Di Johan Cruijff Arena, Pochettino Merayakan Keajaiban

9 Mei 2019 7:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekspresi kegembiraan Mauricio Pochettino di akhir semifinal Liga Champions 2018/19. Foto: Reuters/Matthew Childs
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi kegembiraan Mauricio Pochettino di akhir semifinal Liga Champions 2018/19. Foto: Reuters/Matthew Childs
ADVERTISEMENT
"Wah, akhirnya saya memenangi trofi!" Bukan, ini bukan klaim prematur Mauricio Pochettino tentang perjalanan timnya di Liga Champions 2018/19. Kalimat tadi diucapkannya sambil berseloroh, meluncur renyah dari mulutnya pada 1 Maret 2019, tepat saat ia diganjar gelar sebagai Manager of the Year dalam London Football Awards.
ADVERTISEMENT
Namun, pengujung leg kedua semifinal Liga Champions 2018/19 tidak menampilkan Pochettino yang jenaka seperti itu. Begitu Lucas Moura menceploskan gol ketiga ke gawang Ajax Amsterdam pada Kamis (9/5/2019), Pochettino tampak emosional, memeluk rekan-rekan stafnya dari pinggir lapangan.
Begitu wasit meniup peluit panjang tanda laga tuntas, Pochettino merayakan kemenangan Spurs dengan sejadi-jadinya. Bayangkan sosoknya yang berkonfrontasi garang dengan wasit Mike Dean pada laga melawan Burnley di Premier League. Orang yang sama pula yang tak berhenti-henti menangis di tengah perayaan Spurs menjejak final Liga Champions pertama.
Rasanya, semua staf yang ada hari itu dipeluknya satu per satu. Begitu pula dengan anak-anak asuhnya, baik yang bermain atau tidak. Mungkin tak ada yang luput, sehebat itulah sukacita Pochettino.
ADVERTISEMENT
Pelatih berkebangsaan Argentina ini pantas gembira sehebat-hebatnya. Musim ini memang menjadi pertama kalinya Ajax tampil di Liga Champions sejak 2014/15. Tapi, Ajax muncul dalam rupanya yang lain, sebagai kekuatan terbaru yang pantas ditakuti di jagat sepak bola Eropa.
"Saya masih sulit bicara. Emosinya begitu luar biasa. Terima kasih, sepak bola," seperti itu Pochettino mengawali wawancara usai laganya, dilansir ESPNFC.
"Pemain-pemain saya adalah pahlawan. Tahun lalu saya sudah berkata kepada mereka bahwa mereka ini pahlawan. Babak kedua laga ini sungguh hebat. Emosi macam ini tak mungkin muncul kalau bukan karena sepak bola. Terima kasih buat setiap orang yang percaya pada kami. Sulit mengungkapkan semuanya dengan kata-kata," lanjut Pochettino.
Melihat ulang jalannya laga, Ajax tidak bertanding dengan buruk. Mereka malah tampil menjanjikan. Serangan cepat dan masif digencarkan sejak awal babak pertama. Buktinya, gol pertama via Matthijs De Ligt lahir saat pertandingan baru berusia lima menit.
ADVERTISEMENT
De Ligt dan De Jong merayakan gol pertama Ajax di laga vs Spurs. Foto: REUTERS/Piroschka Van De Wouw
Situasi tambah genting bagi Spurs karena lima menit sebelum waktu normal babak pertama selesai, gol Hakim Ziyech memperbesar asa Ajax tampil di final Liga Champions.
Tapi, Lucas Moura membuktikan bahwa sepak bola terbuka dengan segala kejutan. Tak tanggung-tanggung, ia mencetak trigol yang membantu timnya menutup laga dengan kemenangan 3-2.
"Mereka semua adalah pahlawan, tapi Lucas Moura adalah pahlawan super. Dari gol pertama hingga terakhir, dari seluruh perjalanannya selama lima tahun terakhir," ucap Pochettino.
Keseimbangan menjadi modal utama Spurs untuk menyegel kemenangan. Oke, di sepanjang babak pertama, pertahanan mereka begitu ringkih saat diperhadapkan dengan agresivitas Ajax yang dibangun sejak lini kedua.
Tapi, paruh kedua bicara hal lain. Spurs tak kebobolan sama sekali usai turun minum, plus menggigit saat melepas serangan. Son dan kawan-kawan unggul upaya tembakan. Mereka membukukan 18 percobaan, berbanding dengan 10 upaya milik Ajax.
ADVERTISEMENT
Namun, yang pertama kali diamankan oleh Spurs adalah penguasaan bola. Dalam kurun ini, mereka unggul 64,6%. Lewat penguasaan bola inilah Spurs membangun rangkaian serangannya.
Tak heran, jika di sepanjang babak pertama Ajax sibuk menyerang, di paruh penentuan mereka sibuk bertahan. Itu terlihat dari 33 upaya tekel, 19 sapuan, dan tujuh intersep. Bandingkan dengan delapan upaya tekel, tujuh sapuan, dan dua intersep yang dibuat oleh Spurs.
Epos Spurs mencapai puncaknya di laga final. Liverpool yang menjadi finalis menanti sepak terjang mereka di Wanda Metropolitano. Tentunya tak sedikit yang berharap cerita epik ini berakhir dengan kemenangan di partai pemungkas.
Hanya, The Reds juga bukan lawan sembarangan. Barcelona yang perkasa itu berhasil mereka gilas empat gol tanpa balas. Tapi, seperti apa kepastiannya nanti, ya, biar jadi urusan nanti. Sekarang, biarkan saja Pochettino merayakan kemenangan sekaligus keajaiban ala sepak bola.
ADVERTISEMENT