Final Liga Champions: Melihat Coutinho dalam Diri Sadio Mane

24 Mei 2018 14:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mane di laga versus Porto. (Foto: Francisco Leong/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Mane di laga versus Porto. (Foto: Francisco Leong/AFP)
ADVERTISEMENT
Musim lalu Sadio Mane punya peran kelewat penting untuk kesuksesan Liverpool mengamankan tiket empat besar Premier League. Kalau tidak percaya, tengok saja apa yang terjadi pada Januari tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Saat itu, Liverpool harus melakoni delapan partai tanpa Sadio Mane. Ke mana Mane? Dia pergi membela Timnas Senegal di Piala Afrika. Dari delapan partai itu, hanya satu laga saja yang berujung kemenangan. Kemenangan itu pun didapat saat melawan Plymouth Argyle di putaran ketiga Piala FA.
Namun, kini Mane kini menghadapi babak baru dalam kariernya. Musim ini, nama winger asal Senegal tersebut mulai diabaikan akibat performa sensasional Mohamed Salah dan peran baru Roberto Firmino yang sangat cocok dengan pemain asal Mesit itu. Well, kalau sudah begitu, apakah ini berarti bahwa Mane sudah kurang relevan di lini serang Liverpool?
Jawabannya, tergantung dari sudut mana Anda melihat. Kalau yang dimaksud “penting” di sini semata-mata hanya soal jumlah gol, tentu saja itu benar. Memang, Mane secara keseluruhan sudah cetak 19 gol di musim ini. Namun, ia masih tertinggal delapan gol dari Firmino dan 25 gol dari Salah.
ADVERTISEMENT
Namun, mari lihat Mane dari sisi yang berbeda. Musim lalu, mantan winger Southampton itu bermain sebagai penyerang sayap kanan. Di musim ini, Mane dipaksa bermain sebagai penyerang sayap kiri ala Philippe Coutinho karena Salah mengisi pos sayap kanan. Dan selayaknya Coutinho, Mane dituntut untuk bisa menguasai dua hal.
Pertama, tentu saja, memaksimalkan kemampuan dribelnya untuk melancarkan cut-inside dan tembakannya di muka gawang dari posisi berbeda. Pasalnya, Klopp belajar dari musim lalu untuk tak bergantung hanya kepada satu pemain saja dalam urusan penyelesaian akhir.
Kedua, Mane dituntut lihai dalam melancarkan umpan terobosan dari posisi yang tak terduga dari tengah lapangan. Jika upaya itu berhasil, bola akan bergulir di posisi yang sangat menguntungkan karena umpan tersebut membebaskan satu-dua pemain dari kawalan bek lawan. Kalau sudah begitu, penyerang hanya perlu beberapa sentuhan untuk cetak gol.
ADVERTISEMENT
Meski dengan susah payah, pada akhirnya Mane sendiri sukses mengoperasikan tugas barunya ini dengan apik. Mane, sebagaimana WhoScored mencatat, biasa melancarkan 2,3 aksi dribel per laganya dan dari situlah datangnya 1,4 umpan kunci (umpan yang menjadi kans) per laga. Dari umpan kunci itu, hadirlah 8 assist dengan dua diantaranya hadir di Liga Champions.
Salah satu laga yang berujung dengan Mane sukses mengoperasikan peran ini di Liverpool terjadi pada Maret lalu. Liverpool sukses mengalahkan Watford 5-0 di Anfield dan tiga dari lima gol tersebut tercipta karena visi brilian seorang Sadio Mane.
Saat laga baru berjalan empat menit, Watford tergesa-gesa melakukan transisi dari menyerang ke bertahan akibat bola direbut. Beruntung bagi Mane, ada lubang di sisi full-back kiri yang bisa eksploitasi. Maka, ia melancarkan dribel ke tengah lapangan, memberikan umpan terobosan kepada Salah dan Salah hanya butuh satu tembakan saja untuk mengubahnya menjadi gol.
ADVERTISEMENT
Pada menit 43, Liverpool sukses cetak gol keduanya dan lagi-lagi ini ada sangkut pautnya dengan peran baru Mane. Saat itu Mane berada di tengah lapangan. Ia melihat hampir seluruh pemain Watford saat itu fokus kepadanya.
Mengetahui itu, ia pun menahan bola sebentar agar Andrew Robertson bisa dengan leluasa berada di sepertiga akhir lawan. Setelah itu, Mane pun melancarkan umpan kepada full-back kiri asal Skotlandia itu dan Robertson memberikan umpan kepada Salah. Salah sendiri, sukses menyulap umpan ini menjadi gol.
Pada menit 77, Mane lagi-lagi berhasil menunjukkan kecemerlangannya dalam melihat ruang. Prosesnya bermula dari keputusan Mane untuk melakukan cut-inside dari sisi kanan lapangan ke kotak penalti lawan. Aksi dribel Mane ini berhasil merusak komposisi lima bek Watford yang apik. Usai itu, ia memberikan umpan kepada Salah. Karena tak terkawal, Salah bisa dengan leluasa cetak gol.
ADVERTISEMENT
Berkaca dari ini, tentu ada banyak hal yang bisa dilakukan Mane di partai final Liga Champions melawan Madrid pada Minggu (27/5/2018) dini hari WIB. Terutama, mengingat performa Daniel Carvajal dan Marcelo di pos full-back kanan dan kiri; keduanya sering naik untuk membantu serangan, bisa menimbulkan celah di lini belakang yang bisa dimanfaatkan Mane atau Salah.
Selain sering naik membantu serangan, ketidakdisiplinan keduanya saat melakukan jebakan offside juga berpotensi menghadirkan masalah. Saat ia lihat ruang, tentulah Mane akan memanfaatkannya dan dari situlah, Liverpool boleh berharap trofi Liga Champions keenam bisa dibawa pulang ke Anfield.
====
*Final Liga Champions akan dihelat di Stadion NSC Olimpiskiy, Kiev, Minggu (27/5/2018) dini hari WIB. Sepak mula dilakukan pukul 01:45 WIB.
ADVERTISEMENT