Igor Akinfeev: Dulu Ditolak Ferguson, Kini Ungguli De Gea

2 Juli 2018 2:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Spanyol vs Rusia (Foto: Kai Pfaffenbach/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Spanyol vs Rusia (Foto: Kai Pfaffenbach/Reuters)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Minggu (1/7/2018) malam WIB, semua mata tertuju kepada satu sosok di Luzhniki Stadium. Siapa lagi kalau bukan Igor Akinfeev, kiper Tim Nasional (Timnas) Rusia yang membuat Spanyol tersingkir di babak 16 besar Piala Dunia 2018.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, nama Akinfeev mungkin hanya populer di kalangan penggemar Football Manager. Di luar itu, namanya cuma sesekali terdengar. Salah satunya yakni ketika penjaga gawang kelahiran Vidnoye ini dikaitkan dengan Manchester United pada 2009.
United tengah mencari calon suksesor Edwin van der Sar, yang mulai dimakan usia, saat itu. Maklum saja, 'Iblis Merah' hanya memiliki Tomasz Kuszczak dan Ben Foster sebagai deputi di bawah mistar. Keduanya dianggap belum mumpuni untuk mengemban tanggung jawab sebagai kiper utama.
Rumor ketertarikan United makin kencang setelah pertemuan dengan CSKA di fase grup Liga Champions, Oktober 2009. CSKA cuma kalah 0-1 lewat gol Antonio Valencia. Dan, menurut Sir Alex Ferguson, United sebenarnya bisa menang dengan skor lebih besar andai Akinfeev tak tampil gemilang.
ADVERTISEMENT
"Ya, Akinfeev adalah seorang kiper fantastis. Dia melakukan penyelamatan sangat bagus pada babak pertama dan empat lainnya setelah jeda. Sungguh luar biasa," tutur Ferguson sebagaimana dikutip dari Telegraph.
"Kendati begitu, semua cuma rumor. Kami tidak tertarik dengan Akinfeev dan merasa cukup puas dengan komposisi kiper saat ini," ucapnya menambahkan.
Sir Alex Ferguson berulang tahun ke-75 hari ini. (Foto: Laurence Griffiths/Getty Images)
zoom-in-whitePerbesar
Sir Alex Ferguson berulang tahun ke-75 hari ini. (Foto: Laurence Griffiths/Getty Images)
Benar saja. Transfer Akinfeev tidak pernah terealisasi. Dia pun terus bertahan di CSKA, satu-satunya klub dalam karier profesionalnya, hingga usianya kini menginjak 32 tahun.
Baru dua tahun berselang, Ferguson mencari pengganti Van der Sar. Pilihan bukan jatuh kepada Akinfeev, melainkan David de Gea yang dibeli dari Atletico Madrid. Tidak salah juga United merekrut De Gea. Dia tampil impresif sehingga tidak pernah tergusur dari status kiper utama. Bukti dari kualitasnya bisa dilihat dari tiga penghargaan pemain terbaik klub.
ADVERTISEMENT
Namun, Akinfeev mampu membuktikan bahwa dirinya tak kalah kualitas dibandingkan De Gea dalam adu penalti antara Spanyol dan Rusia. Akinfeev benar-benar digdaya dengan menggagalkan eksekusi Koke dan Iago Aspas. Sementara itu, De Gea gagal menghalau satu pun tendangan dari pemain Rusia.
Di luar adu penalti, Akinfeev juga melakukan penyelamatan terhadap sembilan percobaan tepat sasaran Spanyol. De Gea? Jangankan khusus laga Spanyol vs Rusia, dia cuma mencatatkan dua penyelamatan dalam empat laga sepanjang turnamen.
Atas performa apiknya, Akinfeev diganjar dengan predikat man of the match, penghargaan yang direspons sang penjaga gawang dengan penuturan bernada merendah.
"Saya bukanlah man of the match. Ini lebih pantas ditujukan kepada tim kami dan suporter," tutur Akinfeev.
ADVERTISEMENT
Spanyol vs Rusia (Foto: Carl Recine/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Spanyol vs Rusia (Foto: Carl Recine/Reuters)
Rangkaian statistik apik dan aksi heroik Akinfeev turut diiringi puja-puji dari publik Rusia. Situasi Luzhniki Stadium begitu riuh sesaat setelah sang kiper menggagalkan eksekusi Iago Aspas dan memastikan kemenangan Spanyol.
Bahkan, Deputi Perdana Menteri Rusia, Olga Golodets, menyatakan bahwa Akinfeev pantas disebut pahlawan nasional. Sebab, kesuksesan melangkah ke babak delapan besar Piala Dunia 2018 merupakan capaian langka bagi Rusia. Kali terakhir mereka melakukannya dengan bendera Uni Soviet pada Piala Dunia 1970.
"Akinfeev benar-benar pahlawan Rusia. Hari bersejarah untuk sepak bola Rusia. Sulit dipercaya bahwa kami bisa meraih kemenangan karena pertandingan benar-benar sulit dan Spanyol menunjukkan bakat sempurna," kata Golodets.
Saat Akinfeev banjir pujian, De Gea justru diterpa hujan kritik. Maklum saja, Piala Dunia 2018 merupakan salah satu titik terendah dalam karier internasionalnya. Selain gagal menghalau penalti Rusia, dia juga terlibat dalam kegagalan-kegagalan lainnya. Total 6 gol bersarang di gawangnya selama turnamen, salah satunya karena blunder menangkap bola tembakan Cristiano Ronaldo pada matchday pertama.
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya, Michael Owen mengkritik keputusan pelatih Fernando Hierro untuk terus menurunkan De Gea sebagai starter. Bagi eks striker United tersebut, kiper Spanyol lainnya pantas mendapatkan kesempatan.
"Meskipun De Gea adalah penjaga gawang terbaik dunia, apakah dia sebagus Pepe Reina dalam menyelamatkan penalti? Mungkinkah Hierro salah karena tidak memasukkan Reina untuk adu penalti?" tulis Owen di akun Twitter pribadinya.