Di Ajax, Hampir Mustahil Mempertahankan Pemain Bintang

9 Mei 2019 23:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain Ajax Matthijs de Ligt melakukan selebrasi saat mencetak gol pertama. Foto: Reuters/Matthew Childs
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Ajax Matthijs de Ligt melakukan selebrasi saat mencetak gol pertama. Foto: Reuters/Matthew Childs
ADVERTISEMENT
Kepergian pemain-pemain bertalenta tak pernah menjadi ironi bagi Ajax Amsterdam. Sebaliknya, fenomena itu dianggap sebagai kewajaran. Edwin van der Sar yang kini menjabat sebagai CEO Ajax pun mengakuinya.
ADVERTISEMENT
Mantan kiper Manchester United ini berkata kepada The Guardian bahwa Ajax tidak pernah menutup pintu bagi para pemainnya untuk mendapatkan tantangan yang lebih hebat, entah di klub Belanda lainnya atau malah merantau ke liga lainnya.
Van Der Sar tidak perlu mencontohkan jauh-jauh. Ia pun seperti itu. Sembilan musim membela Ajax, Van Der Sar memutuskan untuk hijrah ke Juventus pada 1999 dan berlanjut ke Fulham, United, dan akhirnya menutup karier sebagai pesepak bola di VV Noordwijk.
Sneijder dan Robben merayakan gol. Foto: Reuters/Michael Kooren
Yang mengamini kondisi ini bukan Van Der Sar seorang, masih ada Wesley Sneijder. Bedanya, Sneijder melihat kecenderungan ini sebagai masalah buat mantan klubnya itu.
"Situasi seperti ini memang selalu jadi masalah buat Ajax. Jika mereka melakoni musim yang baik, para pemain akan hengkang. Tapi, Ajax menunjukkan bahwa mereka mengambil keputusan yang benar di bursa transfer," jelas Sneijder, dilansir Squawka.
ADVERTISEMENT
Ajax memang menggila pada 2018/19. Mereka masih jadi pemuncak klasemen saat Eredivisie menyisakan dua pertandingan. Tak cuma itu, KNVB Cup ditutup dengan gelar juara.
Yang paling mencolok tentu perjalanan di Liga Champions. Meski ini menjadi perburuan trofi 'Si Kuping Besar' pertama mereka sejak 2014/15, Ajax tak tampil semenjana. Keberhasilan menyingkirkan juara tiga musim beruntun, Real Madrid, kandidat juara, Juventus, menjadi elemen-elemen dalam kisah perjalanan mereka di Liga Champions musim ini.
Ajax Amsterdam, kampiun KNVB Cup. Foto: Dok. Ajax Amsterdam
Racikan taktik Erik Ten Hag memang patut diacungi jempol. Tapi, sebagus-bagusnya taktik, tak akan ada gunanya jika tidak didukung oleh skuat yang tepat.
Melihat materi pemain, Ajax memang mendatangkan talenta-talenta mumpuni pada 2018/19. Keberadaan anak baru macam Daley Blind, Dusan Tadic, Hassane Bande, Zakaria Labyad, dan Lisandro Magallan ternyata klik dengan kebutuhan taktik Ten Hag. Nama yang disebut pertama sebenarnya merupakan produk akademi Ajax. Setelah membela tim senior pada 2008 hingga 2014, Blind melebarkan sayapnya hingga ke Old Trafford.
ADVERTISEMENT
Van der Sar menegaskan bahwa klubnya tidak pernah menganggap kepergian para pemain hebat sebagai masalah. Selama masih memiliki akademi yang mampu menghasilkan bintang-bintang masa depan, Ajax akan baik-baik saja. Barangkali itu pula yang membuatnya bersikap nothing to lose ketika mengisyaratkan bahwa 2018/19 akan menjadi musim terakhir bagi Matthijs De Ligt.
Seharusnya rumor kepergian De Ligt membuat Ajax kebakaran jenggot. Kualitasnya sebagai bek sentral cukup mengesankan. Rataan 1,3 tekel, 1,3 intersep, 0,75 blok, dan 4,15 sapuan per laga di semua kompetisi menandai kiprahnya sebagai jantung pertahanan Ajax. Itu belum ditambah dengan kontribusinya dalam serangan lewat enam gol dan satu assist.
Terlebih, De Ligt adalah pemain muda, baru 19 tahun. Kepercayaan sebagai kapten dalam usia semuda itu seharusnya menjadi penanda bahwa De Ligt adalah masa depan Ajax.
ADVERTISEMENT
Para pemain Ajax Amsterdam merayakan kemenangan atas Juventus bersama fans. Foto: REUTERS/Alberto Lingria
Orang-orang mungkin menganggap pemain-pemain seperti De Ligt sebagai masa depan klub. Tapi Ajax memang melihat dengan sudut pandang berbeda. Menariknya, dalam wawancara bersama The Guardian itu, Van Der Sar mengaku bahwa ia tak ragu untuk menginspirasi para pemainnya hengkang demi memperbesar kapasitas mereka.
Frenkie de Jong, Justin Kluivert, Andre Onana, De Ligt, Donny van de Beek, Kasper Dolberg, dan David Neres pernah dikumpulkan dalam satu pertemuan. Di situ, Van Der Sar memperlihatkan video pemain-pemain Ajax di masa lalu.
Van Der Sar bahkan berkata, anak-anak muda itu harus menjuarai gelar yang lebih besar untuk bisa menjadi legenda seperti mereka. Sistem yang seperti ini membuat Ajax menjadi anomali. Ajax menjadi skuat yang tidak bergelimang pemain bintang, tapi mereka tetap sanggup menciptakan pemain bintang.
ADVERTISEMENT
Sneijder mafhum betul dengan kepercayaan mantan klubnya yang satu ini. Di satu sisi, sistem ini memang membuat Ajax dikenal sebagai Kawah Candradimuka para pemain hebat. Tapi di sisi lain, ia tetap berharap Ajax bisa mempertahankan jagoan-jagoan lapangan hijaunya, terutama para pemain muda.
"Kualitas tim utama musim ini tidak ada bandingannya. Saya harap mereka dapat tetap bersama dalam jangka panjang, tapi itu hampir mustahil," ucap Sneijder.