news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Di Chelsea, Striker Mahal Gagal Total Itu Biasa

22 Januari 2019 18:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pada suatu waktu ketika Adrian Mutu masih berseragam Chelsea. (Foto: ADRIAN DENNIS / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Pada suatu waktu ketika Adrian Mutu masih berseragam Chelsea. (Foto: ADRIAN DENNIS / AFP)
ADVERTISEMENT
Peruntungan Chelsea berubah drastis sejak status pemilik klub beralih dari Ken Bates ke Roman Abramovich pada Juli 2003. Demi memuluskan ambisi Abramovich menyulap Chelsea menjadi klub besar, maka manajemen The Blues belanja banyak pemain pada bursa transfer musim panas 2003.
ADVERTISEMENT
Total ada 14 pemain yang didatangkan Chelsea kala itu. Beberapa pemain yang datang ke Stamford Bridge memiliki reputasi apik, seperti Adrian Mutu. Penyerang asal Romania itu mengakhiri masa peminjaman di Parma pada musim 2002/03 dengan kondisi telah mencetak 16 gol.
Tepatnya pada 12 Agustus 2003, Mutu ditebus Chelsea dengan mahar 15,8 juta poundsterling, atau 22,5 juta euro. Pada masanya, Mutu menjadi pemain termahal ketiga klub setelah Hernan Crespo (16,8 juta poundsterling) dan Claude Makalele (16 juta poundsterling).
Mulanya, kiprah Mutu di Chelsea tampak meyakinkan. Namun, masalah di luar lapangan membuat performanya menurun drastis. September 2004, Mutu mendapatkan larangan tampil selama tujuh bulan dan denda 20 ribu poundsterling karena positif menggunakan kokain berdasarkan hasil tes medis.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini membuat Mutu dipecat di awal tahun 2005. Memperkeruh suasana, tak lama Mutu juga dinyatakan melanggar kontraknya di Chelsea oleh Komite Banding FA. Dari situ, bertahun-tahun Chelsea mengejar Mutu untuk membayar biaya kompensasi.
Namun, cerita striker mahal tapi gagal di Chelsea tak henti di Mutu. Dalam tulisan ini, kumparanBOLA akan mengisahkan beberapa di antaranya.
Andriy Shevchenko
Andriy Shevchenko: Berjaya di AC Milan, karam di Chelsea. (Foto: ADRIAN DENNIS / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Andriy Shevchenko: Berjaya di AC Milan, karam di Chelsea. (Foto: ADRIAN DENNIS / AFP)
Tidak ada yang meragukan kapabilitas Andriy Shevchenko dalam urusan mencetak gol ketika masih memperkuat AC Milan. Sosok yang akrab disapa Sheva itu mampu mencetak lebih dari 25 gol dalam semusim di seluruh kompetisi sejak dari musim 2003/04 hingga 2005/06.
Kegemilangan itu merupakan salah satu faktor I Rossoneri mampu juarai lima gelar dalam kurun waktu tersebut. Melengkapi itu, Shevchenko meraih Ballon d’Or edisi 2004, masuk Tim Terbaik versi UEFA untuk tahun 2004 dan 2005.
ADVERTISEMENT
Alhasil, Chelsea mendatangkan Shevchenko usai membayar 30,8 juta poundsterling, atau 43,9 juta euro, kepada Milan pada bursa transfer musim panas 2006. Membuatnya menjadi pemain termahal Chelsea pada masanya.
Dalam wawancara perdana sebagai pemain Chelsea, Shevchenko mengungkap ambisi Abramovich menjadi kunci di balik kepindahannya ke Chelsea. Sementara, Peter Kenyon –yang kala itu masih menjadi CEO Chelsea– mengatakan Shevchenko merupakan pemain ideal untuk klubnya.
Kemudian waktu menguak bahwa Shevchenko tak berjodoh dengan Chelsea. Utamanya karena dihantam sejumlah cedera, Shevchenko hanya mencetak 14 gol meski telah tampil sebanyak 51 laga untuk Chelsea di seluruh kompetisi musim 2006/07.
Semusim berselang, kondisi tak jauh lebih baik. Shevchenko berada di bayang-bayang Didier Drogba karena hanya mencetak 9 gol dalam 25 penampilannya di seluruh kompetisi. Pada musim 2008/09, Shevchenko kembali ke Milan dengan status pinjaman. Tapi, dia tak seperti sedia kala.
ADVERTISEMENT
Fernando Torres
Fernando Torres ketika memperkuat Chelsea (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Fernando Torres ketika memperkuat Chelsea (Foto: Pixabay)
Seperti Shevchenko, ekspektasi besar dalam urusan mencetak gol juga menyelimuti Fernando Torres ketika Chelsea sukses mendatangkannya di ujung bursa transfer musim dingin 2011. Apalagi, usia Torres baru 27 tahun ketika transfer ini terjadi.
Tak tanggung-tanggung, Chelsea membayar 50 juta poundsterling kepada Liverpool. Itu berarti, Torres tak hanya jadi pemain termahal Chelsea pada masanya, tapi juga di Premier League. Sayangnya, terungkaplah Torres kehilangan sentuhan ajaibnya ketika berada di depan gawang.
Torres mengakhiri musim 2010/11 dengan kondisi mencetak 1 gol dari 18 penampilan di seluruh kompetisi. Semusim kemudian, Torres mencetak 22 gol dari 64 laga di seluruh kompetisi yang dijalani Chelsea.
Pada musim 2013/14, striker berjuluk El Nino itu hanya membukukan 11 gol meski telah tampil sebanyak 41 kali di seluruh kompetisi. Torres dipinjamkan ke Milan pada paruh perdana, sebelum pada akhirnya ke Atletico Madrid pada paruh kedua musim 2014/15.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, kegagalan Torres di Chelsea dapat diprediksi sejak 2009. Dalam otobiografinya berjudul ‘El Nino, My Story’, Torres mengungkap bagaimana cedera hamstring secara perlahan merenggut kepercayaan dirinya.
Torres pernah mengerikan bersama Liverpool. (Foto: ANDREW YATES / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Torres pernah mengerikan bersama Liverpool. (Foto: ANDREW YATES / AFP)
“Pertama saya mengalaminya, saya merasa normal sehingga saya bisa terus melanju. Kali kedua, saya mulai berhati-hati dan bertanya kepada diri sendiri mengapa saya bisa cedera. Kali ketiga, saya diam, kemudian menginvestigasinya secara mendalam agar kejadian seperti itu tak terjadi lagi,” tulis Torres.
“Hal ini penting, karena saya sadar hamstring bisa menimbulkan masalah dalam karier saya. Otot itulah kehidupan saya, dia memberikan saya akselarasi dan kecepatan,” lanjut Torres.
Torres mengalami cedera hamstring pada tengah musim 2008/09. Kondisi tersebut membuat Torres hanya mencetak 17 gol di seluruh kompetisi untuk Liverpool. Jumlah terendah kedua dalam satu musim selama memperkuat The Reds.
ADVERTISEMENT
Pada musim 2009/10, Torres mengalami dua kali cedera lutut. Januari 2010 kali perdana, April 2010 kali kedua. Faktor ini membuatnya hanya mencetak 6 gol pada paruh kedua musim tersebut. Padahal, Torres mampu mencetak 16 gol pada paruh pertama musim 2009/10.
Puncaknya, adalah ketika Torres mengalami cedera hamstring ketika tampil untuk Timnas Spanyol melawan Timnas Belanda di final Piala Dunia 2010. Sebelum ke Chelsea, Torres hanya sanggup mencetak 9 gol di seluruh kompetisi meski telah tampil sebanyak 26 kali pada musim 2010/11.
Michy Batshuayi
Batshuayi pindah ke Dortmund. (Foto:  Reuters/John Sibley)
zoom-in-whitePerbesar
Batshuayi pindah ke Dortmund. (Foto: Reuters/John Sibley)
Memang tidak ada rekor transfer yang terpecahkan ketika Michy Batshuayi pindah dari Olympique Marseille ke Chelsea pada musim panas 2016. Tapi, tetap saja biaya 33,2 juta poundsterling, atau 40 juta euro, yang dibayarkan Chelsea tak dapat dipandang sepele kala itu.
ADVERTISEMENT
Apalagi, Chelsea sempat melakukan ‘perang penawaran’ dengan Crystal Palace, West Ham United, hingga Juventus demi mengamankan jasa striker berkebangsaan Belgia itu. Di Chelsea, Batshuayi mendapatkan kontrak berdurasi lima musim.
Ketika baru datang ke Chelsea, Batshuayi memiliki reputasi apik. Karena mencetak 17 gol, dia meruapkan topskor kedua di Ligue 1 pada musim 2015/16. Faktor usia yang saat itu masih 22 tahun merupayan daya pikat lainnya dari Batshuayi.
Namun, ekspektasi sejauh ini tak berjalan sesuai kenyataan. Batshuayi hanya mencetak 9 gol meski telah tampil sebanyak 28 laga pada musim perdananya. Perlu diingat pula Batshuayi mendapatkan menit bermain yang minim pada musim 2016/17.
Semusim kemudian, terlihat jelas Antonio Conte – manajer Chelsea saat itu – tak menginginkannya. Kemudian Bathsuayi dipinjamkan ke Borussia Dortmund pada paruh kedua musim 2017/18. Meski performanya di Dortmund dapat dibilang apik, namun Batshuayi tak mendapatkan kepercayaan.
ADVERTISEMENT
Batshuayi kemudian dipinjamkan ke Valencia pada paruh perdana musim ini. Kabarnya Chelsea siap meminjamkan Bathsuayi ke AS Monaco pada paruh kedua musim 2018/19.
Alvaro Morata
Ekspresi Alvaro Morata setelah Chelsea kalah dari Manchester City di Community Shield. (Foto: John Sibley/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi Alvaro Morata setelah Chelsea kalah dari Manchester City di Community Shield. (Foto: John Sibley/Reuters)
Keributan di antara Diego Costa dan Antonio Conte – yang kala itu masih menjadi manajer Chelsea – berujung dengan datangnya Alvaro Morata ke Chelsea pada musim panas 2017. Morata diharapkan bisa mengisi pos striker yang sebelumnya dihuni Costa.
Mulanya, kedatangan Morata ke Chelsea tak terasa salah. Karena Morata mampu mencetak 20 gol meski mendapatkan menit bermain yang minim bersama Real Madrid pada musim 2016/2017. Morata ditebus dengan rekor transfer klub 58 juta poundsterling.
Namun, setelah memulai musim 2017/18 dengan meyakinkan, Morata mendadak menurun. Meski tampil sebanyak 48 laga di seluruh kompetisi, striker yang sempat memperkuat Juventus ini mengakhiri musim 2017/18 dengan mencetak 15 gol.
ADVERTISEMENT
Kondisi inilah yang membuat Chelsea mendatangkan Olivier Giroud pada bursa transfer musim dingin 2018. Sayangnya, kehadiran Giroud pun tak menyelesaikan masalah pada musim tersebut. Karena situasi penyerang tak kunjung membaik, posisi striker per musim ini dihuni Eden Hazard.
Morata dikabarkan tak lama lagi akan pindah ke Atletico Madrid pada bursa transfer musim dingin kali ini. Karena Chelsea dikabarkan selangkah lagi akan mengamankan jasa Gonzalo Higuain. Lantas, mengapa Morata gagal di Chelsea?
Pertama karena cedera, kedua, dan paling utama, karena masalah kesehatan mental. Kematian sahabat karib serta kehamilan yang sulit bagi sang istri kala mengadung putra kembarnya membuat pikiran Morata bercabang ke mana-mana. Untungnya, setelah rutin menemui psikolog, kondisi mental Morata lebih baik.
ADVERTISEMENT
“Awalnya, saya malu untuk menemui psikolog dan bercerita menyoal masalah saya kepadanya. Namun, dengan bantuan semua orang, saya kembali bahagia dengan sepak bola,” ucap striker berkebangsaan Spanyol itu kepada media Spanyol, ABC.