Gelar Juara Piala FA, Cara De Bruyne Menebus Musim yang Buruk

18 Mei 2019 10:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kevin De Bruyne menggiring bola Foto: REUTERS/Phil Noble
zoom-in-whitePerbesar
Kevin De Bruyne menggiring bola Foto: REUTERS/Phil Noble
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mengangkat trofi Premier League dalam dua musim beruntun bukan perkara mustahil bagi Kevin De Bruyne. Perjalanannya bersama Manchester City membuktikan itu. Begitu pula dengan menikmati perayaan gelar juara Piala Liga Inggris dalam dua tahun berturut-turut.
ADVERTISEMENT
Tapi De Bruyne belum mau berhenti. Cedera menghajarnya bertubi-tubi, memaksanya menepi saat kawan-kawannya bertungkus-lumus mengejar bola, menggiring diri pada kemenangan dan gelar juara.
"Awalnya saya pikir, secara mental, musim ini sudah berakhir sejak pertandingan melawan Tottenham. Senang bisa kembali untuk membantu tim mengklaim gelar juara di laga melawan Brighton itu. Sekarang, saya ada di final yang lain," jelas De Bruyne kepada Jamie Jackson untuk The Guardian.
De Bruyne mengalami cedera Foto: REUTERS/David Klein
Laga melawan Spurs pada pertengahan April lalu memang berujung pada kemenangan City. Tapi, De Bruyne mesti menelan mala. Usai laga, Pep Guardiola mengonfirmasi, pemain asal Belgia ini mengalami masalah di bagian otot.
De Bruyne yang turun sebagai starter digantikan oleh Fernandinho pada menit ke-34. Dalam konfirmasinya itu, Guardiola memprediksi De Bruyne bakal membutuhkan waktu lama untuk pemulihan.
ADVERTISEMENT
Dan benar saja. De Bruyne baru bisa turun arena di laga terakhir Premier League 2018/19. Tubian cedera yang menghajarnya memang berdampak besar. Gara-gara terus dibekap cedera, Transfermarkt mencatat bahwa De Bruyne telah absen sebanyak 29 laga di seluruh kompetisi musim ini.
Kendati demikian, sosok yang pernah memperkuat VfL Wolfsburg itu masih bisa menyumbangkan lima gol dan enam assist. Bukan pencapaian yang bejibun, tapi bukannya tak mungkin krusial bagi tim.
Itu persoalan secara personal. Secara kolektif, timnya terlempar lagi dari Liga Champions. Tak peduli berapa kali juara liga, trofi 'Si Kuping Besar' tetap punya pesona luar biasa. Lagipula, tim Eropa mana yang tak memanggul asa menjuarai Liga Champions?
ADVERTISEMENT
Tapi, tak perlu melihat kepalang jauh karena gelar domestiknya saja belum lengkap. Dalam kabinet trofinya belum ada penanda juara Piala FA.
Piala FA mungkin tak se-eye-catching Premier League. Maklum saja, yang tampil di sini bukan cuma tim-tim kasta teratas, tapi tim dari area antah berantah. Bahkan ada banyak tim yang membuat kita berpikir, "Oh, ternyata di Inggris ada tim ini, ya."
Tapi, Piala FA sudah ada jauh sebelum Premier League lahir, apalagi tumbuh dewasa. Piala FA adalah turnamen tertua di dunia. Di kompetisi ini, klub-klub papan atas pantang bermegah.
Ketiadaan batasan membuat klub-klub semi-profesional bisa bertemu dengan tim-tim dari divisi atas pada Piala FA. Tidak heran jika aroma giant killing kerap tercium di Piala FA.
ADVERTISEMENT
Berangkat dari situ, siapa pun yang menjuarai Piala FA adalah tim yang berhasil mengalahkan segala kemungkinan dan kejutan. Trofi hanya bisa diangkat oleh mereka yang tak tunduk di hadapan tim-tim raksasa, oleh mereka yang bersiaga menghadapi kejutan ala tim gurem.
"Saya akan menemukan cara untuk mengklaim gelar juara ini. Tapi, pada dasarnya, musim ini tidak menjadi periode paling menyenangkan. Di sisi lain, saya tidak boleh mengeluh karena saya sudah bermain selama 10 atau 11 tahun, dan terlibat hampir di 500 pertandingan," jelas De Bruyne
Ya begitulah. Sepak bola memang perkara rumit. Menggairahkan, tapi juga menyeramkan. Hari ini kau dekat dengan elu-elu dan nama besar, besok kau sudah berkawan karib dengan keterpurukan dan celaka. Tak heran jika mereka yang berdekatan dengan sepak bola tak cuma lelah secara fisik, tapi juga emosi.
ADVERTISEMENT
De Bruyne sadar benar akan hal itu. Sebelas tahun malang-melintang di atas lapangan hijau membuatnya mengenal sepak bola ibarat kawan karib. Baginya, sepak bola memang menguras emosi. Tapi, itulah yang membuat sepak bola lebih dari sekadar permainan, pertandingan, dan olahraga.
"Buat saya, sepak bola tetap permainan emosi. Saya tidak menyukai upaya orang-orang mengenyahkan emosi dari sepak bola karena mereka berpikir sepak bola hanya untuk bersenang-senang dan dinikmati. Jika kamu menang, kamu akan senang. Jika kalah, ya, bakal sedih. Seperti itulah sepak bola," ujar De Bruyne.
***
Manchester City dan Watford akan berhadapan dalam laga final Piala FA 2018/19 di Wembley Stadium, Sabtu (18/5/2019), pukul 23:00 WIB.