Iniesta Melawan Depresi

27 November 2018 21:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Iniesta mengucap selamat tinggal. (Foto: Reuters/Albert Gea)
zoom-in-whitePerbesar
Iniesta mengucap selamat tinggal. (Foto: Reuters/Albert Gea)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perjalanan sepak bola Andres Iniesta tidak hanya diisi dengan pertandingannya melawan tim-tim hebat, tapi juga perjuangannya melawan depresi.
ADVERTISEMENT
Barcelona ada dalam sebagian besar kisah sepak bola Iniesta. Ia bahkan sudah melakoni karier sepak bola juniornya bersama Barcelona pada 1996 setelah dua musim membela Albacete. Lima tahun di tim junior, Iniesta naik kelas ke Barcelona B mulai 2001 hingga 2003. Namun, dalam periode dua musim itu, beberapa kali pula Iniesta bermain untuk Barcelona.
Itulah yang menyebabkan kariernya sebagai penggawa Barcelona tercatat sejak 2002 dan berakhir pada akhir musim 2017/18. Selama 16 tahun masa baktinya itu, gelar treble winner menjadi pencapaian terbesarnya, tepatnya pada 2008/09. Di musim itu, ia mengangkat trofi La Liga, Copa del Rey, dan Liga Champions.
Hanya, prestasi setinggi langit dengan prestise harum semerbak itu tak melulu tentang hal-hal menyenangkan. Iniesta justru berkisah bahwa ia mengalami depresi sesaat setelah raihannya itu. Dalam wawancaranya bersama La Sexta TV, Iniesta mengaku, bukannya tidak mungkin ia bisa mengambil tindakan-tindakan nekat yang hanya akan menghancurkan diri sendiri.
ADVERTISEMENT
"Pembicaraan ini adalah pembicaraan tentang situasi paling ekstrem. Saya bisa saja melakukan tindakan terburuk atau paling nekat--bukan karena saya menginginkannya, tapi karena dalam fase itu saya bukan diri saya yang sesungguhnya. Dalam kondisi rentan, Anda akan sulit mengendalikan situasi yang muncul dan melakukan hal-hal tidak terduga (dalam artian buruk -red). Keputusan-keputusan seperti itu Anda ambil karena kondisi Anda memang sedang tidak baik," jelas Iniesta.
Koreo 'Infinit Iniesta' jelang laga. (Foto: AFP/Josep Lago)
zoom-in-whitePerbesar
Koreo 'Infinit Iniesta' jelang laga. (Foto: AFP/Josep Lago)
Depresi adalah musuh paling mengerikan yang bisa mengadang para pesepak bola. Tak berbeda dengan ranah yang lain, depresi kerap dicap sebagai perkara tabu. Apa boleh buat, maskulinitas masih melekat pada sepak bola. Mereka yang ada di dunia ini kerap dipandang sebagai manusia paling kuat, tahan banting menghadapi setiap situasi--bahkan yang terburuk sekalipun.
ADVERTISEMENT
Cap semacam inilah yang membikin ada begitu banyak pesepak bola memilih untuk bungkam atas depresinya. Kalau mau contoh nyata, kita bisa menilik ulang perjalanan mendiang Robert Enke dan Gary Speed yang memilih untuk menghabisi nyawanya sendiri.
Kabar baiknya, dewasa ini ada banyak pesepak bola yang mulai memahami pentingnya kesehatan mental. Alvaro Morata, contohnya. Kepada suratkabar Spanyol, ABC, Morata mengaku bahwa dia kini tengah mendapat bantuan dari seorang psikolog.
Ia mengambil tindakan ini karena merasa tertekan dengan apa yang terjadi padanya di Chelsea musim lalu. Begitu pula dengan Luke Shaw yang meminta bantuan psikolog timnya saat berusaha bangkit dari cedera parah yang bisa saja menghabisi kariernya tiga tahun lalu.
Lalu, ada Iniesta yang juga mengaku bahwa ia menggunakan bantuan psikolog Barcelona, Inma Puig. Dalam wawancara tadi, Iniesta menjelaskan bahwa depresi juga berkaitan dengan kematian mendadaknya sahabatnya pada 2009.
ADVERTISEMENT
Penghormatan untuk Dani Jarque. (Foto: JOSEP LAGO / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Penghormatan untuk Dani Jarque. (Foto: JOSEP LAGO / AFP)
"Semuanya bermula setelah kami memenangi treble bersama Barca pada musim panas 2008/09. Saya mencetak gol di semifinal Liga Champions melawan Chelsea, memenangi Liga Champions, mengangkat tiga trofi--benar-benar tahun yang luar biasa, tidak bisa saya percaya. Tapi, setelahnya, saya merasa sedang mengalami kejatuhan," ucap Iniesta, dilansir ESPNFC.
"Saya merasa ada yang salah dengan saya, tapi saya tidak paham apa yang salah. Saya banyak membatin dan berpikir, tapi tetap tidak tahu penyebab mengapa saya merasa buruk. Saya menjalani sejumlah tes medis dan hasilnya baik-baik saja. Tapi, saya tidak merasa baik dan tiba-tiba saya merasa kosong. Dan setelahnya, saya kehilangan Dani Jarque."
Sebagai pengingat, mendiang Jarque adalah pemain Espanyol di era 2000-an. Ia ditemukan meninggal di kamar hotelnya pada 8 Agustus 2009. Berdasarkan hasil pemeriksaan, Jarque dinyatakan meninggal akibat serangan jantung.
ADVERTISEMENT
Iniesta adalah sahabat baik Jarque. Kedekatan ini terlihat di partai final Piala Dunia 2010. Di menit 116, Iniesta mencetak gol kemenangan bagi timnya. Dalam perayaan gol itu, ia melepaskan jersi dan memperlihatkan kaus yang bertuliskan 'Dani Jarque siempre con nosotros'--yang bila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia akan menjadi 'Danie Jarque, selalu bersama kami'.
"Saya ingat, begitu kembali dari tur pramusim, saya merasa tidak enak padahal saya sedang di rumah. Saya menelepon dokter (Ricard) Pruna (dokter tim Barcelona) dan menjelaskan padanya tentang kondisi saya. Saya menanyakan apa yang sebaiknya saya lakukan. Rasanya seperti bukan saya," kata Iniesta.
"Di sore harinya, saya berkata kepadanya: Saya butuh tidur, Saya butuh sesuatu karena saya tidak akan keluar dari keterpurukan ini dengan sendirinya. Saya ingin cepat-cepat malam hari sehingga saya bisa minum obat dan tidur."
ADVERTISEMENT
Andres Iniesta diperkenalkan Vissel Kobe (Foto: REUTERS/Toru Hanai)
zoom-in-whitePerbesar
Andres Iniesta diperkenalkan Vissel Kobe (Foto: REUTERS/Toru Hanai)
Ini bukan pertama kalinya Iniesta buka suara tentang perjuangannya melawan depresi. Pada 2016 lalu, ia sudah pernah berbicara kepada The Guardian tentang depresi yang dialaminya. Dalam wawancaranya itu, ia menegaskan bahwa depresi bukan perkara yang bisa dianggap enteng. Begitu seseorang membutuhkan pertolongan, maka cari dan mintalah pertolongan itu sesegera mungkin.
"Saat Anda membutuhkan pertolongan, cari atau mintalah pertolongan itu sesegera mungkin. Psikolog dan psikiater itu adalah spesialis, mereka ada untuk menolongmu. Anda harus menggunakan jasa mereka saat pikiran Anda rentan dan dipenuhi dengan keraguan. Setiap orang berbeda, kasusnya tidak ada yang sama. Yang coba saya katakan di sini adalah kondisi Anda dapat berubah dengan sangat cepat drastis--dari yang semula baik-baik saja menjadi begitu buruk," jelas Iniesta.
ADVERTISEMENT