Final 1999, Inspirasi United untuk Comeback di Camp Nou

11 April 2019 11:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekspresi kekecewaan pemain United usai kalah dari Barcelona di Old Trafford. Foto: Oli SCARFF / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi kekecewaan pemain United usai kalah dari Barcelona di Old Trafford. Foto: Oli SCARFF / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tak ada kemenangan yang digenggam Manchester United pada leg pertama laga perempat final Liga Champions 2018/19 di Old Trafford.
ADVERTISEMENT
Bertanding melawan Barcelona pada Kamis (11/4/2019), United justru mengecap kekalahan 0-1. Bertambah pahit karena satu-satunya gol di duel ini merupakan bunuh diri Luke Shaw pada menit 12.
Namun, kekalahan di leg pertama memang tak menjamin bahwa pertandingan putaran kedua akan berakhir getir bagi tim mana pun yang bertarung di Liga Champions. Musim lalu, AS Roma membuktikannya.
Bahkan, Barcelona menjadi tim yang menerima kenyataan tak sedap itu. Mirip dengan kabar lelayu yang menerpa United, laga leg pertama perempat final diwarnai 'Serigala Ibu Kota' dengan dua gol bunuh diri.
United memang tak perlu memutar ulang memori kelewat jauh. Toh, segala hal yang terjadi di babak 16 besar sudah cukup kuat untuk membuktikannya. Tapi, jika mereka memang membutuhkan contoh yang kelewat ajaib, pengalaman pada final Liga Champions 1998/99 tentu dapat menjadi acuan.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar orang tahu kisah itu. United menjejak ke partai puncak, berhadapan dengan Bayern Muenchen yang entah sejak kapan sudah menjadi perkasa.
Bayern bahkan sudah berhasil menorehkan keunggulan pertama saat pertandingan baru berusia enam menit. Adalah Mario Basler yang meletupkan asa suporter Bayern di Camp Nou kala itu.
Namun, kemenangan yang sudah di depan mata itu runtuh seketika begitu laga mencapai menit ke 90+1'. Teddy Sheringham 'berulah' dengan melepaskan tembakan yang tak mampu digagalkan oleh Oliver Kahn yang beringas itu.
Rashford dan Solskjaer usai laga Manchester United vs Barcelona. Foto: REUTERS/Andrew Yates
Lantas, kemenangan benar-benar menjadi skuat asuhan Sir Alex Ferguson begitu Ole Gunnar Solskjaer melesakkan gol dua menit berselang. Gol yang pada akhirnya memastikan United mampu mengangkat trofi Liga Champions untuk kali kedua.
ADVERTISEMENT
Solskjaer yang sama, yang membuktikan bahwa lapangan bola gemar membungkam kemustahilan 20 tahun lalu, yang akan memimpin United bertandang ke Camp Nou pekan depan. Bekal yang mereka bawa ke markas lawan tak sedap karena mengambil rupa kekalahan di kandang sendiri.
"Kami mencetak dua gol di Camp Nou sebelumnya (1999) dari sepak pojok dan umpan silang. Kami dapat menciptakan ancaman serupa, tapi kami harus mempersiapkan amunisi dan peluang," jelas Solskjaer kepada The Guardian.
"Tentu saja penampilan saat melawan PSG memberi kami harapan dan keyakinan bahwa kami dapat melakukannya. Tapi, kami pun sadar, lawan kami kali ini adalah tim mungkin saja paling difavoritkan untuk menjadi juara. Camp Nou akan menjadi tantangan sebenarnya," ucap Solskjaer.
ADVERTISEMENT
Camp Nou memang pantas untuk disebut sebagai tantangan akbar. Kemenangan 5-1 atas Lyon di leg kedua babak 16 besar menggenapkan rekor 30 kemenangan kandang Barcelona di Liga Champions.
"Kemenangan di Camp Nou tentu akan menjadi pencapaian besar karena rekam jejak menunjukkan bahwa mereka tidak biasa mengecap kekalahan di kandang (di Liga Champions). Namun, kami dapat melakukannya. Saya tidak ragu sedikit pun," jelas Solskjaer.
"Kami adalah sumber ancaman bagi tim lawan. Gol-gol itu bisa diciptakan oleh Rom (Romelu Lukaku) atau Rash (Marcus Rashford) atau siapa pun yang akan bermain nanti," tegas Solskjaer.