Hari Ini 80 Tahun Silam, Indonesia Tampil di Piala Dunia 1938

5 Juni 2018 16:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Timnas Indonesia di Piala Dunia 1938. (Foto: AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Timnas Indonesia di Piala Dunia 1938. (Foto: AFP)
ADVERTISEMENT
Piala Dunia 1938 tidak bisa dilepaskan dari sosok Vittorio Pozzo. Pozzo yang kala itu menjadi pelatih Italia sukses mempersembahkan dua trofi Piala Dunia secara beruntun. Sampai saat ini, belum ada lagi pelatih yang bisa menyamai prestasi Pozzo.
ADVERTISEMENT
Tidak heran bila muncul narasi: Piala Dunia 1938 adalah Pozzo, dan Pozzo adalah Piala Dunia 1938. Berkat Pozzo pula, trofi Piala Dunia 1938 akan selalu hinggap dalam ingatan masyarakat Italia sebagai satu capaian yang luar biasa.
Meski demikian, di balik kesuksesan besar Pozzo, terselip sejarah yang dicatatkan Indonesia. Ya, Piala Dunia 1938 jadi panggung dunia pertama bagi Tim Nasional (Timnas) Indonesia--yang kala itu berjubah Hindia Belanda.
Meski begitu, Federasi Sepak Bola Asia (AFC) tetap mencatat Indonesia jadi tim pertama yang mewakili Benua Asia dalam pentas Piala Dunia.
Lantas bagaimana perjalanan Indonesia di Piala Dunia 1938?
Indonesia menjejak Piala Dunia 1938 setelah Jepang yang jadi lawan mereka di babak kualifikasi memutuskan untuk undur diri. Keputusan yang diambil Jepang itu tidak lepas dari situasi pelik yang tengah mereka hadapi. Saat itu, Jepang sedang berperang dengan China.
ADVERTISEMENT
Tersiar kabar lain yang mengatakan bahwa Jepang terkendala urusan transportasi untuk memainkan babak kualifikasi. FIFA lalu menunjuk Amerika Serikat untuk memainkan babak kualifikasi melawan Indonesia. Namun, Amerika Serikat memilih langkah serupa dengan Jepang karena terkendala masalah finansial.
Mundurnya dua negara tersebut memudahkan langkah Indonesia untuk berlaga di Piala Dunia 1938 dan menjadi tim pertama dari Benua Asia yang berlaga di Piala Dunia.
Pemain-pemain Indonesia saat itu berasal dari klub-klub yang bernaung di bawah Nederlansche Indische Voetbal Unie (NIVU) atau federasi sepak bola pemerintah kolonial Belanda.
Tidak ada pemain yang berasal dari klub-klub Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Di bawah pimpinan Soeratin Sosrosugondo, PSSI tidak mengirimkan pemain untuk ikut andil berlaga di Piala Dunia 1938.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, hal tersebut tidak lantas membuat gairah Indonesia padam. Sebelas pemain yang berasal dari suku yang berbeda: Jawa, Maluku, Tionghoa, dan Indo-Belanda, tetap menyambut Piala Dunia 1938 dengan antusias yang tinggi.
Mereka pergi ke Prancis--tuan rumah Piala Dunia 1938--menggunakan Kapal. Sebelum menjejak Prancis, mereka singgah di Belanda untuk memainkan dua uji tanding melawan klub lokal di sana. Dari dua laga tersebut, Indonesia mencatatkan satu hasil imbang dan satu kemenangan.
Hasil itu membuat pelatih Indonesia, Johannes Christoffel van Mastenbroek, berharap Indonesia dapat memberikan kejutan.
Namun, Piala Dunia 1938 nyatanya tidak berjalan mulus bagi Indonesia. Mereka gugur di babak pertama usai kalah dari Hungaria dengan skor 0-6. Saat itu, pertandingan digelar pada 5 Juni 1938 di Stadion Velodrome, Reims Prancis. Sekarang stadion itu bernama Stadion Auguste Delaune.
ADVERTISEMENT
Saat itu, Indonesia menggunakan jersi berwarna oranye. Itu tidak lepas dari pengaruh yang kuat dari Belanda. Ya, oranye merupakan warna kebesaran negara Kincir Angin itu.
Ada beberapa hal unik pada laga yang mempertemukan Indonesia dengan Hungaria. Pertama, kapten dari kedua kesebelasan, Achmad Nawir dan Gyorgy Sarosi, berprofesi sebagai dokter.
Hal unik lainnya, Achmad menggunakan kacamata ketika berada di lapangan. Itu sontak mendapat perhatian dari penonton. Apa yang dilakukan Achmad menjadi yang pertama dan terakhir sebelum Edgar Davids muncul 60 tahun kemudian.
Otomatis Indonesia cuma memainkan satu laga di Piala Dunia 1938. Sebab, format Piala Dunia dulu tidak memainkan babak penyisihan grup lebih dulu, melainkan langsung menggunakan sistem gugur sejak babak pertama.
ADVERTISEMENT
Indonesia pulang dari Prancis dengan setumpuk sejarah. Sampai saat ini, belum ada lagi Piala Dunia yang diikuti oleh Indonesia. Sama halnya dengan masyarakat Italia, Piala Dunia 1938 akan selalu hinggap dalam ingatan masyarakat Indonesia sebagai capaian yang luar biasa kendati tidak ada trofi yang masuk kabin.
Kapan bisa terulang lagi?