Foto Kekalahan Musim Lalu, Inspirasi Salah Juarai Liga Champions

3 Juni 2019 11:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gol Mohamed Salah ke gawang Tottenham Hotspur yang tercipta di menit kedua. Foto: UEFA/Pool via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Gol Mohamed Salah ke gawang Tottenham Hotspur yang tercipta di menit kedua. Foto: UEFA/Pool via REUTERS
ADVERTISEMENT
Dua menit setelah laga final dimulai, sepakan penalti Mohamed Salah melapangkan jalan Liverpool untuk menutup penantian 14 tahun.
ADVERTISEMENT
Gelar juara Liga Champions 2018/19 direngkuh, Juergen Klopp mempersembahkan gelar pertama untuk Liverpool, Divock Origi membuktikan bahwa ia layak buat masuk hitungan, Salah mengganti bayang-bayang kekalahan dengan sorak-sorai ala kampiun.
Ini final kedua Liverpool dalam dua musim beruntun. Tampil mengesankan di fase-fase sebelumnya, kekalahan laga puncak menjadi pukulan yang tak mampu ditangkis Liverpool pada final musim lalu. Real Madrid menang 3-1 yang berarti, tiga kali beruntun menjadi raja di antara klub-klub Eropa.
Laga itu tak hanya bercerita tentang blunder Loris Karius ataupun kekalahan Liverpool. Ia juga berkisah tentang Salah yang hanya bisa bermain selama sekitar 30 menit akibat cedera. Benturan dengan Sergio Ramos yang membuat Salah terjatuh dalam posisi yang salah menjadi penyebab.
ADVERTISEMENT
Mohamed Salah cedera di final Liga Champions 2017/18. Foto: Phil Noble/Reuters
Foto-foto tentang kegagalan Liverpool beredar. Di sana ada Salah yang terkapar di lapangan. Bukan foto yang elok dipandang. Lebih menyebalkan karena ingatan muram itu diungkit-ungkit lagi menjelang partai krusial.
Tapi, untuk bisa menyembuhkan luka, kau harus berani menanggung perih. Barangkali, itu yang dilakukan Salah begitu mendapat kepastian mereka akan berlaga di Estadio Wanda Metropolitano, memperebutkan trofi 'Si Kuping Besar' dengan Tottenham Hotspur.
"Saya sangat kecewa karena cuma bisa bermain 30 menit. Apalagi, kami kalah di laga tersebut. Pengalaman itu memotivasi saya untuk juara. Dalam waktu yang lama saya tidak mau melihat foto itu. Hanya, kamu bisa merasakan apa yang bisa kamu kalahkan. Jadi, saya melihat foto itu sekali lagi dan berkata: Oke, kalahkan mereka," jelas Salah kepada The Guardian.
ADVERTISEMENT
Ngomong-ngomong soal sepakan penalti, sepintas memang terlihat mudah--terlebih dari sudut pandang kita sebagai penonton. Namun, tidak demikian dengan para eksekutornya. Yang mesti dikalahkan bukan cuma penjaga gawang, tapi juga nasib dan keberuntungan. Situasi demikian pun berlaku bagi penjaga gawang.
Mohamed Salah mencium trofi saat merayakan kemenangan Liga Champions. Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach
Itulah sebabnya, tendangan penalti yang seharusnya mempermudah tak jarang justru menjadi penyebab kekalahan. Apalagi, Liverpool dan Salah memasuki arena dengan cerita kekalahan musim lalu.
Itu belum ditambah dengan kegagalan mereka merengkuh trofi Premier League 2018/19. Kekalahan tipis, yang cuma berjarak satu poin. Beban-beban macam itu bukannya tak mungkin menjadi pasung yang menjerat kaki Liverpool.
"Saya sudah mempersiapkan diri sebelum pertandingan. Saya mencetak gol penalti di menit-menit akhir yang mengantarkan Mesir ke Piala Dunia setelah 28 tahun absen. Jadi, seharusnya tugas ini lebih mudah. Lagipula, hei, ini luar biasa! Final Liga Champions, menjadi eksekutor penalti, menunjukkan keberanian, dan akhirnya menjadi juara," jelas Salah.
ADVERTISEMENT
Ya, begitulah. Kisah muram dalam rupa serbanyaris Liverpool tamat juga. Penantian 14 tahun berakhir manis, olok-olok mereda, berganti menjadi aplaus dan elu-elu. Itulah ganjaran terbaik bagi mereka yang menolak merengek dan meringkuk di hadapan kekalahan.