Gary Neville Percaya Indonesia Bisa Menjadi Negara Sepak Bola

22 Juli 2019 18:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Garry Neville saat berkunjung ke sebuah yayasan penyandang disabilitas, Annika Linden Center di Kabupaten Gianyar,Bali,Senin (22/7). Foto: Denita BR Matondang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Garry Neville saat berkunjung ke sebuah yayasan penyandang disabilitas, Annika Linden Center di Kabupaten Gianyar,Bali,Senin (22/7). Foto: Denita BR Matondang/kumparan
ADVERTISEMENT
Gary Neville membuktikan bahwa sepak bola bukan cuma tentang fisik dan bakat, tapi juga kemauan setengah mati.
ADVERTISEMENT
Sir Alex Fergusson tidak mungkin tidak memperhitungkan manusia seperti Neville untuk masuk dalam skuat asuhannya. Neville adalah pesepak bola yang tak menolak buat bekerja keras. Soal loyalitas, ketangguhan, dan kecerdasan juga tak perlu diragukan. Semuanya sudah dimiliki Neville.
Namun, tidak semua para pelakon sepak bola melihat dengan cara Sir Alex. Itulah sebabnya, Neville kalah tenar dibandingkan nama-nama lain pada masa itu.
Memiliki kualitas sebagai seorang bek tak lantas membuat Sir Alex menunjuknya sebagai bek tengah United. Yang menjadi persoalan adalah tubuh Neville yang kepalang kecil untuk ukuran bek tengah.
Yang namanya "akamsi", ya, gigih seperti ini. Foto: Michael Regan/Getty Images
Meski begitu, peran di lini pertahanan United itu tetap menjadi milik Neville. Ia dipercaya sebagai bek sayap kanan. Mulai dari Karel Poborsky, David Beckham, Antonio Valencia, Cristiano Ronaldo, hingga Gabriel Obertan--merasakan sendiri segigih apa Neville mengawal dan memberi ruang ketika mereka membangun serangan.
ADVERTISEMENT
Jadi, bisakah dibayangkan pesepak bola mungil--yang saking mungilnya sampai membuat Sir Alex menyalahkan tukang susu--menjadi elemen krusial di lini pertahanan United selama hampir dua dekade? Itu belum ditambah dengan ban kapten yang melingkar di lengannya sejak 2005 hingga 2011.
Kisah sepak bola ala Neville itulah yang kembali muncul ketika ia berkunjung ke Annika Linden Centre pada Senin (22/7/2019). Yayasan yang terletak di Kabupaten Gianyar, Bali, ini memiliki fokus untuk membantu anak-anak penyandang disabilitas.
Dalam kunjungan tersebut, ia tak cuma mengajak anak-anak penyandang disabilitas bermain sepak bola, tapi juga menegaskan bahwa sepak bola bukan tentang fisik serta kecerdasan teknik dan taktikal saja.
Sepak bola adalah perkara mental. Barangkali di masa itu hampir semua pesepak bola ingin menjadi seperti Roy Keane. Tapi, tidak semua orang memiliki apa yang dipunyai Keane untuk bisa menjadi sepertinya. Yang menjadi persoalan selanjutnya adalah berhenti atau tidaknya ketika seorang pemain tidak bisa menjadi Keane yang lain.
ADVERTISEMENT
Gary Neville saat berkunjung ke sebuah yayasan penyandang disabilitas, Annika Linden Center di Kabupaten Gianyar,Bali,Senin (22/7). Foto: Denita BR Matondang/kumparan
Dalam skala yang lebih luas, Neville menilai bahwa Indonesia bisa menjadi negara sepak bola. Mungkin Indonesia tidak akan bisa menjadi seperti Brasil, Spanyol, Inggris, atau Prancis. Tapi, menjadi negara sepak bola melulu harus sama seperti keempat negara tadi.
Serupa dengan Neville yang tidak memiliki modal untuk menjadi 'Roy Keane', tapi bisa menjadi 'Gary Neville' yang dikenal orang sampai sekarang--Indonesia juga memiliki modal untuk menjadi negara sepak bola yang unik.
"Saya menonton (pertandingan sepak) bola di Bali dua tahun lalu dan melihat antusiasme fans sepak bola di Indonesia sangat tinggi," ucap Neville.
"Seperti negara berkembang lainnya yang kurang di Indonesia adalah fasilitas dan pendidikan sepak bola yang benar serta pelatihan yang baik," katanya.
ADVERTISEMENT
Neville tidak berlebihan. Negeri ini selalu memberikan tempat yang luas bagi penggila dan pencinta sepak bola. Silakan lihat apa yang terjadi hampir di seluruh pertandingan, baik klub maupun Timnas.
Tapi, antusiasme hanya akan membuat Indonesia menjadi negara gila bola. Yang menjadi persoalan selanjutnya adalah memastikan antusiasme itu tidak berhenti sampai kesenangan belaka.