Di Timnas Inggris, Pemain Lupakan Loyalitas kepada Klub

5 Juni 2019 20:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gareth Southgate coba menenangkan Dele Alli yang meratapi kegagalan. Foto: Grigory Dukor/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Gareth Southgate coba menenangkan Dele Alli yang meratapi kegagalan. Foto: Grigory Dukor/Reuters
ADVERTISEMENT
Belum genap satu pekan setelah Jordan Henderson bertarung dengan Dele Alli pada laga final Liga Champions. Henderson sebagai pihak yang tertawa bersama Liverpool, sedangkan Alli tertunduk akibat kekalahan Tottenham Hotspur.
ADVERTISEMENT
Keduanya justru mesti membela kubu yang sama kini. Ya, baik Henderson maupun Alli masuk daftar pemain Timnas Inggris yang dipanggil pelatih Gareth Southgate. Totalnya, ada tujuh pemain Spurs dan Liverpool di skuat 'The Three Lions'.
Lantas muncul kekhawatiran tensi persaingan final Liga Champions terbawa sampai Timnas Inggris. Ini bakal merugikan pasukan Southgate, mengingat mereka tengah memburu gelar juara UEFA Nations League (UNL).
Keresahan tersebut langsung ditampik oleh Marcus Rashford. Dia memang bukan representasi Spurs atau Liverpool di skuat Inggris, melainkan Manchester United. Namun, dari pengalaman panjangnya ditangani Southgate, dia melihat betapa kuat pengaruh sang juru taktik dalam meredam ego pemain.
Selebrasi Marcus Rashford usai mencetak gol ke gawang Swiss. Foto: REUTERS/Darren Staples
"Tak peduli apakah Anda bermain untuk Spurs, Liverpool, atau tim lainnya. Kami tetap bahu-membahu satu sama lain. Inilah yang membuat tim ini terasa spesial karena transisi dari klub ke timnas berlangsung mulus," tutur Rashford seperti dikutip dari Sky Sports.
ADVERTISEMENT
"Southgate merupakan bekas pemain, jadi ia memahami atmosfer di pemusatan latihan. Dia selalu mendorong agar pemain menikmatinya dan semua pemain merasa dekat seperti di sebuah klub."
"Pada dasarnya, suasana di sini bagaikan klub. Karena Anda berjuang untuk rekan di samping Anda," ujarnya.
Atmosfer itulah yang diyakini Rashford untuk memuluskan alih-alih menjadi batu sandungan Inggris di UNL. Bahkan, dia cukup optimistis terkait kans menjuarai turnamen antarnegara tersebut.
Skuat Inggris merayakan kemenangan. Foto: REUTERS/David Klein
Untuk mewujudkannya, Inggris harus melewati adangan Belanda pada laga semifinal, Jumat (7/6/2019), dini hari WIB. Setelah itu, mereka akan menghadapi pemenang laga antara Portugal dan Swiss untuk berebut piala.
Rashford sendiri melihat betapa penting makna gelar juara UNL. Menurut dia, turnamen ini cukup bergengsi, bahkan hanya kalah gaung dari Piala Eropa untuk ajang internasional di Benua Biru.
ADVERTISEMENT
"Turnamen ini masih baru, tetapi tim-tim besar berjuang untuk memenanginya. Semua demi menuliskan nama di catatan sejarah. Karena turnamen ini terus berkembang, bisa menjadi turnamen terpenting di panggung sepak bola internasional," ucap Rashford.