Dortmund vs Bayern, Marco Reus vs James Rodriguez

10 November 2018 14:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Marco Reus bintang utama Dortmund musim ini. (Foto: Reuters/Fabian Bimmer)
zoom-in-whitePerbesar
Marco Reus bintang utama Dortmund musim ini. (Foto: Reuters/Fabian Bimmer)
ADVERTISEMENT
Der Klassiker pertama di Bundesliga musim ini memang tampak sedikit janggal. Bukan apa-apa, soal konsistensi musim ini, Borussia Dortmund dan Bayern Muenchen bertolak belakang.
ADVERTISEMENT
Bayern, yang musim ini dinakhodai oleh Niko Kovac, memang sempat meraih empat kemenangan beruntun di empat laga perdana. Namun, mereka menemui jalan curam setelahnya. Dari enam pertandingan berikutnya, Die Roten cuma meraih dua kemenangan —sisanya berakhir dengan dua kekalahan dan dua hasil imbang.
Catatan buruk tersebut sempat membuat jabatan Kovac goyah. Selain kasus cedera pemain, seringnya Kovac merombak susunan starting XI juga menjadi poin penting di balik melempemnya Bayern. Pelatih berusia 47 tahun itu dianggap belum punya pakem yang pas.
Sebaliknya, Dortmund melaju kencang. Mereka memang tidak sempurna, tetapi ini dikarenakan tiga laga dari sepuluh yang sudah dijalani berakhir imbang. Sementara sisa tujuh lainnya berakhir dengan kemenangan.
Lucien Favre, yang sudah kenyang menangani kesebelasan-kesebelasan Bundesliga seperti Hertha Berlin dan Borussia Moenchengladbach, berhasil mengembalikan ‘mojo’ Dortmund. “Ia membuat setiap individu di sini menjadi lebih baik,” ujar bek Dortmund, Marcel Schmelzer, di situsweb resmi Bundesliga.
ADVERTISEMENT
Meningkatkan kemampuan individual memang menjadi salah satu poin penting dari pekerjaan Favre di Dortmund. Poin penting lainnya, Favre tidak punya satu formasi saklek, tetapi filosofinya (atau katakanlah, strateginya) tetap sama: Keseimbangan.
Jika di era Juergen Klopp dan Thomas Tuchel, Dortmund adalah tim yang melulu tampil menggebu-gebu, oleh Favre, agresivitas ini diberlakukan seperlunya. Contoh: Pressing Dortmund kini dilakukan dari lini tengah, bukan lagi dari lini depan. Dengan begitu, ruang untuk lawan di lapangan mereka menjadi lebih sempit dan keseimbangan terjaga.
Dengan taktik ini, para pemain depan pun lebih bebas untuk melakukan serangan, alih-alih mendapatkan tugas dobel dengan mem-pressing bek-bek lawan. Dari sini, seperti yang dikatakan Schmelzer, kemampuan terbaik pemain pun jadi lebih termaksimalkan.
ADVERTISEMENT
Salah satu yang mengambil keuntungan adalah Marco Reus. Gelandang berusia 29 tahun ini telah mencetak 6 gol dan 3 assist di Bundesliga —atau 7 gol dan 4 assist di seluruh kompetisi musim ini.
Reus tidak hanya agresif dengan menorehkan rata-rata 2 tembakan per laga, tetapi juga cukup rajin mengkreasikan peluang. Per catatan WhoScored, Reus rata-rata mengkreasikan 1,5 umpan kunci (umpan yang jadi peluang, red) per laga.
James Rodriguez merayakan gol di laga Wolfsburg vs Bayern Muenchen. (Foto:  REUTERS/Fabian Bimmer)
zoom-in-whitePerbesar
James Rodriguez merayakan gol di laga Wolfsburg vs Bayern Muenchen. (Foto: REUTERS/Fabian Bimmer)
Tentu saja, moncernya performa Reus menjadi keuntungan tersendiri buat Dortmund. Namun, Favre sendiri memilih waspada. Pasalnya, kendati sedang limbung, posisi Bayern tetap kuat. Mereka kini duduk di posisi ketiga klasemen dengan selisih empat poin dari Dortmund yang berada di posisi pertama —sesungguhnya tidak jelek-jelek amat.
ADVERTISEMENT
Di skuatnya, Bayern juga masih punya individu-individu yang bisa menjadi pembeda. Salah satunya adalah James Rodriguez. Oke, James memang baru tampil delapan kali —dengan tiga di antaranya jadi pemain pengganti—, tetapi dengan begitu saja dia bisa menghasilkan 3 gol.
Dengan menit bermain “cuma” 472 —rata-rata 59 menit per pertandingan—, James rata-rata membuat 2,1 tembakan per laga dan 2,3 operan kunci per laga. Catatan ini cukup untuk membuat Favre dan Dortmund waspada, bukan?
====
*Pertandingan Dortmund vs Bayern akan dihelat di Stadion Signal Iduna Park, Minggu (11/11/2018) dini hari WIB. Sepak mula dilakukan pukul 00:30 WIB.