Guardiola: Kalau Kami Tidak Menang, maka Kami Akan Dipecat

30 Oktober 2018 11:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kekecawaan Lopetegui di laga Barcelona vs Real Madrid. (Foto: REUTERS/Albert Gea/File Photo)
zoom-in-whitePerbesar
Kekecawaan Lopetegui di laga Barcelona vs Real Madrid. (Foto: REUTERS/Albert Gea/File Photo)
ADVERTISEMENT
Menjadi pelatih sepak bola berarti menggantungkan hidup pada kemenangan. Seorang pelatih memang tidak ikut turun lapangan selama pertandingan digelar. Namun, apa-apa yang ditunjukkan oleh tim menjadi refleksi dari kepemimpinan yang dilakukan di ruang ganti, sesi latihan, ruang analisis, pinggir lapangan, hingga tempat tak formal macam ruang makan bersama.
ADVERTISEMENT
Kekalahan pantang buat diterima, terutama bagi klub raksasa seperti Real Madrid. Hasil tujuh pertandingan terakhir seolah berbicara bahwa Madrid tak ada bedanya dengan klub-klub semenjana. Dalam tujuh laga lintas kompetisi itu, Madrid hanya berhasil meraih poin di dua pertandingan. Yang pertama dari hasil seri 0-0 melawan Atletico Madrid di La Liga. Kedua, dari kemenangan 2-1 atas Viktoria Plzen di Liga Champions. Selebihnya, kekalahanlah yang ditelan Madrid.
Berkaca kepada hasil buruk ini, manajemen akhirnya mengambil tindakan tegas. Julen Lopetegui dilengserkan dari kursi kepelatihan. Dalam rilis resminya, manajemen meyakini bahwa mereka tak layak menutup tujuh pertandingan dengan hasil yang demikian buruk. Sebagai tindak lanjut, Santiago Solari ditunjuk sebagai pengganti Lopetegui.
Pertandingan terakhir Lopetegui bersama Madrid berakhir mengenaskan. Kekalahan 1-5 menjadi penutup dari laga semasyhur El Clasico. Sialnya, Madrid-lah yang tampil gemilang di awal-awal laga. Tekanan demi tekanan dilancarkan secara intens dan merepotkan pertahanan Barcelona.
ADVERTISEMENT
Tapi, sepak bola adalah urusan keseimbangan. Memborbardir lawan dengan tekanan bertubi-tubi tanpa mengingat pertahanan tak jarang memberikan efek bumerang. Itu pulalah yang terjadi Madrid, keasyikan menyerang membuat sejumlah pemain meninggalkan pos sehingga membuat lubang di daerah pertahanan sendiri. Ketertinggalan 1-2 bertambah lebar hingga akhirnya menjadi 1-5. Alhasil, Lopetegui, si peramu taktik, dituding sebagai biang kerok.
Pemecatan yang menimpa Lopetegui menyadarkan kembali Pep Guardiola tentang beban yang mesti ditanggung oleh setiap pelatih di sepanjang laga. Tanggung jawab untuk merebut kemenangan ada di pundak mereka karena tim bertanding menggunakan taktik yang diracik dan diusung sang pelatih.
"Saya mengenal sepak bola. Kami masih ada di sini (di satu klub -red) karena kami memenangi pertandingan. Kalau kami tidak menang, maka kami akan dipecat. Saya menyesal atas apa yang terjadi pada Julen (Lopetegui) karena sejatinya, ia adalah kawan saya. Ia adalah orang yang spesial, sosok yang selalu menjadi pengecualian," jelas Guardiola, dilansir ESPNFC.
ADVERTISEMENT
Guardiola dan Lopetegui di laga FC Porto vs Bayern Muenchen, Liga Champions 2015. (Foto: GUENTER SCHIFFMANN / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Guardiola dan Lopetegui di laga FC Porto vs Bayern Muenchen, Liga Champions 2015. (Foto: GUENTER SCHIFFMANN / AFP)
Perjalanan Madrid di La Liga bersama Lopetegui memang perjalanan yang suram. Hingga pekan ke-10 La Liga 2018/19, Madrid asuhan Lopetegui sudah mengecap empat kekalahan dan dua hasil imbang. Artinya, hanya ada empat kemenangan yang direngkuh Los Blancos. Catatan ini mengantarkan Lopetegui masuk daftar lima pelatih terburuk dalam sejarah Madrid.
Empat kemenangan dalam 10 pertandingan adalah hasil yang buruk bagi tim sekelas Madrid. Sebagai perbandingannya, di musim 2017/18, Madrid meraih enam kemenangan dalam 10 pertandingan pertama. Masing-masing dua laga lainnya berakhir dengan hasil imbang dan kekalahan.
Mundur satu musim lagi, ada tujuh kemenangan yang disegel Madrid dalam 10 pertandingan pertama. Sementara, tiga pertandingan lainnya berakhir dengan skor imbang. Catatan tujuh kemenangan dan tiga hasil imbang dalam 10 laga pertama juga diamankan Madrid di musim 2015/16.
ADVERTISEMENT
Berkaca dari hasil-hasil ini saja, kapasitas Lopetegui dipertanyakan, walaupun tak ada yang menjamin apakah pertandingan-pertandingan selanjutnya berakhir dengan catatan positif atau negatif. Situasi seperti inilah yang dipahami benar oleh Guardiola. Terlebih, karier kepelatihannya juga diisi dengan catatan perjalanan bersama klub-klub raksasa macam Barcelona dan Bayern Muenchen.
"Saya ingin meneleponnya dalam beberapa hari ke depan. Saya paham seperti apa rasanya. Inilah sepak bola, tidak ada yang dapat melepaskan diri kalau sudah ada di situasi seperti ini. Saat Anda mengecap hasil buruk, maka Anda tidak akan mendapatkan tempat lagi di klub-klub besar seperti Barcelona atau Madrid. Saya mengharapkan yang terbaik untuknya," pungkas Guardiola.