Erick Thohir Nilai Bisnis Persis Solo Sangat Potensial
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Ternyata ia ingin menancapkan cakarnya di sepak bola Indonesia. Baru-baru ini, terendus kabar Erick menjajaki pembelian saham Persis Solo.
Ia tak menampik berita tersebut saat ditemui di Hotel Ritz Carlton dalam acara Kongres Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Rabu (9/10/2019). Hanya, Erick belum mau melanjutkan pembicaraan sebelum urusan hukum para pemilik saham Persis tuntas.
Erick punya alasan mengapa ingin berinvestasi bersama 'Laskar Samber Nyawa'. Pria 49 tahun itu melihat Persis sangat potensial dari segi bisnis.
“Lapangan baru sudah siap, Kota Solo secara ekonomi bagus, dan infrastruktur di sana juga bagus. Jadinya, perlu punya klub yang dikelola secara profesional. Kebetulan suporter, media, dan Wali Kota Solo mengharapkan ada perbaikan. Saya diundang ke sana dan ternyata saya tertarik,” ujar Erick.
ADVERTISEMENT
Ketertarikan Erick kepada Persis sebetulnya menimbulkan tanda tanya. Pasalnya, masih banyak klub Liga 1 yang tentu saja punya potensi bisnis lebih besar.
Ia punya pendapat sendiri. Erick lantas membandingkan Persis dan Oxford United yang baru dibelinya.
“Saya tidak punya saham di Persib. Saya hanya wakil komisaris. Kenapa Persis dan bukan Liga 1? Begini, saya bicara bisnis bukan politis. Persis itu menarik seperti ketika saya melihat Oxford United. Namanya bagus. Kalau detail lagi, tidak ada klub lagi dalam radius 40 mil, cuma Oxford. Kalau tidak salah Oxford ialah kota kedua dengan defisit terendah setelah London karena ada pelajar dan turis,” kata Erick.
Erick punya detail penilaian tersendiri terhadap Persis. Ia lebih memilih bisnis menjanjikan meski bersama klub kecil.
ADVERTISEMENT
Tak heran, Liga 1 tak begitu dilirik Erick. Terpenting baginya, pengelolaan yang baik akan membuat klub sehat secara finansial. Dan, prestasi akan mengikuti kemudian.
“Kalau punya klub lalu merugi, lama-lama pemainnya jelek, prestasi turun. Sehat keuangan akan membuat klub konsisten dari segi prestasi, memang belum tentu juara. Kita mesti melihat grafik lima tahun. Keuangan bagaimana, sponsor seperti apa, prestasi juga terlihat. Punya klub itu bagian dari bisnis. Kalau tidak, pasti berat,” tutur Erick.