Dua Sisi Piala Dunia Thierry Henry

9 Juli 2018 19:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Henry saat mendampingi Belgia pada suatu sesi latihan. (Foto: Damir Sagolj/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Henry saat mendampingi Belgia pada suatu sesi latihan. (Foto: Damir Sagolj/Reuters)
ADVERTISEMENT
Mei 1998 atau satu bulan sebelum Piala Dunia 1998 digelar, pelatih Prancis, Aime Jacquet dicecar media.
ADVERTISEMENT
Banyak alasan mengapa Jacquet dihina. Mulai dari gaya permainan Prancis yang cenderung tak menghibur dan pragmatis hingga seringnya ia menguji coba pemain-pemain muda atau yang tak berstatus bintang untuk memperkuat Les Bleus.
Satu di antara sekian bahan uji coba Jacquet adalah Thierry Henry. Sebelum dipanggil ke tim senior, ia hanya empat bulan di tim U-23. Ia lantas menjalani debut saat 'Tim Ayam Jantan' melakoni uji tanding dengan melawan Afrika Selatan, Oktober 1997.
Pemanggilan Henry dinilai cukup rasional oleh Jacquet. Secara permainan, ia merupakan penampil yang cukup stabil. Di kesebelasannya saat itu, AS Monaco, Henry bahkan mencatat 30 penampilan, meski ia belum genap mencapai 21 tahun.
Secara peran, Henry tak buruk-buruk amat. Meski dominan sebagai penyerang sayap kiri, ia tak pernah kesulitan ketika dimainkan di tengah dan sisi kanan. Ia juga piawai beradu kecepatan dan mencari lubang di pertahanan lawan.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, oleh media Prancis, riwayat permainan Henry membuatnya dinilai belum pantas untuk bermain di tim nasional. Mereka bahkan berani menilai bahwa penampilan alumnus Clairefontaine tersebut bakal jauh di bawah Patrice Loko dan Corentin Martins.
Dele Alli saat membela Prancis di Piala Dunia 1998. (Foto: Gabriel Buoys/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Dele Alli saat membela Prancis di Piala Dunia 1998. (Foto: Gabriel Buoys/AFP)
Entah bagaimana caranya, Jacquet berpegang teguh pada pemikirannya. Henry tetap dibawa ke Piala Dunia 1998.
Keputusan Jacquet membawa Henry ke Piala Dunia 1998 tak keliru. Bermain sejak laga perdana—menghadapi Afrika Selatan—sebagai winger kiri, ia langsung menebar bahaya ke pertahanan lawan.
Henry membalas kepercayaan Jacquet dengan mencetak satu dari tiga gol Prancis di pertandingan tersebut. Lewat sebuah tekukan cepat, Henry melewati seorang pemain belakang Afrika Selatan sebelum melesakkan bola ke tiang dekat gawang lawan.
ADVERTISEMENT
Situasi hampir serupa terjadi di laga kedua Prancis di Piala Dunia 1998 di mana mereka bertemu Arab Saudi. Bedanya, dalam pertandingan ini, Henry diturunkan sebagai penyerang tengah, berduet dengan David Trezeguet.
Pertandingan ini lagi-lagi menjadi panggung Henry. Dua gol—satu gol setelah menerima umpan silang Bixente Lizarazu dan satu gol yang diawali oleh kesalahan bek Arab Saudi—bahkan dibukukan oleh pemain yang menggunakan nomor 12 tersebut di laga ini.
Meski Henry tak lagi bisa menciptakan gol, tapi penampilan konsistennya membawa Prancis menutup Piala Dunia 1998 dengan status juara. Perjudian Jacquet untuk Henry terbayar setelah anak keturunan Guadeloupe jadi pencetak gol terbanyak Prancis di Piala Dunia 1998.
Kenangan bersama Prancis 20 tahun silam bakal dirasakan oleh Henry di Piala Dunia 2018. Bedanya, Selasa (11/7/2018) dini hari WIB, Henry berada di balik bendera Belgia terkait statusnya sebagai deputi pelatih Roberto Martinez.
ADVERTISEMENT
Keberadaan Henry di kubu lawan dikomentari oleh Prancis. Menurut pelatih Prancis, Didier Deschamps, “Aneh melihat Henry berlawanan kubu.” Sementara itu, menurut Olivier Giroud berkata, “Saya bakal menunjukkan bahwa Henry berada di kubu yang salah.”
Henry bergabung Belgia pada 2016, atau beberapa pekan setelah Martinez dilantik. Pada konferensi pers yang digelar setelah penunjukkan, tak disebutkan apa deskripsi kerja yang dilakoni oleh eks pemain Arsenal tersebut.
“Saya bukan kepala pelatih. Saya juga bukan asisten pelatih. Di sini, saya hanya pelatih ketiga. Sejak awal, saya akan menekankan kepada semua pihak untuk tetap tenang dan paham bahwa ini bukan pertunjukan Thierry Henry,” ucap Henry.
Hampir dua tahun berlalu. Pekerjaan Henry masih tak bisa dijelaskan. Di fase grup Piala Dunia 2018, ia lebih banyak diam. Ia menghindari semua wawancara dan menolak untuk terlibat dalam konferensi pers.
ADVERTISEMENT
Namun, pelan-pelan, tabir Henry terkuak juga. Menurut beberapa pihak, Henry dilantik sebagai pelatih ketiga karena rasa kagumnya terhadap perkembangan sepak bola Belgia. Di sisi lain, ia juga menawarkan diri karena butuh pengalaman melatih demi lisensi kepelatihan.
Thierry Henry saat mengarahkan skuat Belgia dari sisi lapangan. (Foto: Sergio Perez/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Thierry Henry saat mengarahkan skuat Belgia dari sisi lapangan. (Foto: Sergio Perez/Reuters)
Ketika latihan, Henry bertugas sebagai pengampu pemain depan Belgia. Ia bertugas untuk membuat pergerakan dan penempatan posisi pemain depan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Martinez.
Henry juga menjadi mentor Belgia untuk melatih bagaimana seharusnya mereka memanfaatkan situasi bola mati. Mulai dari siapa yang seharusnya mengambil hingga skema apa yang harusnya diambil untuk memanfaatkan situasi yang berbeda-beda.
Keberadaan Henry disyukuri oleh penghuni skuat Belgia yang kebanyakan masih berusia muda. bagi mereka, Henry tahu kapan seharusnya bersikap selayaknya guru dan kapan menjadi kawan.
ADVERTISEMENT
“Ia selalu memberi saran bagi saya untuk lebih baik. Ia banyak bercerita apa yang ia lakukan di masa lalu. Dari sana, kami lantas memberi perbandingan dan berusaha mencari jalan agar saya bisa tampil lebih baik,” kata penyerang Belgia, Romelu Lukaku.
Soal adaptasi, Henry jagonya. Dalam suatu kesempatan, ia terlihat bermain basket dengan Eden Hazard. “Di balik kematangannya, Henry punya mental layaknya remaja,” kata pemain Belgia yang lain, Youri Tielemans.
Laga melawan Prancis boleh jadi adalah reuni terberat Henry dengan Piala Dunia. Di satu sisi, mungkin, ia tak ingin tanah airnya gagal. Namun, di sisi lain, ia tentu memberikan yang terbaik untuk Belgia, yang telah memercayai kemampuannya.