Harapan akan Stabilitas Liberia dalam Diri George Weah

28 Desember 2017 15:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
George Weah, calon Presiden Liberia. (Foto: AFP/Seyllou)
zoom-in-whitePerbesar
George Weah, calon Presiden Liberia. (Foto: AFP/Seyllou)
ADVERTISEMENT
Stabilitas, terutama soal perdamaian, adalah sesuatu yang diinginkan oleh masyarakat Liberia. Situasi yang kacau setelah terjadinya kudeta yang dilakukan oleh pihak militer sejak 1980 sampai 2003 menyisakan luka yang cukup mendalam di benak masyarakat Liberia. Harapan mereka akan presiden yang baru tidak muluk-muluk: mampu mempertahankan kedamaian dan ketentraman Liberia. Jika terpilih, George Weah akan mengemban tugas ini.
ADVERTISEMENT
Per akhir Desember 2017, Liberia sedang mengadakan pesta politik yang akan menentukan masa depan mereka dalam beberapa tahun ke depan. Dua calon, George Weah dan Joseph Boakai, akan saling bersaing untuk memperebutkan kursi presiden Liberia yang selama 12 tahun ke belakang diduduki oleh Ellen Johnson Sirleaf. Pada putaran pertama, Weah mengungguli Boakai dengan persentase 38,4% berbanding 28,8%.
Atas keunggulan ini, banyak yang memprediksi bahwa Weah akan keluar sebagai pemenang dan menjadi presiden selanjutnya dari Liberia. Juru bicara tim sukses Weah, Morluba Morlu, menjadi orang yang paling percaya bahwa Weah akan memenangi pemilihan presiden ini.
"Sudah jelas (kemenangan Weah ini). Sekarang tinggal menunggu pengangkatan dan pendeklarasiannya sebagai presiden. Kami berharap . . . Tuan Boakai untuk mengakui kekalahannya dan mengucapkan selamat atas kemenangan George Weah," ujar Morluba, dilansir The Telegraph.
ADVERTISEMENT
So, yah... Weah memang belum resmi menjadi Presiden Liberia. Sejauh ini, kendati unggul, belum ada pengumuman resmi. Klaim pun baru datang sepihak dari kubu Weah.
Pendapat lain diujarkan oleh juru bicara tim sukses Boakai, Robert Kpadeh. Jika Morluba sudah yakin akan kemenangan dari Weah, Kpadeh memprediksi bahwa hasil penghitungan pemilihan ini akan berlangsung dengan ketat dan selisih skor antar keduanya akan tipis. Tapi, tersirat di dalam ucapan Kpadeh bahwa masih ada kemungkinan Boakai untuk menang.
"Angka-angka ini memberikan perasaan yang baik bagi kami. Mulai dari sekarang sampai nanti ketika penghitungan selesai, para pendukung kami masih akan menyumbangkan angka-angka tambahan. Kami masih optimistis kalau angka-angka ini akan mendukung dan membawa sesuatu yang baik buat kami," ungkap Kpadeh.
ADVERTISEMENT
Memang sampai tulisan ini dirilis, belum ada pengumuman resmi soal siapa yang terpilih sebagai Presiden Liberia. Namun, siapapun yang terpilih kelak, tugas utama mereka, selain menutupi kekurangan Sirleaf yang belum bisa mengentaskan kemiskinan di Liberia, adalah menjaga kedamaian Liberia yang sudah terjalin sejak 2003 silam. Semua calon perlu memerhatikan ini, termasuk sosok Weah yang sudah berpengalaman mengecap hidup di Eropa dalam waktu yang lama.
***
Sosok bernama George Weah ini bukanlah sosok yang asing. Sebelum memutuskan untuk terjun ke dunia politik selepas pensiun tahun 2003, Weah dikenal sebagai pesepak bola kenamaan asal Afrika yang pernah lama malang melintang berkarier di Eropa.
Sebelum mengecap karier sepak bola di Eropa, Weah terlebih dahulu memulai karier sepak bola di Afrika bersama Mighty Barrolle, Invicible Eleven, Africa Sports, serta Tonerre Yaounde sejak 1985 sampai 1988. Baru pada 1988, Weah mengecap karier pertamanya di Eropa bersama AS Monaco. Dia dibawa langsung oleh manajer yang sekarang menjadi legenda di Arsenal, Arsene Wenger.
ADVERTISEMENT
Berawal dari AS Monaco, perjalanan panjang Weah di sepak bola Eropa dimulai. Paris Saint-Germain (PSG), AC Milan, Manchester City, serta Marseille adalah klub-klub yang pernah dia bela di semenanjung Eropa (ditambah dengan masa peminjaman satu musim di Chelsea). Bahkan ketika membela AC Milan, Weah berhasil mereguk kesuksesan dengan menyabet penghargaan sebagai Pemain Terbaik Dunia versi FIFA dan Ballon d'Or. Sampai sekarang, dia menjadi satu-satunya pemain asal Afrika yang sukses meraih Ballon d'Or.
Perjalanan Weah di Eropa pun berakhir di Marseille. Di akhir masa-masanya sebagai pemain, Weah memutuskan untuk menjauh dari ingar-bingar sepak bola Eropa. Dia membela Al Jazira, sampai akhirnya Weah menutup karier sepak bolanya sebagai pemain pada 2003.
ADVERTISEMENT
Lama menjalani hidup di Eropa, baik itu di Prancis, Inggris, maupun Italia, pemain kelahiran Monrovia, Liberia, ini tentu tahu bagaimana sistem pemerintahan negara-negara tersebut. Seperti kata peribahasa "Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung", Weah sudah menyesuaikan diri dengan sistem-sistem pemerintahan di negara-negara tersebut semasa dia menjadi pemain.
Segala sistem pemerintahan yang dia pelajari semasa bermain di Prancis, Italia, dan Inggris, tentu menjadi bekal yang baik bagi dirinya jika kelak dia menjadi presiden. Demi menjaga perdamaian yang sejak 2003 sudah menghiasi Liberia, bekal-bekal ini bisa dimanfaatkan oleh Weah. Dia yang tahu soal bagaimana kedamaian di Eropa setelah menghabiskan 15 tahun karier di sana, tentu punya pemikiran sendiri soal bagaimana menjaga kedamaian di negaranya, berdasarkan pengalamannya bermain di Eropa.
ADVERTISEMENT
***
Sekarang Weah masih menunggu hasil. Meski memang dalam hasil penghitungan dia unggul jauh atas Joseph Boakai, belum ada pengumuman resmi soal kemenangannya dalam ajang pemilihan presiden di Liberia ini. Semua masih bisa terjadi.
Namun, entah itu Weah, atau malah Boukai yang terpilih kelak sebagai presiden, ada satu tugas yang sudah menanti mereka: menjaga kedamaian Liberia sekaligus mengentaskan kemiskinan di sana. Khusus untuk pengentasan kemiskinan ini, itu adalah pekerjaan rumah tersendiri yang belum diselesaikan oleh presiden sebelumnya, Ellen Johnson Sirleaf.
Tapi, jika kelak Weah terpilih, dia tidak perlu khawatir. Bekalnya tinggal di Eropa akan menjadi dasarnya dalam menentukan kebijakan yang terbaik bagi negaranya. Itu pun dengan catatan dia bisa menyesuaikan pengalamannya dengan realita yang ada di Liberia.
ADVERTISEMENT