Di Piala Dunia 2010, Ghana Mempersetankan Klenik

22 Mei 2018 21:30 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi pemain Ghana. (Foto: GABRIEL BOUYS / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi pemain Ghana. (Foto: GABRIEL BOUYS / AFP)
ADVERTISEMENT
Piala Dunia 2010 membuktikan bahwa Ghana lebih dari sekadar klenik.
ADVERTISEMENT
Sepak bola Afrika tak bisa lepas dari pembicaraan soal takhayul dan klenik. Semifinal Piala Afrika 2002 menjadi salah satu contoh. Kala itu, Ghana berhadapan dengan Kamerun. Kamera menangkap fragmen saat sejumlah polisi menggiring asisten pelatih Kamerun, Thomas N'Kono, idola Gianluigi Buffon itu. Sebabnya, polisi yang berjaga di lapangan itu mendapati N'Kono melemparkan benda yang dinilai sebagai jimat di laga tersebut.
Sekonyol-konyolnya kejadian ini, ia pada akhirnya mempertegas bahwa di era modern seperti sekarang pun (toh, tahun 2002 juga tidak bisa dibilang zaman lampau, kan?) masih sebegitu percaya dengan klenik. Kalau mereka tak percaya, polisi-polisi itu tak akan repot-repot mengurusi N'Kono atas tindakannya tersebut.
Artinya, klenik dipandang sebagai unsur yang membahayakan. Orang-orang yang tak percaya dengan perihal semacam ini tentu tak akan menganggap jimat atau hal-hal sejenisnya sebagai ancaman yang mengganggu kemaslahatan umat sehingga pantas untuk diberi tindakan hukum.
ADVERTISEMENT
Cerita karib sepak bola Afrika dan klenik lantas berlanjut pada Piala Afrika 2008 dalam pertandingan yang mempertemukan Ghana dengan Guinea. Di laga tersebut, ada banyak pendukung Ghana yang kedapatan membawa juju yang dipercaya sebagai jimat.
Secara sederhana, juju merupakan praktik ilmu gaib yang marak di Afrika Barat. Konon, asalnya dari Nigeria. Kata orang-orang sana, juju dapat mempengaruhi semangat tim dan menghalau roh jahat yang mengganggu upaya mereka merebut kemenangan. Entah benar-benar pengaruh juju atau memang karena kepiawaian permainan, Ghana menutup laga tersebut dengan kemenangan 2-1 atas Guinea.
Lucunya, BBC sempat memberitakan bahwa pada 2002, pemerintah Pantai Gading sedang melakukan upaya damai dengan sejumlah paranormal di negaranya. Katanya, kesaktian paranormal itu turut mengantarkan Pantai Gading menjadi juara di gelaran Piala Afrika 1992 di Senegal.
ADVERTISEMENT
Masalahnya, dukun-dukun yang diperkerjakan pihak Kementerian Olahraga itu merasa tidak dihargai sehingga mengirimkan kutukan sebagai balasan. Sebagai upaya perdamaian, pemerintah yang diwakili Kementerian Pertahanan harus menggelontorkan uang untuk mereka sebesar CFA 1,5 juta (setara 38 juta rupiah) dan sebotol minuman keras. Barangkali, bila segala hal yang terjadi di Pantai Gading saat itu dapat direduksi menjadi satu kalimat, maka ia akan menjadi 'kerja tak dihargai, dukun bertindak'.
Pada 2006, untuk pertama kalinya Ghana menjejak di Piala Dunia. Kabarnya, untuk sampai pada prestasi ini, Ghana harus berurusan dengan paranormal. Untuk urusan sepak bola, pada dasarnya Ghana bukan negara kacangan. Empat gelar juara Piala Afrika sebelum gelaran itu menjadi bukti. Paranormal kenamaan asal Ghana, Joshua Nyame, lantas mengumbar pernyataan. Katanya, Ghana kena kutukan. Itulah sebabnya, mereka tak sanggup mencapai pesta sepak bola dunia itu.
ADVERTISEMENT
Untungnya langkah Ghana tak terhenti di Piala Dunia 2006. Empat tahun setelahnya, mereka kembali bertanding di Piala Dunia. Pada 2010, ada enam negara Afrika yang berlaga di Piala Dunia: Afrika Selatan, Nigeria, Algeria, Ghana, Kamerun, dan Pantai Gading. Namun, dari semuanya, hanya Ghana yang berhasil lolos ke babak 16 besar.
Dari tahun ke tahun, pesta sepak bola terbesar ini pada dasarnya lebih pantas disebut sebagai Piala Eropa daripada Piala Dunia. Sebabnya, negara-negara yang bicara banyak di turnamen ini berasal dari Eropa. Amerika, pada umumnya, diwakili oleh negara-negara Latin.
Ghana lolos ke 16 besar PD 2010. (Foto: JAVIER SORIANO / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Ghana lolos ke 16 besar PD 2010. (Foto: JAVIER SORIANO / AFP)
Namun, dominasi yang mengakar ini tak serta-merta mematikan langkah mereka yang tak diunggulkan. Korea Selatan yang berhasil menjejak ke semifinal Piala Dunia 2002 membuktikan bahwa Piala Dunia juga bisa menjadi titimangsa yang baik untuk memulai kebangkitan sepak bola mereka. Lantas, Ghana punya tugas berat: ia harus mengembalikan kehormatan Afrika di ranah sepak bola.
ADVERTISEMENT
Tahun 1990 menjadi masa yang luar biasa bagi Afrika. Di tahun itu, Kamerun melangkah sampai babak semifinal. Memang bukan langkah yang mudah, tapi Afrika mendapatkan kehormatannya lewat jalan yang terjal. Kehormatan itu pulalah yang diusahakan begitu rupa oleh Ghana di Piala Dunia 2010.
Bergabung di Grup D bersama Jerman, Australia, dan Serbia, Ghana memasuki babak 16 besar dengan menyandang status runner up grup. Masing-masing satu kemenangan, hasil imbang, dan kekalahan menjadi bekal mereka di putaran selanjutnya.
Amerika Serikat yang menjadi lawan di babak 16 besar memang tak semengerikan Italia, Spanyol, Jerman, atau Brasil. Namun, bagi Ghana yang baru dua kali mengikuti Piala Dunia, pertandingan ini ibarat medan perang. Pertandingan ini lantas memunculkan dua rupa wilayah dan kondisi berbeda.
ADVERTISEMENT
Dunia tahu, Amerika Serikat adalah negara adidaya. Kebanyakan negara di dunia ini ingin berteman dengan mereka. Dengan cepat, apa-apa yang terjadi di Amerika Serikat akan menimbulkan simpati dari negara-negara lain. Bandingkan dengan Ghana dan negara-negara Afrika lainnya.
Kalau boleh jujur, Afrika bisa disebut sebagai salah satu sasana paling sempurna bagi mereka yang ingin menjadi sosok tangguh yang piawai meresolusi konflik. Konflik apa yang tak ada di Afrika? Mulai dari bencana, kesejahteraan sosial, separatis, penindasan HAM, apa pun ada di sana.
Lantas, salah satu manusia paling tangguh yang sanggup meresolusi konflik di Afrika lahir di Ghana. Namanya Kwame N'Krumah. Ia dikenal sebagai Bapak Kemerdekaan Ghana. Salah satu manusia paling berjasa dalam perjuangan merebut kemerdekaan Ghana pada 1957.
ADVERTISEMENT
Bagi publik Ghana, Nkrumah lebih dari sekadar tokoh politik. Keberadaannya di Ghana sana juga ibarat bapak sepak bola nasional. Nkrumah tercatat sebagai salah satu pendiri Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) dan punya andil dalam menggagas turnamen Liga Champions Afrika pada 1964.
Pemain Ghana di Piala Dunia 2001 (Foto: GIANLUIGI GUERCIA / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Ghana di Piala Dunia 2001 (Foto: GIANLUIGI GUERCIA / AFP)
Yang ada dalam benak Nkrumah saat itu, kemajuan sepak bola Afrika akan berkorelasi positif dengan kesejahteraan Afrika itu sendiri. Semangat itulah yang sedapat-dapatnya diupayakan Timnas Ghana dari tahun ke tahun.
Terlepas dari benar atau tidaknya isu klinik dan takhayul yang enggan berjauh-jauhan dengan Afrika, Nkrumah-lah yang mengirim mantan pesepak bola Ghana, Charles Kumi Gyamfi, belajar ilmu kepelatihan sepak bola di Koeln, Jerman, sebagai persiapan menghadapi Piala Afrika 1963. Sebelum dikenal sebagai pelatih Timnas Ghana pertama, Gyamfi tercatat sebagai pemain Afrika pertama yang bermain untuk klub sepak bola Jerman.
ADVERTISEMENT
"Nkrumah adalah orang yang luar biasa, ia sungguh-sungguh mencintai olahraga. Ia juga sangat mencintai Timnas Ghana. Kami bekerja untuknya. Kapan pun kami kalah, ia bakal benar-benar gundah. Dia selalu mendukung apa pun yang kami kerjakan. Ia sangat menyukai setiap pemain."
"Di mana pun para pemain bertemu dengannya, ia akan selalu berbicara dengan mereka. Ia membuat kami bersemangat. Kami selalu dipersiapkannya untuk menjadi pasukan rela mati bagi Ghana," seperti itu Gyamfi menggambarkan persona Nkrumah.
Beberapa saat jelang laga, orang-orang dihebohkan dengan kemungkinan absennya Landon Donovan di laga ini. Isu ini membentuk pertanyaan, tentang kepada siapa lini serang Amerika Serikat bertumpu. Namun, isu tinggal isu. Donovan pada kenyataannya tetap bertanding, bahkan mencetak gol balasan lewat tendangan penalti di menit 62.
ADVERTISEMENT
Ghana memulai pertandingan dengan meyakinkan. Gol cepat Kevin Prince Boateng di menit kelima memberikan keunggulan pertama bagi Ghana. Bahkan, skor 1-0 ini bertahan hingga babak pertama berakhir. Namun, Donovan mencetak gol balasan via penalti pada menit ke-62.
Pasca-gol balasan Donovan tadi, semangat Ghana tak mengendur. Upaya demi upaya yang mereka lesakkan akhirnya berbuah tiket perempat final di pengujung waktu normal. Adalah Asamoah Gyan yang berhasil mencetak gol kedua Ghana di menit 93.
Kemenangan ini tak sekadar pintu gerbang menjejak babak perempat final Piala Dunia 2010. Ia juga menjadi salah satu persembahan paling sempurna bagi Nkrumah yang sudah meninggal pada 27 April 1972. Amerika Serikat memang bukan negara digdaya di ranah sepak bola, tapi keberhasilan mereka mengalahkan wakil Negeri Paman Sam menegaskan bahwa Ghana juga bisa berbicara lantang di hadapan dunia.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan keberhasilan Ghana dan negara-negara Afrika di turnamen-turnamen sebelumnya (bahkan untuk level Afrika), kali ini, tak ada pembicaraan soal klenik. Segala macam kabar yang mengiringi kemenangan Ghana atas Amerika Serikat berkisah tentang kaki-kaki heroik di atas lapangan bola, tentang ramuan taktik Milovan Rajevac yang dikonversi menjadi gol demi gol dan kokohnya pertahanan.
Cerita yang menggaung setelahnya menegaskan bahwa sepak bola Ghana bisa merebut tempat terhormat di level dunia tanpa mengandalkan remeh-temeh takhayul. Semangat Nkrumah pun ibarat Taurat yang berkali-kali diperdengarkan pascakeberhasilan Ghana di laga itu.
Perempat final Piala Dunia 2010 pada akhirnya bercerita tentang langkah Ghana yang dihentikan oleh kekalahan di babak penalti. Tapi, toh, cerita menyoal sepak bola Ghana belum terhenti setelahnya. Dan selama bola-bola itu masih menggelinding di antara kaki-kaki para penggawanya, Ghana tetap akan membuktikan bahwa mereka lebih dari sekadar takhayul.
ADVERTISEMENT