Guardiola Tolak Ubah Gaya Main City

20 April 2019 17:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatih Manchester City, Pep Guardiola. Foto: REUTERS/Phil Noble
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Manchester City, Pep Guardiola. Foto: REUTERS/Phil Noble
ADVERTISEMENT
Kegagalan ketiga bersama Manchester City di Liga Champions ternyata tak membuat Pep Guardiola tergoda untuk mengubah pendekatan. Pelatih Spanyol itu tetap mengedepankan permainan menyerang dengan basis penguasaan bola.
ADVERTISEMENT
Semenjak kedatangannya ke City pada musim panas 2016, Guardiola mengusung target untuk membawa tim berjaya di Liga Champions pertama kalinya. Maka, begitu banyak uang dikucurkan manajemen demi memperkuat The Citizens. Sayang, ia selalu gagal membawa City untuk lolos lebih dari babak perempat final.
Tentu saja, ada beberapa faktornya. Namun, satu yang paling utama adalah bagaimana City tak mampu mencegah gawangnya untuk kebobolan banyak gol di fase krusial Liga Champions.
Di musim perdananya, Guardiola mesti mendapati City asuhannya disingkirkan oleh AS Monaco di fase dini, yakni babak 16 besar. Saat itu, City ditekuk lawannya lewat agresivitas gol tandang. Kendati begitu, City mesti menyalahkan diri sendiri karena kebobolan enam gol, tiga di antaranya terjadi di kandang mereka.
ADVERTISEMENT
Setahun berikutnya, giliran Liverpool yang menggagalkan tugas Guardiola di babak perempat final. Kali ini, Vincent Kompany dkk. tak mampu menandingi kehebatan trisula Mohamed Salah, Roberto Firmino, dan Sadio Mane, mengingat mereka kebobolan lima gol dalam pertandingan dua leg.
Di musim ini, Guardiola dan City kembali kandas di babak perempat final dari wakil Inggris lainnya, Tottenham Hotspur. City kebobolan empat gol, tetapi tiga di antaranya tercipta di Stadion Etihad. Alhasil, mereka kembali tersingkir karena agresivitas gol tandang.
Son melompat kegirangan usai membuat gol. Foto: Reuters/Jason Cairnduff
Dari tiga kegagalan tersebut, dapat ditarik benang merah bahwa City memiliki masalah yang cukup kronis menyangkut pertahanannya. Memang, City juga terbukti lebih dari mampu untuk membobol gawang lawannya. Dapat dibuktikan bahwa dua dari tiga kegagalan tersebut disebabkan oleh agresivitas gol tandang. Namun, tentu saja jumlah gol yang masuk ke gawang mereka menutupi kemampuan mereka untuk mencetak gol.
ADVERTISEMENT
Penyebab dari rapuhnya lini belakang City bisa macam-macam, mulai dari kualitas bek mereka yang mungkin memang buruk, atau gaya bermain Guardiola yang barangkali membuat lini belakang City rapuh.
Menariknya, Guardiola ngotot bahwa ia tidak akan mengubah gaya mainnya. Bagi pria berusia 47 tahun tersebut, kebobolan banyak tak menjadi sebuah masalah asalkan timnya mampu mencetak banyak gol.
“Kami kebobolan banyak, tetapi kami juga mencetak banyak gol. Anda harus ingat bahwa ketika kami kalah di Anfield di Liga Champions, Liverpool berhasil mencetak tiga gol hanya dari tiga tembakan ke gawang. Kami mencetak 154 gol sepanjang musim ini, jadi tak ada perubahan apa pun. Apabila gol-gol kami tidak cukup untuk membawa kami lolos, maka saya meminta maaf. Dalam situasi apa pun, kami tetap bermain seperti ini,” ujar Guardiola dikutip dari The Guardian.
ADVERTISEMENT
“Saya suka melihat permainan seperti ini (menyerang). Saya lebih memilih permainan seperti ini. Kami memang harus meningkatkan kemampuan defensif kami di fase krusial Liga Champions, tetapi, pada dasarnya, kami memang harus selalu berkembang.”
David Silva dan Pep Guardiola. Foto: Reuters/Carl Recine
Seusai kegagalan di Liga Champions, hal paling penting yang harus dilakukan Guardiola adalah membawa City kembali menjuarai Premier League. Nah, untuk mencapai hal tersebut, mantan pelatih Barcelona tersebut harus memastikan timnya menang atas Spurs, Sabtu (20/4/2019) malam WIB.
Meskipun begitu, rupanya ada keraguan yang mendera Guardiola. Pria yang semasa bermain berposisi sebagai gelandang bertahan itu menyatakan bahwa ia tak tahu bagaimana timnya akan bereaksi menyusul kekalahan di Liga Champions yang baru terjadi tengah pekan lalu.
ADVERTISEMENT
“Sebelum pertandingan berlangsung, Anda tak pernah tahu bagaimana akan bereaksi. Kami sudah beberapa kali tersingkir dari sebuah kompetisi dan kami berhasil bereaksi dengan baik. Namun, saya tidak tahu kami akan bereaksi seperti apa kali ini,” ujar Guardiola.