Di Balik Nestapa, Schmeichel Tetap Bangga

2 Juli 2018 9:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gawang Kasper Schmeichel kebobolan. (Foto: REUTERS/Darren Staples)
zoom-in-whitePerbesar
Gawang Kasper Schmeichel kebobolan. (Foto: REUTERS/Darren Staples)
ADVERTISEMENT
Aneh. Wajar jika Kasper Schmeichel merasa begitu. Di bawah mistar Tim Nasional (Timnas) Denmark, kiper Leicester City ini sudah mengupayakan segalanya agar menang atas Kroasia dalam laga 16 besar Piala Dunia 2018, Senin (2/7/2018) dini hari WIB. Bahkan, dia sudah menepis tiga penalti, dua di antaranya pada babak adu penalti.
ADVERTISEMENT
Tepisan penalti pertama di laga ini hadir di babak perpanjangan waktu. Penalti datang ke muka gawang Denmark akibat tekel Mathias Joergensen ke Ante Rebic yang sudah melewati Schmeichel. Jika Luka Modric berhasil mencetak gol dari penalti, maka tamatlah sudah mimpi Denmark karena kemungkinan besar akan kalah 1-2.
Namun, Schmeichel berhasil mencegah gelandang Real Madrid itu mencetak gol. Saat bola dari titik putih sudah meluncur dari kaki Modric, tubuh Schmeichel terbang. Tak lama, kiper berusia 31 tahun itu terbaring sambil memeluk gawang di pinggir kiri gawangnya. Laga dilanjutkan ke babak adu penalti karena skor tetap 1-1.
Di babak adu penalti, hadirlah dua tepisan lainnya dari Schmeichel. Usai eksekusi penalti Christian Eriksen gagal, Schmeichel berhasil menepis tendangan Milan Badelj. Berselang dua tendangan kemudian, dia berhasil menghalau bola tembakan Josep Pivaric. Rangkaian aksinya membuat ayahnya yang dahulunya juga kiper, Peter Schmeichel, betul-betul bangga meyaksikan sang anak di tribune penonton.
ADVERTISEMENT
Sayang, setelah Eriksen, ada dua pemain lagi yang gagal mengeksekusi penalti. Anak-anak asuh Age Hareide pun gagal ke perempat final karena mereka kalah 2-3 dalam adu penalti. Meski kecewa, Schmeichel tahu bahwa tak hanya dia yang menginginkan kelolosan Denmark ke babak delapan besar.
Kasper Schmeichel menangis. (Foto: REUTERS/Jason Cairnduff)
zoom-in-whitePerbesar
Kasper Schmeichel menangis. (Foto: REUTERS/Jason Cairnduff)
"Saya betul-betul kecewa, tapi juga kelewat bangga dengan tim ini. Saya tak hanya berbicara tentang 11 pemain yang berada di atas lapangan, melainkan juga mereka yang membantu tim ini di luar lapangan," kata Schmeichel.
"Tidak semua pemain berani untuk mengeksekusi tendangan penalti. Jadi, entah masuk atau tidak, mereka itu pahlawan. Mereka yang berani mengeksekusi penalti mendapatkan rasa hormat dari saya. Karena tim ini luar biasa, saya yakin kami akan bangkit. Kami akan ingat hari ini demi membangun masa depan yang lebih baik lagi," tutupnya.
ADVERTISEMENT
Pelatih Heraide memaklumi kecewa yang dirasakan Schmeichel. Kata pelatih asal Norwegia itu, memang begitulah jahatnya babak adu penalti. Namun, kekalahan ini diyakini Heraide akan menjadi awal masa depan yang cerah bagi sepak bola Denmark.
"Inilah brutalnya sepak bola. Bisa merasakan apa yang tim lawan kami rasakan tentulah akan membahagiakan. Tidak bisa digugat lagi," ucap Heraide.
"Piala Dunia ini sudah banyak membantu kami. Kami sudah bersama sejak 17 Mei dan dalam perjalanannya, kami paham apa yang harus dilakukan di atas lapangan. Kami mampu membangun kerja sama dan pemahaman taktik yang baik. Kami masih bisa berkembang dan para pemain sudah mengatakannya kepada saya saat menuju ruang ganti," pungkasnya.