Gianni Infantino: Mulus Lalui Jenjang Karier

11 Januari 2017 2:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Presiden FIFA Gianni Infanito (Foto: Philipp Schmidli)
Sepak bola, hingga detik ini, masih dianggap sebagai olahraga terpopuler di muka bumi. Segala rupa terkait pergerakan Si Kulit Bulat otomatis akan menjadi pusat perhatian. Tak terkecuali, Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) sebagai pemegang otoritas tertinggi sepak bola se-jagat raya.
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun belakangan ini, FIFA bahkan menjelma sebagai magnet pemberitaan menyusul terkuaknya skandal korupsi yang menyeret sebagian besar pejabat elitnya. Puncaknya, Sepp Blatter yang telah menjabat sebagai Presiden FIFA selama 16 tahun sejak 1998, memutuskan untuk lengser dari jabatannya pada 2015 lalu.
FIFA kemudian menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) yang berlangsung di Zurich, Swiss pada 26 Februari 2016. Terpilihlah, Gianni Infantino sebagai presiden baru menggantikan Blatter. Pria asal Swiss keturunan Italia ini didaulat untuk memimpin FIFA pada periode 2016-2019.
Siapa Infantino? Pertanyaan itu mungkin yang paling sering muncul ketika mendengar nama Presiden FIFA pengganti Blatter. Setelah terpilih, beragam reaksi memang bermunculan. Kebanyakan dari mereka bertanya-tanya bagaimana Infantino bisa terpilih. Pasalnya, rekam jejaknya tak begitu terdengar selama ini.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, karier Infantino di ranah sepak bola sejatinya terbilang mulus. Berbagai tahapan dapat dilaluinya dengan baik.
Berbakal gelar Sarjana Hukum dari Universitas Fribourg, Infantino bekerja sebagai sekretaris jenderal International Centre for Sport Studies (CIES) di Universitas Neuchatel. Dia pun menjadi penasehat untuk Federasi Sepak Bola Italia, Spanyol, dan Swiss.
Infantino kemudian bergabung dengan Asosiasi Sepakbola Eropa (UEFA) pada Agustus 2000 untuk mengurusi masalah hukum dalam sepak bola. Dia mendapat promosi menjadi Direktur Urusan Hukum empat tahun berselang. Pada 2007, Infantino kembali naik jabatan, kali ini menjadi Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) UEFA. Dua tahun berselang, pria berkepala plontos ini dipercaya menduduki jabatan Sekjen. Hingga akhirnya, terpilih sebagai orang nomor satu di FIFA.
ADVERTISEMENT
Presiden FIFA Gianni Infantino. (Foto: Ruben Sprich/Reuters)
Sejak terpilih, sepak terjang Infantino memang terhitung masih biasa-biasa saja. Belum ada gebrakan yang dilakukan terkait kebijakan terhadap para anggotanya. Akan tetapi, namanya sontak "melejit" manakala dikait-kaitkan dengan skandal keuangan lewat bocoran Panama Papers pada April 2016.
Namanya disebut terkait hak siar televisi untuk kompetisi klub-klub Eropa, terutama mengenai penjualan hak siar ke perusahaan Amerika Latin. Tuduhan itu disangkakan ketika Infantino menjabat Direktur Legal UEFA. Saat itu, ia terlibat negosiasi dengan dua pengusaha, Hugo Jinkis dan anaknya, Mariano Jinkis.
Dalam posisinya, Infantino menangani penjualan hak siar Liga Champions, Piala FA, dan Piala Super Eropa pada perusahaan Cross Trading (CT) asal Argentina pada 2003 hingga 2006, kemudian dialihkan ke anak perusahaan CT yaitu Full Pay milik Hugo Jinkis. Cross Trading membayar 111.000 dolar AS (sekitar Rp 1,4 miliar) kepada UEFA saat itu. Namun, dijual lagi ke perusahaan lain yakni Teleamazonas dengan nilai penjualan mencapai empat kali lebih tinggi dari nilai pertama.
ADVERTISEMENT
Namun, UEFA langsung membantah adanya keterlibatan Infantino. "Gianni Infantino menandatangani kontrak tersebut karena dia adalah salah satu direktur UEFA yang diberi kuasa menandatangani kontrak. Itu sudah menjadi standar prosedur kami," tulis pernyataan resmi UEFA ketika itu.
Presiden FIFA Gianni Infanito (Foto: Philipp Schmidli)
Uang memang kerap menjadi pangkal dari segala masalah. Akan tetapi, Infantino sebenarnya bukanlah pribadi yang terlalu menghamba kepada materi. Setidaknya hal itu tercermin dari gaji yang didapatnya sebagai Presiden FIFA.
Infantino mendapatkan gaji  sebesar 1,53 juta dolar AS atau sekitar Rp 20,3 miliar pertahun. Ditambah dengan fasilitas mobil, biaya sewa tempat tinggal, dan tunjangan bulanan sebesar 2.040 dolar AS per bulan. Akan tetapi, dia tak mendapatkan bonus selama 2016. Bonus baru akan diberikan mulai tahun ini.
ADVERTISEMENT
Jumlah yang didapat Infantino berbanding jauh dengan gaji pengurus FIFA sebelumnya yakni Blatter dan Sekjen Jerome Valcke. Seperti dilaporkan ESPN, keduanya diganjar dengan gaji pokok sekitar 3 juta dolar AS dan 2 juta dolar AS per tahunnya. Belum lagi bonus yang didapat masing-masing sekitar 10 juta dolar AS untuk tiap penyelengaraan Piala Dunia.
Meski masih terdengar asing, nama Infantino pernah akrab dengan telinga pecinta sepak bola nasional. Pasalnya, Infantino-lah yang mencabut sanksi FIFA kepada Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) pada Mei 2016--yang dijatuhkan ketika era Blatter.
Akhir-akhir ini, Infantino kembali menyita perhatian pecinta sepak bola dunia kala mengesahkan jumlah kontestan Piala Dunia 2026 yang membengkak menjadi 48 tim dari sebelumnya 32 tim. Akankah penggemar Inter Milan ini kembali menghadirkan kontroversi seperti Blatter? Atau justru mampu memulihkan citra FIFA yang sempat tercoreng? Patut ditunggu.
ADVERTISEMENT