Erling Braut Haaland, Predator Ganas Red Bull Salzburg

18 September 2019 10:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Erling Braut Haaland, pencatat hat-trick termuda ketiga di Liga Champions. Foto: AFP/Joe Klamar
zoom-in-whitePerbesar
Erling Braut Haaland, pencatat hat-trick termuda ketiga di Liga Champions. Foto: AFP/Joe Klamar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
April 2001, Alf-Inge Haaland melawat ke Old Trafford sebagai pemain Manchester City. Kala itu gengsi Derbi Manchester memang belum seperti sekarang. Namun, bukan laga derbi namanya kalau tidak dibumbui insiden.
ADVERTISEMENT
Haaland datang tanpa curiga. Yang dia tahu, sebagai pemain City, dia ingin membungkam Manchester United di hadapan puluhan ribu pendukungnya. Namun, harapan tinggal harapan. Lawatan itu berujung bencana bagi Haaland.
Semua berawal dari kejadian di Elland Road, markas Leeds United, empat tahun sebelumnya. Haaland ketika itu masih berseragam The Whites. Dalam pertandingan menghadapi Manchester United, dia membuat kesalahan terbesar selama berkarier.
Kapten Manchester United, Roy Keane, sebenarnya berniat melanggar Haaland kala itu. Namun, alih-alih menyakiti sang lawan, Keane justru mendapat cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL). Dia pun tersungkur di tanah seraya mengaduh.
Melihat itu, Haaland tampak kesal. Dia kemudian meneriaki Keane persis di kupingnya. Pikir Haaland, Keane cuma berpura-pura cedera. Padahal, kenyataannya tidak demikian.
ADVERTISEMENT
Diperlakukan demikian membuat Keane menyimpan kesumat. Namun, itu semua baru bisa dia balas pada 2001 tatkala Haaland sudah bersalin seragam dari putih menjadi biru muda.
Pembalasan selalu lebih kejam dan itulah yang dilakukan Keane. Jika sebelumnya dia cuma diserang dengan kata-kata, kali ini pemain asal Republik Irlandia itu menyerang Haaland secara fisik, lewat sebuah tekel brutal.
Dalam sebuah 'perebutan bola', Keane menghajar lutut kiri Haaland senior sampai hancur. Peristiwa ini membuat Keane diganjar denda serta larangan bermain. Namun, bagi Haaland, impaknya jauh lebih besar.
Pada 2003 Haaland menyatakan pensiun dari sepak bola. Padahal, kala itu usianya baru 31 tahun. Cedera yang dia dapatkan dari Keane itu tidak pernah bisa benar-benar sembuh.
ADVERTISEMENT
***
Melompat maju ke 2019, nama Haaland kembali terdengar. Akan tetapi, Haaland yang ini tidak bernama Alf-Inge, melainkan Erling Braut. Usianya pun baru 19 tahun.
Erling Braut Haaland adalah putra Alf-Inge. Tak seperti ayahnya yang terkenal karena perseteruan dengan Keane, Haaland junior menjadi sensasi karena ketajamannya di depan gawang lawan.
Mei 2019 nama Haaland pertama kali mencuat. Memperkuat Norwegia dalam Piala Dunia U-20, Haaland sukses mencetak sembilan gol dalam pertandingan menghadapi Honduras. Norwegia sendiri menang 12-0 pada laga tersebut.
Haaland jadi buah bibir dan rupanya bukan kebetulan dia mampu mencetak sembilan gol dalam satu pertandingan. Sebab, di ajang yang lebih prestisius pun dia mampu menunjukkan ketajaman serupa.
Rabu (18/9/2019) dini hari WIB, Haaland menjalani debut Liga Champions bersama klub Austria, Red Bull Salzburg, dalam pertandingan menghadapi Genk. Di situlah Haaland menunjukkan kepada dunia bahwa dia pantas diperhitungkan untuk jadi bintang sepak bola masa depan.
ADVERTISEMENT
Pada 2004 Wayne Rooney melakoni debut Liga Champions menghadapi Fenerbahce dan dia berhasil mempersembahkan hat-trick untuk Manchester United. Kini, Haaland sukses mengulangi apa yang dilakukan Rooney sebelumnya.
Tiga gol dicetak Haaland untuk membawa Red Bull Salzburg menang telak 6-2. Dengan demikian, Haaland pun jadi pemain termuda ketiga yang mampu mencatatkan hat-trick di Liga Champions.
Dengan usia 19 tahun dan 58 hari, Haaland hanya kalah muda dari Rooney (18 tahun dan 340 hari) serta Raul Gonzalez Blanco (18 tahun dan 113 hari). Jika menilik apa yang dicapai Raul dan Rooney, wajar apabila ada ekspektasi bagi Haaland muda untuk jadi pemain besar di kemudian hari.
Haaland sendiri punya satu mimpi, yaitu mengantarkan Leeds United menjadi juara Premier League. Mengapa Leeds United? Sederhana saja, karena dia lahir di Leeds.
ADVERTISEMENT
Namun, menilik situasi Leeds saat ini yang masih berkubang di Championship, ada kemungkinan mimpi Haaland itu takkan terwujud dalam waktu dekat. Kesempatan klub lain untuk mendapatkan tanda tangannya pun terbuka lebar.
Red Bull Salzburg sendiri tidak pernah keberatan menjual pemain-pemain terbaiknya. Jika Haaland mampu terus mempertahankan performanya, jangan kaget kalau dalam waktu dekat dia bisa segera menyusul Sadio Mane dan Naby Keita ke Premier League.