Egy Maulana Vikri: Dari Bermimpi hingga Debut untuk Lechia Gdansk

25 Juni 2018 13:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sepintas, serangkaian kalimat itu terkesan terlalu mengawang-awang. Tak realistis. Bahkan, banyak yang menilai bahwa harapan itu tak lebih dari sekadar khayalan.
Namun, segala cibiran itu toh tak menyurutkan langkah Egy Maulana Vikri. Dimulai dari bermimpi, Egy kini berhasil mewujudukannya setelah resmi berseragam klub Polandia, Lechia Gdansk.
Ya, Egy kecil begitu gandrung dengan sepak bola. Ibunya, Aspiyah, malahan kerap dibuat pusing dengan kelakukan anaknya yang suka lupa waktu bila sudah menyepak si kulit bulat. Suatu waktu, saking kesalnya, Aspiyah pernah menyembunyikan sepatu bola Egy karena tak mengaji setelah seharian bermain bola.
Kendati demikian, bakat besar Egy di lapangan hijau dilihat dengan jelas oleh sang ayah, Syaripudin. Tak jarang, ia mengajak serta Egy ke lapangan dekat rumahnya untuk bermain bola. Semenjak Sekolah Dasar (SD), gocekan Egy yang menjadi ciri khasnya, sudah terlihat. Begitu juga dengan sprint-nya yang cepat.
ADVERTISEMENT
Sadar anaknya punya talenta, Syaripudin lalu mengajak Egy untuk berlatih di Sekolah Sepak Bola (SSB) Asam Kumbang, yang dilatihnya sendiri bersama beberapa rekannya. Talenta Egy pun semakin terlihat hingga kerap membawa timnya meraih gelar juara pada pertandingan antar kampung.
Nah, titik balik karier sepak bola Egy terjadi manakala muncul sosok Subagja Suihan. Karena, lewat tangannya, Egy bisa menjejakkan kaki di Jakarta--sesuatu yang sempat gagal ia dapatkan setelah dimintai uang oleh pemandu bakat meski sudah lolos seleksi.
Tahun berganti tahun, Egy yang sempat ingin pulang ketika seminggu berada di Ibu Kota karena rindu orangtuanya, menapaki babak baru kariernya setelah menjadi bagian dari skuat Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-19. Namanya melambung kala tampil di Piala AFF U-18 2017. Meski gagal membawa ‘Garuda Nusantara’ juara, Egy menorehkan gelar pencetak gol terbanyak turnamen.
ADVERTISEMENT
Semenjak itu, kabar Egy berlaga di Eropa semakin membahana. Dan, sejak itu pula, kemampuan olah bolanya kerap disandingkan dengan bintang Barcelona, Lionel Messi. Egy, sih, menanggapinya dengan senyuman seraya dijadikan sebagai motivasi.
Dari akhir tahun lalu, satu per satu nama-nama klub Eropa yang meminati Egy bermunculan. Dari mulai Real Madrid, Barcelona, Benfica, Ajax Amsterdam hingga Saint-Etienne. Hingga pada akhirnya, pilihan tertuju kepada klub Polandia, Lechia Gdansk.
Sebuah pilihan yang bijak. Dengan usianya yang masih muda, yang dibutuhkan Egy adalah jam terbang. Merasakan ganasnya rumput Eropa. Bukan bermain untuk klub besar tetapi menjadi penghangat bangku cadangan.
Lebih dari itu, perlakuan Lechia Gdansk terhadap Egy juga membuatnya merasa nyaman. kumparanBOLA yang berangkat bersama Egy ke Gdansk pada Maret lalu menjadi saksi bagaimana klub penghuni kompetisi terelit Polandia itu begitu menghargai keberadaan Egy.
ADVERTISEMENT
Selama hampir 20 jam terbang dari Jakarta ke Gdansk, Egy diberikan kenyamanan maksimal dengan selalu ditempatkan di kelas bisnis. Disambut di Bandara Frederic Chopin, Warsawa, untuk kemudian menuju ruang VVIP guna menunggu penerbangan menuju Gdansk.
Tiba di Gdansk, pihak Lechia sudah menyediakan hotel bintang lima di tengah kota. Selama beraktivitas di kota pelabuhan terbesar di Polandia itu, Egy juga diantar oleh supir dengan mobil kelas premium.
Nantinya, Egy juga diberikan apartemen selama tinggal di Gdansk. Ia diperbolehkan ditemani oleh satu orang--yang akan digaji oleh Lechia. Egy lantas memilih sang kakak, Yusrizal Muzakki, untuk menemaninya.
Segala fasilitas terbaik itu setidaknya bisa menjadi penanda sejauh mana keseriusan Lechia terhadap Egy. Memandangnya sebagai aset, selayaknya pemain asing lain yang datang ke Lechia.
ADVERTISEMENT
Dan, keseriusan itu benar-benar terbukti manakala Egy melakoni debutnya bersama Lechia. Meski bukan dalam laga resmi, Egy setidaknya bisa merasakan atmosfer pertandingan di Benua Biru.
Berlaga di stadion MOSiR--kandang lama Lechia sebelum pindah ke Stadion Energa--Egy masuk di babak kedua saat Lechia menghadapi APOEL Nicosia asal Siprus dalam laga uji tanding, Minggu (26/6). Egy masuk sebagai pemain pengganti pada menit ke-75.
Sayangnya, permainan Egy tak bisa terpantau karena terbatasnya akses informasi menyusul tak adanya siaran langsung televisi atau streaming pertandingan. Debutnya bersama Lechia hanya diketahui dari live Instagram Lechia.
Jauh sebelum melakoni laga perdananya, Egy sempat menyinggung posisi favoritnya bersama Lechia. Ia mengaku akan bermain lebih maksimal bila ditempatkan sebagai gelandang atau striker--dengan merujuk formasi 3-4-1-2 yang dipakai Lechia kala menghadapi Legia Warszawa pada Mei silam.
ADVERTISEMENT
“Kalau main di sayap, akan terasa lebih berat. Karena mereka main dengan tiga bek, sayap juga harus ikut bertahan. Terus kalau menyerang, saya juga harus ikut naik lagi,” ujar Egy.
“Saya lebih senang main di tengah. Memerankan playmaker, pembagi bola. Tapi intinya, saya siap diturunkan di manapun. Saya akan berusaha menjawab kepercayaan pelatih,” tegasnya.
Ya, lewat sebuah perjuangan panjang, apa yang diimpikan Egy saat ini sudah terwujud. Dari awalnya bermain di lapangan berdebu, kini Egy sudah mampu mematri namanya sebagai salah satu pesepak bola Indonesia yang merumput di Eropa--di usia yang masih sangat muda.
Egy diperkenalkan dan jajal lapangan Gdansk (Foto: Cornelius Bintang/kumparan)