil bisa menjadi salah satunya. Sampai saat ini, dalam satu pertandingannya Chelsea cuma membiarkan lawan menembak sampai 8,8 kali. Jumlah itu adalah yang terendah ketiga setelah Manchester City dan Liverpool. Ini menunjukkan bahwa Chelsea punya organisasi pertahanan solid.
ADVERTISEMENT
Soliditas organisasi pertahanan itu tak bisa dipisahkan dari apiknya organisasi permainan Chelsea secara keseluruhan. Logika sederhananya, jika Chelsea makin sering menguasai bola, maka mereka pun bakal lebih jarang diserang.
Oke, faktanya memang tidak selalu seperti itu karena saat dikalahkan Tottenham Hotspur 1-3, Chelsea menerima 18 tembakan, empat tembakan lebih banyak dari yang mereka lancarkan, walau menguasai bola sampai 61%. Namun, laga kontra Spurs itu adalah salah satu anomali.
Mesut Oezil dan Unai Emery. (Foto: Reuters/John Sibley)
zoom-in-whitePerbesar
Mesut Oezil dan Unai Emery. (Foto: Reuters/John Sibley)
Satu sosok yang bertanggung jawab atas organisasi apik permainan Chelsea itu adalah Jorginho, seorang regista yang beroperasi di depan back four. Secara alamiah, posisi Oezil di lapangan bakal berbenturan langsung dengan Jorginho dan ini, seharusnya, bisa dimanfaatkan.
Oezil memang bukan pemain yang dikenal akan atribut bertahannya. Jika dirata-rata, dari 13 penampilan di Premier League musim ini pemain 30 tahun itu cuma 1,1 aksi bertahan per laga. Amat sangat minim. Namun, Oezil pun bisa berperan untuk menggangu Jorginho tanpa melakukan aksi bertahan.
ADVERTISEMENT
Hanya dengan berada di lapangan Oezil berpotensi menghambat kerja Jorginho. Mengapa? Ya, karena secara natural mereka akan berhadapan. Keberadaan seorang pemain di area tertentu akan mengubah rute umpan. Jika Oezil bermain sebagai pemain nomor sepuluh dalam formasi 4-2-3-1, Jorginho tidak akan seleluasa berkreasi jika Arsenal bermain dalam pakem 3-4-2-1 atau 4-3-3.
Plus, jika ada Oezil, artinya Jorginho harus menjalankan tugas defensif. Meski Jorginho tak bisa dibilang sangat buruk ketika bertahan, dia bukanlah N'Golo Kante. Jika Kante yang bermain di posisi nomor enam, lebih baik Oezil tidak dimainkan saja sekalian. Namun, karena yang harus dihadapi 'hanya' Jorginho, Oezil punya kans untuk berkreasi lebih baik.
Meski demikian, semua tergantung Emery, tentunya. Kemungkinan besarnya, pelatih asal Spanyol itu akan kekeh dengan pendiriannya untuk menyingkirkan Oezil dan kalaupun begitu, tidak ada masalah. Hanya, tidak semua tim bisa memiliki sosok Oezil sebagai alternatif. Selagi masih bisa, tak ada salahnya Emery mempertimbangkan itu.
ADVERTISEMENT
====
*Pertandingan pekan ke-23 Premier League antara Arsenal dan Chelsea akan terselenggara pada Minggu (20/1/2019) dini hari pukul 00:30 WIB di Emirates Stadium, London.