Diogo Dalot dan Tradisi yang Berusaha Dijaga Manchester United

31 Mei 2018 17:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diogo Dalot berduel. (Foto: MIGUEL RIOPA / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Diogo Dalot berduel. (Foto: MIGUEL RIOPA / AFP)
ADVERTISEMENT
Sejak masa ke masa, ada sebuah ciri khas yang kerap ditunjukkan oleh Manchester United, yaitu bermain di sayap. Tampaknya, untuk musim depan, ciri khas ini akan tetap dipertahankan oleh United. Diogo Dalot adalah simbolnya.
ADVERTISEMENT
Sebuah kabar berembus dari tanah Portugal. Diogo Dalot, bek sayap muda Porto FC, diisukan akan segera direkrut oleh Manchester United. Pihak United sudah setuju untuk membayar 20 juta euro (17,4 juta poundsterling) sebagai biaya pengangkutan Dalot dari Porto ke United.
Sebagai pemain muda, Dalot dinilai memiliki banyak potensi yang dapat menjadi keuntungan bagi United. Dari 7 penampilan yang dia torehan untuk Porto di ajang Liga Portugal musim 2017/2018 kemarin, setidaknya sudah tergambar atribut-atribut apa saja yang dimiliki oleh dan menjadi keunggulan Dalot, seperti kemampuan dribel, umpan silang, tekel, membaca arah bola, dan kecepatan yang dia miliki.
Meski memang Dalot masih memiliki kekurangan, seperti kemampuannya mengambil keputusan yang masih kacau, setidaknya hal tersebut akan hilang seiring dengan pengalaman yang dia dapat. Penggawa Tim Nasional (Timnas) Portugal U-21 ini memiliki potensi untuk menjadi bek kanan modern mumpuni.
ADVERTISEMENT
Namun, dengan memilih United sebagai pelabuhan selanjutnya, pertanyaan menyeruak. Akankah Dalot mendapatkan jam terbang? Akankah Dalot menjadi pilihan utama di United seterusnya?
Problem di Area Full-Back United
Musim lalu, ada dua pemain United yang acap mengisi posisi full-back. Mereka adalah Antonio Valencia di kanan, serta Ashley Yooung di kiri. Meski keduanya sama-sama sudah berusia 32 tahun, kemampuan fisikal dan stamina dari keduanya tak perlu diragukan.
Memang ketika menyerang, keduanya tidak bisa jadi pendobrak di sisi sayap. Alih-alih menembus lini pertahanan lawan dengan dribel yang menusuk ke dalam kotak penalti, mereka lebih sering menyelesaikan serangan dengan umpan silang. Rataan umpan silang per laga mereka juga cukup tinggi, yakni 0,9 kali per laga (Young) dan 0,8 kali per laga (Valencia).
ADVERTISEMENT
Meski buruk ketika menyerang, keduanya memiliki catatan apik ketika bertahan. Antonio Valencia menorehkan rataan tekel per laga tertinggi kedelapan di United (1,8 kali) dan rataan intersep per laga sebanyak 1,5 kali. Di sisi lain, Young memiliki torehan rataan intersep per laga tertinggi kedua (2,3 kali) dan rataan tekel per laga sebanyak 1,5 kali.
Valencia pada laga melawan Anderlecht. (Foto: Andrew Yates/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Valencia pada laga melawan Anderlecht. (Foto: Andrew Yates/Reuters)
Berkat aspek bertahan yang apik inilah, keduanya dapat menyesuaikan diri dengan taktik defensif Mourinho di musim 2017/2018. Hal inilah yang menjadi kelebihan mereka, sehingga membuat posisi keduanya hampir tak tergantikan sepanjang musim 2017/2018.
Melihat catatan di atas, United butuh full-back yang lebih seimbang ketimbang Young dan Valencia, yang sama-sama apik ketika bertahan tapi menawarkan kontribusi yang minim ketika menyerang. Yang bikin situasi ini makin getir, Young dan Valencia bukanlah full-back murni. Keduanya adalah winger yang tiba-tiba saja diubah posisinya menjadi full-back.
ADVERTISEMENT
United sebetulnya masih memiliki Luke Shaw di sisi kiri. Full-back asli Inggris ini punya kemampuan agresif dalam mendobrak pertahanan lawan. Shaw tidak hanya punya kemampuan melepas umpan silang, tetapi apik dalam melakukan dribel.
Sayangnya, Jose Mourinho tak kunjung memberikan kepercayaan untuk Shaw. Padahal dari 11 kali tampil di Premier League 2017/18, Shaw punya statistik lumayan: melakukan 1,6 tekel dan 0,4 tekel per laga, serta melepaskan 0,8 operan kunci (operan yang jadi peluang) per laga. Untuk catatan yang terakhir, Shaw bahkan lebih baik dari Young, yang melepaskan 0,6 umpan kunci per laga. Padahal kesempatan bermain Young lebih banyak.
Jika di sisi kiri United masih memiliki Young dan Shaw, tidak demikian dengan di sisi kanan. Praktis, hanya Valencia yang diandalkan. Full-back kanan lainnya, Matteo Darmian, dikabarkan bakal dilego ke Juventus.
ADVERTISEMENT
Jika didatangkan Dolot kemungkinan akan bermain di kanan untuk melapis (atau menjadi pesaing) Valencia. United sebetulnya juga masih memiliki Timothy Fosu-Mensah, tetapi nama yang disebut terakhir ini menghabiskan musim 2017/18 sebagai pemain pinjaman di Crystal Palace. Ia juga membutuhkan waktu untuk mencuri kepercayaan dari Mourinho.
Investasi Dalam Diri Dalot
Lalu, untuk apa United buru-buru mendatangkan Diogo Dalot? Apakah mereka takut tersaingi oleh klub lain? Atau adakah motivasi lain di baliknya?
Mendatangkan Diogo Dalot sekarang ini, meski tidak bisa langsung terasa manfaatnya, adalah sebuah langkah tepat bagi United. Dengan usia yang masih 19 tahun, banyak hal yang bisa dilakukan oleh 'Setan Merah' untuk mengembangkan potensi dari Dalot. Dengan catatan, mereka melakukannya dengan tepat dan tidak terburu-buru.
ADVERTISEMENT
Dalot sudah punya potensi. Setidaknya, untuk memahami potensi yang dimiliki Dalot ini, tak ada salahnya untuk mengamati video di bawah ini.
Dari cuplikan video di atas, tampak bahwa sebenarnya, Dalot memiliki potensi. Dalam partai selevel Liga Champions, Dalot dapat tampil begitu tenang. Terlepas dari kondisi timnya yang ketika itu sudah kalah di leg pertama dengan skor telak, apa yang Dalot tampilkan merupakan sesuatu yang menjanjikan.
Maka, kedatangan dari Dalot ini bisa menjadi investasi. Selain itu, Dalot juga dapat menjadi pemain yang mempertahankan tradisi yang sudah bertahan lama di United: kekuatan serangan sayap.
***
Menjaga tradisi adalah hal yang sulit dilakukan. Di tengah modernisasi zaman yang terjadi sekarang ini, orang yang masih menjaga tradisi dianggap sebagai orang kolot yang tak mau menerima perubahan. Tapi, United berbeda.
ADVERTISEMENT
Tradisi memainkan pemain asli binaan akademi masih mereka jalankan sampai sekarang. Beberapa nama seperti Marcus Rashford, dan Jesse Lingard pun muncul ke permukaan. Jangan lupakan pula Scott McTominay, pemain sederhana yang kerap menjadi puja-puji.
Selain memainkan pemain asli binaan akademi, ada satu tradisi yang juga masih dijaga United sampai sekarang. Tradisi itu adalah menyerang dengan kuat dari sisi sayap. Dengan datangnya Diogo Dalot, tradisi ini tetap terjaga, atau bahkan bisa diubah di masa depan kelak.
Semua bisa terjadi, jika semua dilakukan United dengan benar, sehingga bakat Dalot tak akan tersia-siakan.